Waspadalah! 7 Kekeliruan Logika Dalam Menulis Buku Ilmiah

Selain memerlukan kreativitas dan penemuan dalam pembuatannya, menulis buku ilmiah juga memerlukan kecermatan tinggi untuk menghindari kesalahan logika fatwa.


Semua penulis buku memiliki faktor yang manusiawi, sebetulnya semua orang tidak akan pernah luput dari kesalahan – Kesempurnaan hakikatnya cuma milik Tuhan Yang Maha Esa. Dari faktor inilah juga penulis terkadang dapat mendapatkan hal gres bersifat resolusi, dengan berguru dari kesalahan yang telah dilakukannya. Namun, tidak semua kesalahan dapat menjadikan dampak faktual terhadap pelakunya. Justru mayoritas kesalahan mempunyai esensi negatif yang sering kali mampu menjatuhkan pelakunya. Maka dari itu, kesalahan adalah yang pantas dikesampingkan.


Terutama ketika menulis buku ilmiah, kesalahan atau kekeliruan dalam konteks ini bukanlah masalah sepele. Pasalnya, validitas dan kredibilitas tulisan ilmiah dapat diukur lewat kuantitas kesalahan yang termuat dalam sebuah artikel ilmiah. Pada beberapa masalah pula, kuantitas kesalahan yang sedikit juga masih dapat menurunkan nilai validitas dan dapat dipercaya suatu tulisan, hanya dengan satu kesalahan fatal. Hal ini juga terlahir dari kurangnya tanggung jawab penulis ilmiah dalam menulis. Terutama dalam menulis buku, kekeliruan adalah bentuk barometer tanggung jawab seorang penulis dari sudut pandang negatif.


Berbagai cara diciptakan untuk menghidari kesalahan dalam menulis buku ilmiah. Kesalahan tersebut memuat kekeliruan-kekeliruan nalar ilmiah yang kadang-kadang luput dari perhatian penulis. Oleh karena itu, berikut ini 7 (tujuh) kekeliruan akal ilmiah yang dapat menimpa sang penulis dalam menulis buku ilmiah.


 1. Kekeliruan Informasi


Kekeliruan isu ialah kekeliruan yang terdapat dalam penempatan info terhadap ide yang ingin disampaikan. Kekeliruan tersebut kerap terjadi saat penulis belum mengetahui makna dari rangkaian kata kepada ide pokok yang ingin disampaikan. Ditambah lagi, kesalahan tersebut pastinya akan diperparah dengan minimnya pengalaman penulis dalam menggali berita. Hal itu nantinya membuat penulis untuk menuliskan gagasannya apa adanya. Berikut ini teladan kekeliruan berita dalam konteks logika ilmiah:


Kuliah di Universitas Negeri X sangatlah nyaman dan aman


Pernyataan ini mampu jadi keliru alasannya konteks “nyaman” dan “kondusif” cuma diperuntukan terhadap lingkungan yang asri dan hening. Lingkungan tersebut jauh dari kebisingan lalu lintas, yang belum tentu benar-benar kondusif dan nyaman selaku lingkungan ataupun tempat untuk berkuliah. Hal ini balasannya mampu menimbulkan kekeliruan berita.


 2. Kekeliruan diksi


Penggunaan diksi ialah hal yang lumrah dalam menulis buku ilmiah. Diksi mampu menunjukkan kejelasan pemikiran sesuai porsi dan parameter yang dikehendaki. Selain itu, penggunaan diksi juga dapat menunjukkan gambaran imajinatif terhadap kualitas ataupun kuantitas suatu hal yang diperbincangkan. Namun, tidak sedikit dari penulis masih belum paham memakai diksi yang pas dengan gagasannya. Berikut ini acuan kekeliruan penggunaan diksi dalam akal ilmiah.


Dengan daya 200 Watt, lampu tersebut masih tidak terlalu jelas


Penggunaan diksi yang keliru disini terdapat pada prasa “tidak terlampau terang”. Pilihan kata ini membuat kurang sempurna alasannya adalah memberikan klarifikasi yang masih mengawang-awang. Jika penulis merasa bahwa lampu yang ditelitinya lebih condong ke tidak jelas, seharusnya tulis saja dengan tidak jelas. Jika memang daya pijar lampu berada di titik jelas maupun gelap, sebaikya gunakan kata “remang-remang”. Penulis juga dapat membuat level tersendiri supaya lebih jelas. Seperti; Gelap (tidak jelas) – Remang-remang – Terang (tidak gelap).


Baju-baju yang dijual distro itu cukup murah


Dalam kalimat ini, kekeliruan terdapat pada opsi kata cukup murah. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, diksi seperti ini tidak menunjukkan sesuatu yang berarti niscaya.


Alasan mengapa makna niscaya sangat dituntut dalam hal ini yaitu logika ilmiah mesti berlandaskan tentang kepastian. Bukan bermakna membatasi penggunaan kata ataupun diksi dalam sebuah karya ilmiah, nalar ilmiah menjadi prioritas utama. Pada hakikatnya pemikiran yang pasti akan mengarahkan kepada tulisan ilmiah yang bermutu.


 3. Kekeliruan Argumentasi


Jenis kekeliruan ini sifatnya lebih kompleks. Hal ini dikarenakan, kekeliruan jenis ini memiliki ketergantungan kepada ide satu dengan yang yang lain, atau dalam kata lain bertalian. Dalam kata lain, kekeliruan ini mampu disebut juga sebagai variasi dari banyak sekali jenis kekeliruan dalam logika ilmiah. Berikut ini acuan kekeliruannya:


Program KB bekerjsama tidak perlu dikerjakan alasannya Papua, Kalimantan, dan Sulawesi masih belum dipadati penduduk” – Kalimat ini keliru secara nalar ilmiah karena penulis “berputus asa” secara tidak eksklusif, dengan menghindari pokok problem itu sendiri.


Kepemimpinan Ahok sangatlah diragukan sebab beliau seorang etnis cina dan nonmuslim” – Kalimat ini keliru secara akal ilmiah alasannya alasan yang diberikan bukan mengenai pokok masalahnya yaitu “Kepemimpinan”.


Menurut Raffi Ahmad, eksekusi kebiri bagi para pelaku pemerkosa Yuyun harus ditegakkan” – Kalimat ini keliru secara logika ilmiah sebab kutipan yang dituliskan tidak bersumber dari pakarnya.


Johny yakni laki-laki bule berambut kriting, sehingga mampu dipastikan bahwa dia sulit untuk dikontrol.” – Kalimat ini keliru secara nalar ilmiah alasannya adalah argumentasi diambil berdasarkan pandangan apriori.


 4. Kekeliruan Ambiguitas


Jenis kekeliruan dalam menulis buku ilmiah ini ialah yang termudah untuk disingkirkan. Mengapa? Alasannya ialah kekeliruan ini dapat diatasi dengan mengamati unsur-unsur dasar pada kalimat, mirip tanda baca. Tanda baca adalah alat bantu yang sangat efektif untuk menghindari kekeliruan ini, walaupun tidak cuma tanda baca yang mampu menanggulanginya. Penulis yang peka terhadap makna ganda (ambiguitas) akan mudah untuk mengatasinya. Berikut misalnya:


Istri rektor universitas yang gres itu memberikan sambutan kepada mahasiswa baru


Cobalah perhatikan apa saja ‘yang baru’ dari makna kalimat tersebut? Bisa jadi istrinya yang gres, atau istri dari rektor yang baru, ataupun istri rektor dari universitas yang gres saja berdiri. Tentunya akan menciptakan kita pusing tujuh keliling.


 5. Kekeliruan Penegasan


Misalkan ada pernyataan “Para mahasiswa Universitas Z adalah pencetus bangsa”,maka mesti ditegaskan pula pernyataan ini. Jangan menawarkan statement yang terlalu berlebih biar tidak menjadi blunder. Jika penulis ingin melakukan endorsement terhadap golongan tertentu, semestinya berikan data konkret yang ada di lapangan.


 6. Kekeliruan Akibat Peremehan


Meremehkan sebuah hal dalam menulis buku ilmiah bukanlah hal yang etis dilakukan oleh penulis. Jikalau memang ada data yang bersifat negatif kepada hal tersebut, maka penulis yang kredibel tidak mesti melaksanakan downgrade kepada hal tersebut. Contoh kalimatnya “Jangan percaya dengan Doni, alasannya ayahnya adalah seorang koruptor kelas kakap” Dengan meremehkan orang yang disebut dalam kalimat ini, penulis secara tidak pribadi melakukan justifikasi bahwa orang tersebut juga ialah koruptor.


 7. Kekeliruan Psikologis


Aspek psikologis juga berperan penting dalam pengembangan tulisan. Misalkan penulis menuliskan “Pemerintahan SBY telah gagal total”, niscaya tidak lain tidak bukan ingin menjatuhkan orang tertentu dengan pendekatan emosional. Secara aturan kalimat dan berbagai kaidah berbahasa pernyataan ini tidak salah secara structural, tetapi tidak baik secara budbahasa. Serta, dalam logika ilmiah, hal ini bukanlah hal yang logis untuk dicantumkan dalam aktivitas menulis buku ilmiah.


Kesimpulannya, segala kesalahan wajib untuk dihindari kalau kita bisa melakukannya. Bahkan dalam aktivitas menulis buku apapun jenisnya. Untuk itu, marilah secepatnya introspeksi diri serta berbenah diri untuk mampu melaksanakan aktivitas yang maksimal. Semoga berfaedah dan selamat menulis!


Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara GRATIS. Anda cukup mengganti ongkos cetak. Silakan isi data diri Anda di sini. atau Anda mampu eksklusif Kirim Naskah dengan mengikuti mekanisme berikut ini: KIRIM NASKAH


Jika Anda ingin mengenali lebih banyak perihal buku didik anda dapat menyaksikan Artikel-postingan berikut:


Teknik Menulis Buku Ilmiah untuk Seorang Akademisi atau Peneliti


Cara membuat buku Ilmiah menggunakan 6 Sumber Inspirasi Menulis


Ingin Menulis Buku Ilmiah? Gunakan Tips Jitu Berikut Ini!


Teknik Menulis: Inilah 6 Tips Menulis Buku Ilmiah


Hindarilah Menulis Buku Ilmiah Dengan Bahasa Kaku nan Membosankan!


Jika Anda mempunyai BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tetapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan akomodasi KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS disini!


[Mas Aji Gustiawan]


Referensi :


Wibowo, Wahyu . 2013. Menulis Artikel Ilmiah Yang Komunikatf. Yogyakarta: PT Bumi Aksara



Sumber harus di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama