Teknik Menulis: Menulis Untuk Berbahasa

Salah satu teknik menulis yang perlu dikuasai oleh penulis adalah menulis untuk berbahasa. Berbahasa yakni acara kita sehari-hari untuk komunikasi dengan musuh bicara. Masyarakat di belahan dunia manapun pasti mempunyai bahasa mereka sendiri meski dengan gestur ataupun simbol. Tanpa kita sadari, aktivitas berbahasa ialah hal yang sungguh penting, sangat diharapkan, dan esensial, terutama dalam hidup berkelompok atau bermasyarakat. Bagaimana mungkin antara insan satu dengan lainnya cuma berdiam-diaman? Pasti, mereka berkomunikasi dan berbahasa untuk mencapai tujuan tertentu.


Berbahasa selain dipakai dalam teknik menulis, skill berbahasa yang bagus juga merupakan keahlian. Agar dapat berbahasa dengan baik, pasti seseorang harus berlatih secara terus-menerus. Berbahasa yang bagus perlu memikirkan banyak hal, di antaranya kejelasan dan sistematika berbahasa.


Baca juga :


Bahasa selaku keterampilan terbagi menjadi dua, yakni kemampuan secara produktif dan reseptif. Keterampilan produktif yaitu keterampilan mencipta dan menyuguhkan bahasa, sedangkan keahlian reseptif adalah keahlian mendapatkan dan menafsir bahasa. Keterampilan produktif terdiri dari keahlian berbicara dan keahlian menulis, sedangkan kemampuan reseptif adalah keterampilan mendengarkandan keahlian membaca (Zainurrahman, 2011: v). Sederhananya, berbahasa selaku kemampuan produktif ialah aktivitas yang bersifat aktif. Sementara itu, berbahasa sebagai keterampilan reseptif ialah kegiatan berbahasa yang bersifat pasif. Dengan menguasai keempat keahlian berbahasa itu, kita bisa menjadi orang yang berhasil dalam berbahasa untuk berbagai kesempatan.


Tidak siapa pun bisa membaca dan menulis dengan baik. Bahkan, orang yang saban hari berbicara dengan Bahasa Indonesia pun belum tentu mampu menulis dan berbicara dalam Bahasa Indonesia dengan baik. Itulah mengapa keterampilan ini memang perlu dilatih secara ketat dan terarah.  Tentu jika ingin mutu berbahasa kita kian baik, kita jangan hingga berhenti berlatih meski telah menjadi pembicara atau penulis handal sekalipun.


Menulis dan berbicara sama-sama merupakan keterampilan berbahasa secara produktif. Meski begitu, keduanya berlawanan. Untuk mengatakan, ini tergantung pada konteks. Konteks ini terbagi menjadi konteks formal dan nonformal. Pada konteks formal, umumnya terdapat di lingkungan formal mirip kuliah, seminar, pidato, ceramah, dan sebagainya. Untuk konteks formal, bahasa yang disampaikan lebih baku dan terstruktur. Sementara itu pada konteks nonformal, obrolan tidak berstruktur wajib. Orang bisa bercanda, ngobrol, dan menyampaikan ide tanpa ada aturan-hukum tertentu.


Dalam mengatakan didukung oleh mimik, intonasi, dan gesture. Ini disebut selaku unsur suprasegmental. Unsur ini turut menolong dalam menjelaskan obrolan kita. Sedangkan dengan menulis, kita tidak mampu membubuhi bagian suprasegmental ini. Maka dari itu, menulis mampu dibilang keahlian berbahasa yang lebih sukar ketimbang berbicara (Zainurrahman, 2011: 5).


Untuk keahlian teknik menulis dan membaca, tampaknya keterampilan ini perlu lebih banyak latihan dibandingkan dengan berbicara dan menyimak. Menurut Zainurrahman, keterampilan mengatakan dan menyimak mampu diperoleh secara alami dan mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, keterampilan menulis perlu mendapat perhatian lebih. Keterampilan ini tidak bisa dipelajari secara spontan, tetapi mesti secara berkelanjutan.


Keterampilan menulis yakni tuntutan bagi mereka yang aktif atau bekerja di dunia literasi dan akademik. Akan namun di dunia akademik sendiri, budaya tulis-menulis masih kurang. Masih sering ditemui bahwa mahasiswa, bahkan dosen mempunyai kesanggupan menulis yang kurang baik. Keterampilan menulis yang masih kurang pasti mempunyai dampak pada kualitas laporan penelitian, baik itu penelitian untuk lomba karya ilmiah, jurnal, atau tugas-tugas selesai (skripsi, tesis, dan disertasi).


Dalam menulis pun juga berlaku konteks formal dan informal seperti halnya mengatakan. Pada konteks formal, tulisan harus terikat oleh struktur dan tatabahasa yang baku. Teknik menulis ini mengamati konten dan penyeleksian kata dan jangan sampai memakai kata-kata secara asal-asalan. Tidak boleh ada kesalahan gramatikal dalam penulisan yang kiranya mampu menyelewengkan makna yang ingin disampaikan (Zainurrahman, 2011: 5).


Jika dalam berbicara bisa dibantu dengan komponen suprasegmental seperti gestur, maka dalam menulis pun ada yang mengambil alih unsur itu. Unsur yang dimaksud yakni tanda baca. Tanda baca ini cukup menolong dalam menjelaskan goresan pena. Contoh tulisan formal antara lain postingan ilmiah, laporan riset, dan surat resmi.


Hal-hal lain yang menciptakan menulis (teknik menulis) itu lebih sukar ialah membayangkan apakah pembaca mengerti tulisan kita atau tidak. Untuk ini pun perlu ada latihan dengan meminta komentar orang yang dipercaya atau cukup cerdik dalam dunia tulis-menulis. Hal yang bisa dikomentari antara lain konsentrasi goresan pena, akal penulisan, EYD, dan tatabahasa. Bukan cuma sekali dua kali, tetapi proses mencar ilmu ini terus berlanjut sampai penulis dan pemberi komentar setuju dengan keutuhan konten goresan pena.


Menulis ialah sebuah keterampilan berbahasa yang memang susah jika dibandingkan mengatakan. Meski begitu, bukan mempunyai arti bahwa kemampuan menulis ini tidak bisa dikuasai. Terus berlatih menulis, mengajukan pertanyaan, dan meminta komentar orang ialah tindakan untuk memajukan keterampilan teknik menulis kita. Lagipula, ada banyak manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain jikalau kita menjadi seseorang yang andal menulis dan bersungguh-sungguh menulis.


Contoh manfaat yang mampu diambil dengan menjadi seorang penulis yang menguasai teknik menulis adalah dapat dengan gampang diterima oleh penerbit buku untuk diterbitkan. Penerbit buku biasanya memilih naskah yang masuk dari bahasa yang terdapat dalam naskahnya apakah gampang diterima oleh pembaca atau tidak. Penerbit buku juga melihat dari sisi penggunaan bahasa, dan gaya berbahasa penulis, selain menyaksikan isi naskah atau tema naskah. Oleh alasannya adalah itu skill berbahasa yang bagus ialah skill yang berguna.


 


 



Sumber harus di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama