Syarat Menulis Buku Akademik Yang Perlu Anda Ketahui

Salah satu faktor penting dalam menulis buku akademik yaitu sifat ilmiahnya, baik yang didasarkan pada penelitian ataupun yang tidak berbasis observasi.


Tulisan akademik yaitu tulisan yang digunakan dalam lingkungan akademik mirip laporan observasi, makalah, postingan, jurnal ilmiah, dan lain sebagainya. Salah satu hal utama yang membedakan goresan pena akademik dan non-akademik yakni lingkungan dimana kedua jenis buku tersebut diciptakan dan digunakan. Menulis buku akademik intinya bukanlah kasus yang gampang untuk dilakukan sebab ada banyak hal yang mesti diperhatikan. Kondisi tersebut berlawanan dengan tulisan biasa, terutama tulisan fiksi yang cuma mengandalkan daya khayalan penulisnya. Pada sisi lainnya, tulisan akademik intinya ialah tulisan yang bisa dipertanggungjawabkan oleh penulisnya menurut hasil penelitian yang sudah dilakukan. Dengan kata lain, konten atau isi yang disampaikan di dalam goresan pena tersebut memang mampu dibuktikan secara positif oleh pembaca. Tidak mengherankan jika goresan pena akademik juga sering disebut sebagai fasilitas untuk menerjemahkan fakta peristiwa yang ada di dunia ini terhadap para pembacanya. Tulisan tipe ini juga cukup bermanfaat bagi kalangan akademisi yaitu mahasiswa dan dosen.


Salah satu faktor penting yang harus kita ketahui saat ingin menulis buku akademik adalah sifatnya yang ilmiah. Sifat tersebut intinya bisa didasarkan pada hasil penelitian ataupun esai yang tidak berbasis penelitian (literature review). Ilmiah juga mengandung maksud bahwa konten yang ditulis di dalam buku tersebut memang bisa dibuktikan. Buku-buku akademik yang cenderung membahas ihwal ilmu niscaya (alam) adalah contoh buku yang didasarkan pada hasil observasi. Oleh sebab itu, pembaca pada dasarnya mampu menunjukan kebenaran dari suatu fenomena yang disampaikan di dalam buku tersebut. Sebagai contohnya apabila kita ingin mengecek kadar karbohidrat di dalam sebuah kuliner. Kita mampu melaksanakan praktik secara langsung di laboratorium untuk mengambarkan hal tersebut. Ketika duduk di dingklik sekolah menengah pasti kita sudah diberikan beberapa praktik ilmiah untuk menunjukan suatu hal yang tercantum di dalam buku pelajaran kita. Selanjutnya, ada beberapa tolok ukur yang perlu kita pahami supaya tulisan akademik yang kita tulis mampu dibilang memenuhi syarat keilmiahan.



  1. Berbasis Keilmuan


Sebuah goresan pena akademik ilmiah intinya harus berbasis keilmuan. Dengan kata lain, kandungan tulisan tersebut dapat dikaji atau berada dalam konstelasi sebuah disiplin ilmu. Sebagai misalnya adalah goresan pena akademik yang membahas ihwal bahasa yang dipakai oleh salah satu suku di pedalaman Kalimantan. Kandungan tulisan tersebut tentu pasti berada dalam konstelasi linguistik. Konstelasi linguistik tersebut kemudian menjadi payung besar yang mewadahi diskusi terkait dengan perbedaan bahasa yang ada di Indonesia. Alasan mengapa perbedaan bahasa yang ada di Indonesia cukup banyak menjadi salah satu materi yang bisa dikaji dan didiskusikan. Pertanyaan tersebut tentu menjadi salah satu contoh penting yang mampu digunakan untuk menimbulkan sebuah kajian gres. Artinya dari kasus tersebut bisa menimbulkan kajian-kajian baru terkait dengan dunia linguistik. Ketika menulis buku akademik, tentu kita mesti memutuskan bahwa konten yang kita buat setidaknya dapat dikaji oleh golongan akademisi dalam disiplin ilmu tertentu.



  1. Penggunaan Metodologis yang Jelas


Salah satu hal penting yang perlu kita ketahui ketika ingin menulis buku akademik yaitu faktor metodologinya. Struktur ataupun konten yang kita buat harus dipastikan sesuai dengan persyaratan metodologis yang kita gunakan. Maksudnya yakni goresan pena tersebut mengandung ciri khas metodologi yang mencakup metode, pendekatan, dan teknik tertentu dalam penulisan. Sebagai misalnya ketika kita ingin memberikan anutan politik seseorang ihwal nasionalisme, maka kita harus menggunakan metodologi yang jelas. Adapun pendekatan yang bisa kita gunakan yaitu pendekatan biografi karena menyangkut personal seseorang. Selanjutnya, tata cara penelitian yang kita gunakan ialah kualitatif dengan teknik pengumpulan data lewat wawancara dan literature review. Apabila semua sudah dijalankan secara konsisten, maka struktur tulisan yang kita buat juga akan gampang diketahui oleh golongan akademisi. Kekonsistenan tersebut nantinya juga dilihat dari tata cara, pendekatan, dan teknik tertentu yang kita gunakan. Apakah ketiganya juga diterangkan di dalam isi tulisan yang telah kita buat.



  1. Berbasis Data


Aspek paling penting juga yang perlu kita pahami ialah terkait dengan pengumpulan data. Isi goresan pena akademik yang kita buat tentu harus bersifat positif atau berbasis fakta. Fakta-fakta tersebut bisa kita kumpulkan lewat data, baik yang sifatnya dalam bentuk angka ataupun non-angka. Data tersebut penting untuk dicantumkan dalam rangka mendorong perkiraan atau argumen yang sedang kita berdiri di dalam suatu goresan pena kita. Dalam menulis buku akademik, data ialah komponen vital yang mesti ada di dalamnya. Sebagai misalnya, ketika kita mengatakan bahwa Yogyakarta adalah suatu kota yang heterogen, maka kita perlu mengambarkan argumen kita dengan menggunakan data. Data yang kita gunakan mampu berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang setiap tahunnya melakukan survei lapangan. Dari data tersebut akan terlihat aneka macam latar belakang suku penduduk yang tinggal di Kota Yogyakarta, khususnya mereka yang menempuh pendidikan di Kota Pelajar tersebut. Dengan demikian, argumen yang kita sampaikan memang memiliki dasar yang berpengaruh.



  1. Tulisan Harus Bersifat Sistematis


Syarat penting lain dalam penyusunan goresan pena akademik ilmiah yakni sistematis. Artinya tulisan yang kita buat harus disusun secara sistematis berdasarkan kaidah genre yang kita gunakan. Sistematisasinya akan berbeda ketika kita ingin menyusun buku biografi ilmiah dengan buku akademik ilmiah lainnya yang didasarkan pada studi perkara. Ketika kita ingin menulis buku biografi, pasti kita akan menjelaskan profil tokoh yang ingin kita angkat. Pada segi lainnya, dikala kita ingin mengangkat sebuah hal menurut studi masalah, maka hal pertama yang kita sampaikan yakni terkait dengan profiling masalah yang kita angkat. Kedua contoh tersebut sebetulnya serupa yaitu memakai profiling sebagai pengantar penulis. Hanya saja bedanya terkait dengan objek yang ingin diangkat yakni manusia dan kasus. Contoh lain yang mudah untuk diketahui yakni saat kita menyusun suatu laporan penelitian. Tentu ada kaidah-kaidah yang mesti kita taati, mulai dari penulisan latar belakang, teori, isi, dan lain sebagainya.



  1. Relevan


Terakhir, kita mesti menentukan bahwa dalam menulis buku akademik ilmiah, konten yang kita buat mesti bersifat berkaitan. Artinya tulisan yang kita buat harus berhubungan dengan disiplin ilmu tertentu dan nantinya bersifat dialogis. Dialogis yang dimaksud ialah tulisan kita bisa bersifat bersesuaian dengan goresan pena lainnya atau justru bertolak belakang dengan goresan pena lainnya dalam satu rumpun disiplin ilmu yang sama. Apabila bersesuaian, maka tulisan kita merupakan tulisan yang bernada keterangan dan kontinum, sedangkan yang bertolak belakang bernada kritik. Baik yang bersesuaian ataupun bernada kritik pada dasarnya akan bekerjasama dengan goresan pena lainnya. Kondisi itulah yang lalu sering disebut dengan tumpuan. Artinya buku yang kita tulis bisa dijadikan acuan bagi penulis lain dikala mempunyai ketertarikan dengan sebuah hal yang sama, baik itu yang bernada kontinum atau kritik. Oleh karena itu, kita mesti memastikan bahwa tulisan yang kita buat memang bersifat berkaitan.


 


Referensi


Arifin, Syamsul dan Kusrianto, Adi, 2009, Sukses Menulis Buku Ajar dan Referensi, Jakarta: PT Grasindo.


[Bastian Widyatama]



Sumber harus di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama