Bagaimana Cara Menciptakan Buku Asuh Yang Dicintai Mahasiswa?

Seringkali kita banyak membaca buku asuh yang mengambang. Banyak bicara banyak hal, condong ke mana-mana dan belum mempunyai fokus. Buku asuh diharapkan mempunyai sudut pandang yang terperinci, khususnya perihal prinsip-prinsip yang dipakai, pendekatan yang dianut, tata cara yang dipakai serta teknik-teknik pengajaran yang digunakan.


Cara membuat buku bimbing seharusnya menghidangkan sumber bahan yang baik sebagai pengisi bahan. Susunannya terencana, sistematis, beragam, dan kaya akan informasi. Di samping itu memiliki pesona kuat alasannya akan mensugesti minat mahasiswa kepada buku tersebut. Oleh karena itu, buku latih itu hendaknya menantang, merangsang, dan menunjang aktivitas dan kreativitas siswa.


Tidak kalah pentingnya, buku latih harus berfungsi sebagai penarik minat dan motivasi peserta bimbing dan pembacanya. Motivasi pembaca bisa muncul alasannya bahasa yang sederhana, mengalir dan mudah dipahami. Motivasi bisa muncul karena banyak pemikiran dan ilham-ilham gres.


Motivasi bisa muncul, alasannya adalah buku asuh tersebut mengandung berbagai isu yang berkaitan dengan keperluan mencar ilmu akseptor didik dan pembaca.


Cara membuat buku bimbing yang dicintai pembaca terutama mahasiswa latih, perlu beberapa prinsip dan langkah yang perlu diamati. Apa sajakah itu?


Pertama, Sederhana. Cara menciptakan buku ajar sebaiknya menyuguhkan desain-rancangan secara sederhana. Sehingga gampang dimengerti mahasiswa. Pada umumnya rumus-rumus lebih sulit diketahui daripada logika dari rumus itu. Penggunaan kata-kata hendaknya memakai kata-kata yang gampang diketahui dan sudah erat bagi mahasiswa.


Gunakan bahasa sederhana dan lugas, sesuai dengan bahasa setempat mahasiswa. Kalimat hendaknya dibentuk sederhana dengan susunan Subjek-Predikat-Objek (SPO) untuk kalimat aktif atau Objek-Predikat Subjek (OPS) untuk kalimat pasif. Hindari memakai anak kalimat, terlebih hingga kalimat bercucu.


Kedua, Menggunakan Bahasa Baku. Penulis buku didik harus menguasai tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.Tujuannya semoga dapat memperlihatkan makna tunggal, tidak bias dalam mengungkapkan suatu desain.


Kata baku umumnya lebih mengacu terhadap konsepnya. Penguasaan bahasa ialah syarat utama setelah penguasaan bidang ilmu yang akan ditulis sehingga mampu mengungkapkan fikiran dengan terang, cermat dan gampang diketahui. Hindari menggunakan bahasa abnormal, kalau terpaksa hendaknya dicetak miring.


Ketiga, Kontekstual. Makna kontekstual ialah aspek yang ada dalam lingkungan mahasiswa. Umpamanya, dosen menulis tentang Cahaya (rancangan fisika), materinya hendaknya mulai dari cahaya, contohnya cahaya matahari, cahaya lampu, benda-benda yang mengeluarkan cahaya, dan sebagainya. Intinya bekaitan dengan fenomena keseharian dan mudah diketahui mahasiswa.


Demikian juga, jikalau dosen akan menulis Ilmu tanah , bahan kajian dalam buku latih dapat dimulai dari tanah yang pernah dilihat mahasiswa. Jika kita dapat menulis buku asuh dimulai dari hal-hal yang sudah dikenal mahasiswa, desain yang mau disuguhkan akan lebih gampang dikenali dan dipahami mahasiswa. Sajikan teladan-contoh gampang dimengerti sesuai dengan tingkat pengertian dan logika mahasiswa.


Keempat, Buatlah Peta Pikiran Peta anggapan.  Peta ini sering disebut peta desain atau peta kognitif. Tujuan pembuatan peta anggapan yakni membuat lebih mudah menjaring cakupan bahan- kajian dalam buku asuh yang mau ditulis. Dengan memakai peta pikiran mampu menolong cakupan bahan kajian yang mau ditulis.


Tulislah topik utama di tengah kemudian buatlah topik-topik terkait untuk melingkari topik bahasan utama. Peta pikiran sangat membantu penulis untuk menciptakan kerangka buku bimbing. Dengan peta fikiran, dapat membantu dalam mengendalikan kedalaman materi yang ingin ditulis di dalam buku latih.


Kelima, Penampilan yang menawan. Perwajahan buku latih, tergolong pilihan karakter, tabel, gambaran, dan warna yang digunakan semestinya mempesona bagi mahasiswa. Perwajahan yang bagus dan menawan akan menunjukkan motivasi mahasiswa untuk membaca dan mempelajarinya terus. Pilihlah ilustrasi yang telah dan mudah dikenal oleh mahasiswa di lingkungannya. Biasanya mahasiswa akan mengkaji secara lebih mendalam terhadap hal-hal yang telah mereka kenal namun hanya baru sebatas berita.


Dalam hubungan ini diharapkan ketelitian penulis buku didik. Sebaliknya, buku ajar yang buruk dalam perwajahan akan dijauhi mahasiswa alasannya membosankan. Ilustrasi yang humoris pada umumnya lebih menawan bagi mahasiswa. Tokoh-tokoh yang sedang menjadi idola, mirip tokoh film kartun mampu diselipkan sebagai gambar gambaran, selama tidak mengganggu makna substansialnya.


Selain prinsip-prisip di atas ada beberapa kriteria buku ajar. Lalu bagaimana cara membuat buku latih dengan kriterianya itu?


Dalam pengamatan Bahrul Hayat yang dikutip oleh tim penilai buku didik dalam Pedoman Penilaian Buku Ajar, mengatakan bahwa buku asuh yang baik ialah mindful, dalam artian menarik hati otak kita untuk berfikir dengan logika yang  dinamis. Menurutnya, Ciri-ciri buku yang baik yaitu selaku berikut :


Pertama, meaningful. Ketika seorang mahasiswa membaca sebuah buku, maka beliau ditentukan akan dapat menangkap pesan dan makna yang terkandung. Jangan sampai membaca lima halaman buku, namun tidak menerima sense apa-apa. Sebuah buku baik harus mampu mengakibatkan anak mampu tahu makna dan hasil yang diharapkan.


Kedua, mengandung faktor motivational to learn dan motivational to unlearn. Ketika membaca sebuah buku pelajaran, anak akan termotivasi untuk berguru tanpa harus dipaksakan oleh guru. Karena buku ialah medium berguru, maka beliau juga mesti menampung motivational to unlearn.


Ketika sesuatu dipersepsi secara salah, maka buku pelajaran juga mesti bicara salah. Buku mesti berperan untuk mencopot hal-hal yang salah. Banyak pendapat lazim yang beredar selama ini yang salah, dan buku harus mengatakan ini salah. Dengan begitu anak tidak lagi bertanya mana yang benar dan mana yang salah.


Ketiga, keep attentive. Buku yang baik adalah buku yang mendorong mahasiswa untuk memiliki atensi, perhatian, terhadap apa yang ia pelajari. Ini memang susah. Tetapi ketika membaca Sejarah Indonesia atau Soekarno contohnya, orang akan susah untuk berhenti. Ada apa ? Ada magnet attentive dimana penulis berhasil menanamkan kepada pembaca semoga pembaca terus mengikuti apa yang mau disampaikan penulis.


Keempat, self study. Karena peran dosen di kelas juga terbatas, maka buku harus bisa membantu atau mengisi kelemahan ini. Kalau buku-buku dikembangkan secara luas dengan self study, maka para siswa akan terbiasa untuk berbagi teladan mencar ilmu yang berdikari.


Kelima, buku yang baik juga harus punya makna untuk memperoleh nilai dan budpekerti yang berkaitan dengan kehidupan kekinian dan budbahasa yang berlaku. Tanpa hal ini, maka belum dewasa akan menemukan hal-hal yang kontradiktif dalam dirinya. Kita harus saling melihat seluruh unsur pendidikan itu menyatu dan mengarah pada pembentukan aksara dan budpekerti mulia ini.


Dengan kondisi tersebut maka dibutuhkan suatu buku yang mencukupi pada dunia universitas kita. Sehingga setiap universitas mampu merencanakan dunia akademiknya dengan berdikari sesuai dengan kebutuhan dan tantangannya. Sebagai salah satu indikator ialah, apabila dosen-dosen tersebut dapat merencanakan materi kuliahnya sendiri. Namun demikian, keterlibatan golongan penerbit buku dalam mempersiapkan buku-buku juga pantas didukung, sehingga dosen-dosen memiliki bahan yang memadai untuk mereka dalam mempersiapkan bahan pembelajaran.


Sekian Artikel “Bagaimana Cara Membuat Buku Ajar yang Dicintai Mahasiswa?” supaya artikel ini mampu bermanfaat. Selain itu Anda bisa juga membaca artikel berikut:


Cara membuat Buku

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama