Setelah alami reli yang tidak terbendung secara terus menerus, kini di perdagangan hari Selasa (4/7/2020) harga emas alami penurunan tipis. Meski harga emas tergelincir, namun mirip yang mampu dilihat harga emas masih berada pada rentang tertingginya sepanjang sejarah.
Harga emas dunia di pasar spot terkoreksi hingga 0,2 persen ke level US$ 1.972,5 per troy ons pada pagi tadi. Salah satu yang menyebabkan situasi ini yakni tentang penguatan dolar AS yang terlihat pada mulai bangkitnya indeks dolar.
Seperti yang dikenali, harga logam mulia ditransaksikan dalam dolar. Sehingga saat dolar AS menguat di dikala harga emas sudah terbilang mahal, maka yang terjadi adalah minat beli ikut terdampak.
Harga emas yang beranjak naik dipengaruhi oleh banyak aspek. Diantaranya adalah keadaan ekonomi global yang masih terancam imbas dari pandemi Covid-19. Dengan demikian pastinya sebagai aset yang minim risiko emas banyak dikejar .
Tidak cuma itu, kebijakan dari bank sentral AS (Federal Reserves/The Fed) tentang suku bunga contoh dan kebijakan mencetak duit melalui pelonggaran kuantitatif (QE) yang dilaksanakan secara besar-besaran, dikhawatirkan mampu menyebabkan inflasi yang tinggi di era yang akan tiba. Semakin tinggi tingkat inflasi maka akan makin tinggi harga emas.
Melihat ihwal segi fundamental pasar yang kuat menciptakan banyak pihak memproyeksi bahwa harga emas akan bullish untuk jangka menengah dan panjang. Sebelumnya terdapat Goldman Sachs yang meramal harga emas akan mencapai level US$ 2.000.
Tidak hanya itu, Bank of America (BoA) memprediksi emas akan bisa mencapai US$ 3.000 per troy ons. Ole Hansen -Kepala andal seni manajemen komoditas di Saxo Bank- juga memprediksi bahwa harga emas akan berada di level US$ 4.000.
Namun prediksi lebih tinggi tentang harga emas timbul dari pendiri Myrmikan Capital, Dan Oliver. Ia memprediksi emas akan tembus di harga US$ 10.000 per troy ons. Namun dalam prediksinya ini, Oliver tidak menyebut dalam rentang waktu kapan harga emas sesuai dengan yang beliau ramalkan.
Prediksi Dan Oliver perihal harga emas mungkin memang terlihat mengagumkan, namun kini timbul prediksi yang lebih spektakuler. Harga emas diprediksi akan meraih level US$ 15.000.
Adalah penulis buku best seller, Jim Rickards dan CEO Euro Pasific Capital, Peter Schiff yang berpendapat bahwa reli emas akan terus terjadi dan belum berakhir.
Rickards menjelaskan, “Jika anda mengambil rata-rata pada reli pasar sebelumnya 1971 sampai 1980, dalam masa sembilan tahun tersebut harga emas naik 2200 persen, pada 1999-2011, 12 tahun pasar mengalami kenaikan signifikan sampai 700 persen. Ambil saja rata-ratanya, Anda tak perlu mengambil harga tertingginya atau melakukan ekstrapolasi, jikalau Anda mengambil rata-rata dari keduanya, maka reli pasar berikutnya bakal lebih lama dari 10 tahun dan akan naik hingga 1500 persen”.
Sementara untuk prediksi dari Schiff, ia menggunakan rasio antara indeks Dow Jones dengan harga emas. Jika menggunakan rasio 1:1, maka harga emas sebaiknya berada di US$ 26.000.
Mengenai prediksinya perihal harga emas yang mencapai level US$ 15.000, Rickards menerangkan, “Saya kira harga emas bakal sentuh US$ 15.000 per ons sebelum 2024”.
Sumber stt.ac.id