Teknik Menulis

Teknik menulis buku bergotong-royong tidak terlalu sukar dan tidak juga mudah. Selama penulis andal dalam kaidah penulisan yang bagus dan benar, pekerjaan ini tidak akan sukar. Namun bagi penulis yang kurang menguasai sistem teknik menulis dan bahan yang ditulisnya, pasti akan sukar.


Dalam berkarya, penulis juga dituntut untuk menciptakan karya yang bermutu sehingga mampu menawan perhatian penerbit buku dan pembaca. Menjadi penulis juga sejatinya ialah proses belajar. Ada pembelajaran untuk menuangkan gagasan dan membagikannya kepada pembaca dengan cara komunikatif. Selain itu, ada juga kaidah tata bahasa dan ejaan yang harus dikuasai oleh penulis.


Menjadi penulis bukan mempunyai arti selalu mampu menghasilkan karya dengan tepat. Banyak kekurangan dalam teknik menulis maupun cara mempublikasikan buku yang terkadang dijumpai oleh para penulis. Namun ada baiknya kesalahan tersebut dihindari sehingga totalitas proses dan hasil penulisan bisa tercapai.


Dalam Teknik menulis, apa saja kesalahan-kesalahan yang perlu dikesampingkan penulis? Ini beliau ulasannya!


Pertama, penulis acap kali melakukan kesalahan dengan tidak mendesain konsep naskah atau buku sejak awal. Tidak adanya konsep yang dirancang akan membuat penulis terlampau bebas membuat karyanya. Penulis mampu saja tidak konsentrasi pada bahasan yang dia harapkan. Tulisannya akan melebar dan melebihi batas-batas fokusnya.


Permasalahan konsentrasi juga mampu terjadi pada kesalahan kedua. Jika kesalahan pertama ialah fokus yang melebar dan tidak terbatasi, konsentrasi kedua ialah target pembaca. Hal ini kadang-kadang diabaikan saat proses perancangan buku berjalan. Penulis berpikir bahwa bukunya akan dibaca oleh siapapun dari aneka macam golongan usia. Padahal, buku yang ditujukan untuk semua kelompok usia tetapi memiliki gaya bahasa dan bahan yang tercampur-aduk bisa menjadi buku yang tidak sempurna sasaran dan menimbulkan kesan “tidak yakin”. Hal ini membuat penulis mesti paham betul sasaran pembaca bukunya. Ia mampu melihat dari gaya bahasa dan bobot bahan pada buku untuk memilih target tepat pembaca karyanya.


Kesalahan selanjutnya dalam menulis buku adalah kurangnya penguasaan bahan terkait yang ditulis. Penulis yang tidak menguasai bahan atau bidang keilmuan yang ditulisnya akan condong melaksanakan copy paste. Perlu ditekankan bahwa copy paste bukanlah bagian dari menulis dan kemungkinan mampu berujung pada plagiarisme. Tidak problem memang bila hal tersebut diantisipasi dengan mencantumkan sumber atau referensinya. Namun tulisan yang dihasilkan akan terkesan kurang berbobot dan terlihat seperti kliping saja. Tidak mustahil hal tersebut juga mampu memengaruhi nama baik si penulis.


Kesalahan ini akan diketahui editor dari penerbit buku. Secara langsung, editor akan menawarkan teguran jika ada penulis yang cuma menyusun tulisannya dari internet. Selain berpotensi menyalahi hak cipta orang lain, penulis juga akan rugi alasannya adalah tidak melatih dirinya dengan teknik menulis buku yang benar.


Selanjutnya, tidak mempunyai jadwal menulis juga menjadi kesalahan yang perlu direnungkan. Banyak penulis yang tidak mempunyai jadwal menulisnya sendiri. Hal ini tentu saja bisa menjadikannya terhambat dalam menyelesaikan karyanya. Ia akan mengesampingkan pekerjaan menulis dan berpendapat bahwa penyelesaian karyanya itu mampu dikerjakan kapanpun. Parahnya, mengesampingkan menulis mampu membuat si penulis lama-kelamaan melalaikan pekerjaannya ini.


Perlu dikenali juga bahwa menulis buku sekaligus mengeditnya menjadi salah satu kesalahan yang mesti disingkirkan ketika ingin menciptakan karya berkualitas. Biasanya, kesalahan ini sering dilaksanakan oleh penulis yang masih baru dalam dunia menulis. Dalam prosesnya, penulis yang sekaligus mengedit karyanya akan lama sekali selesai. Hal ini juga menimbulkan penulis akan melakukan pekerjaan yang bikin capek dua kali. Selain itu, belum tentu hasil tulisannya benar-benar anggun sesudah disunting sendiri. Si penulis tidak akan menerima masukan-masukan mempunyai arti untuk karyanya saat dia mengedit tulisannya sendiri.


Kesalahan terakhir yang menghambat penulis untuk menciptakan karyanya dibaca banyak orang yakni tidak memahami cara berjualan atau seni manajemen marketing. Penulis sebaiknya tidak hanya bekerja sampai tulisannya terbit, namun juga mengiklankan sendiri goresan pena yang dihasilkannya agar menawan banyak pembaca. Walaupun hasil karya seorang penulis telah diterbitkan oleh suatu penerbit buku ternama dan terpajang di rak toko buku, penawaran spesial tetap mesti gencar dilaksanakan.


Penulis dan penerbit buku mampu saling menolong untuk mengiklankan buku yang telah diterbitkan, baik secara eksklusif atau online. Ada baiknya juga bila penulis tidak bergantung pada penawaran khusus yang dijalankan penerbit buku. Penulis bisa mengandalkan penjualan non-toko. Boleh jadi hasil penjualannya akan lebih baik dibandingkan dengan pemasaran lewat toko buku.


Tentunya penawaran khusus yang gencar harus diimbangi dengan mutu karya yang baik. Apabila penawaran khusus sudah gencar dikerjakan, tetapi karya yang dihasilkan kurang bermutu, maka karenanya akan sama saja. Pembaca niscaya tidak akan kesengsem dengan buku yang isinya tidak bermutu. Sebaliknya, karya yang bagus juga tidak akan hingga ke tangan pembacanya bila tidak dipromosikan dengan baik. Buku dengan konten yang luar biasa sekalipun akan tidak laku bila tidak dipromosikan.


Dalam menangani kesalahan-kesalahan menulis buku tersebut, para penulis bisa mendengarkanbeberapa penyelesaian teknik menulis berikut.



  1. Penulis harus memilih outline


Sebelum menulis buku, penting bagi penulis untuk menciptakan kerangka penulisan, meliputi daftar isi beserta pokok bahasan singkat setiap bab. Dari sini akan terlihat jika ada pengulangan pembahasan dalam tiap-tiap bab atau pun subbab. Jika didapatkan pengulangan, penulis harus segera mengeditnya. Kerangka ini akan memandu penulis melihat ruang lingkup pembahasan dalam karyanya.


Kreativitas penulis sangat dibutuhkan dalam tahapan ini, alasannya adalah akan kuat terhadap mempesona atau tidaknya desain buku yang disusunnya. Selain itu, konsep yang menarik akan memudahkan pekerjaan si penulis dan menarik perhatian editor. Dalam proses penyuntingan, editor juga kerap kali menanyakan outline untuk dibaca pertama kali.


2. Menentukan target pembaca dari kalangan umur


Untuk menangani kebimbangan dalam memilih target pembaca, penulis bisa meninjau apalagi dulu materi dan gaya bahasa yang digunakannya. Ia bisa menciptakan penjabaran sasaran pembaca, selaku teladan mengelompokkannya dari usia bawah umur, cukup umur, atau dewasa. Dengan melihat lebih jauh bahan buku dan sasaran pembacanya, penulis akan lebih mudah mengirimkan karyanya ke penerbit buku yang tepat.


3. Menulis dari bidang yang betul-betul dikuasai


Menulis buku dari bidang atau disiplin ilmu yang betul-betul dikuasai akan memudahkan penulis menyelesaikan karyanya. Ia yang telah menguasai metode dari bidang keilmuannya akan lebih gampang menyusun konten buku. Background keilmuan penulis juga lebih meningkatkan iktikad pembaca, alasannya adalah penulis dianggap kompeten dan sesuai dengan bidangnya. Sama halnya dengan pembaca, penerbit buku juga akan percaya bahwa penulis memang betul-betul memahami materi yang ditulisnya.


4. Menyusun jadwal


Punya jadwal menulis sendiri juga dilarang diabaikan penulis. Jadwal akan memandu penulis selaku pengingat perihal deadline yang mesti dipatuhi. Penulis mesti memiliki jadwal yang berisi tanggal penyelesaian setiap bab sampai penyelesaian buku. Selain itu, acara juga menjadi motivasi biar penulis disiplin dalam menyelesaikan karyanya.


Penulis mampu saja membuat reward dan punishment bagi dirinya sendiri ketika patuh atau tidak terdapat jadwalnya. Reward bisa menjadi dorongan bagi penulis untuk kado mengobati rasa lelah. Sementara itu, punishment akan menjadi perayaan bagi penulis ihwal kerugian akibat tidak patuh pada jadwalnya sendiri.


5. Bekerjasama dengan editor


Menjadi penulis dan penyunting sekaligus bukan hal sempurna, alasannya adalah hasil tulisan belum pasti meraih totalitas yang diperlukan. Kemudian penulis juga akan kekurangan masukan untuk karyanya ketika ia melaksanakan penyuntingan sendiri. Dalam mengatasi hal ini, penulis bisa berafiliasi dengan editor. Ia bisa mempercayakan kerja penyuntingan kepada seseorang yang ahli dan profesional dalam bidang ini.


Ketika menulis, penulis tidak butuhmerisaukan adanya salah ketik atau ejaan. Biarlah proses penulisan berlangsung secara alami dan mengalir. Penulis tidak perlu cemas perihal tulisannya, selama tidak banyak salah ketik dan memakai bahasa yang mudah dipahami. Jika tulisan selesai, penulis bisa mengedit terlebih dulu sebelum menyerahkan ke editor.


6. Gencarkan penawaran spesial sebelum dan sesudah buku terbit


Memasarkan buku yang ditulis mampu dijalankan bahkan sebelum buku terbit. Teknik ini juga merupakan salah satu teknik terbaik dalam mempromosikan buku yang ditulis. Penulis mampu menyiasati pasar sebelum buku diterbitkan. Untuk menarik pembaca, dia bisa menyelenggarakan kuis dengan hadiah buku yang ditulisnya.


Penulis yang profesional pastinya akan menyingkir dari kesalahan-kesalahan di atas semoga beliau mampu menerbitkan karyanya sampai sampai ke tangan pembacanya. Solusi yang dipaparkan di atas pun mampu dijadikan acuan selaku penulis agar lebih baik dalam berkarya. Jika kesalahan pernah dilakukan, maka hal itu wajar. Namun kesalahan yang dijalankan haruslah dijadikan pelajaran untuk lebih baik ke depannya.


Sekian Artikel “Teknik Menulis

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama