Teknik Menulis : Masalah Menulis Buku Yang Sering Timbul.

Teknik menulis baru apa yang mampu kita pelajari dari problem yang sering muncul ketika menulis buku?


Problem itu tidak pernah usai sejauh kita memiliki harapan besar lengan berkuasa. Problem menulis buku ada karena memang kita membutuhkan problem itu untuk menyebarkan teknik menulis kita. Kita perlu banyak refleksi terkait masalah itu sebab sudah banyak akademisi yang mengalaminya. Refleksi itu mengantarkan kita pada satu-satunya fenomena yang mesti dihadapi; fungsi buku. Sebuah buku berfungsi untuk mempresentasikan isu yang terkandung dalam buku terhadap pembacanya.  Setiap buku mesti mempunyai isi yang menawan sehingga pembaca terpesona untuk mendalami isi dari buku tersebut.


Isi dari buku panduan pun mesti memiliki nilai faedah yang mampu diaplikasikan oleh para pembacanya. Buku yang bagus yakni buku yang bisa mentransformasikan isinya dari penulis ke pembacanya. Oleh sebab itu, teknik menulis seorang penulis buku yang bagus hendaknya dapat memposisikan dirinya sendiri sebagai pembaca, sehingga ia dapat menganalisa tulisannya apakah goresan pena tersebut bisa diketahui oleh pembaca.


Menulis buku tidak mampu dikatakan gampang atau sulit. Hanya saja, dalam pembuatannya ada beberapa langkah yang jika disertai akan memudahkan dalam penulisan sebuah buku.


Langkah pertama teknik menulis yang mesti diambil yaitu mengumpulkan wangsit atau gagasan dalam menulis buku. Misalnya, inspirasi untuk menciptakan buku panduan praktik kerja lapangan.  Gagasan ini mucul alasannya adanya fenomena yang berjalan di kawasan melakukan pekerjaan . Fenomena yang berlangsung yaitu tidak adanya instruktur untuk memberi training kepada siswa maupun mahasiswa yang mengikuti program PKL di daerah kerja tersebut.


Fenomena tersebut melahirkan sebuah pemikiran menawan ialah membuat buku panduan aktivitas praktik kerja lapangan yang mesti dilakukan oleh peserta PKL. Dengan demikian, penerima PKL mendapatkan gosip tertulis dari buku tutorial tersebut tanpa perlu melibatkan terlampau banyak karyawan yang masih harus melakukan peran lain.


Tahap menciptakan buku berikutnya yakni kita harus fokus pada gagasan yang sudah diciptakan.  Fokus pada ide ini bermakna menyelami lebih dalam ihwal ilmu dan pemahaman dari pemikiran yang akan kita tulis dalam buku.  Apabila kita telah memutuskan ide apa yang hendak kita diskusikan, kita dapat menambah rujukan dari sumber lain, tentunya dengan mencantumkan sumber tulisan semoga tidak dianggap selaku plagiator.


Seperti halnya suatu karangan, dalam menulis buku hendaknya dibentuk kerangkanya terlebih dahulu.  Hal ini dilakukan semoga penulisan terarah dan tetap konsentrasi pada gagasan yang mau disampaikan, tidak melenceng ke dilema lain yang sebetulnya tidak perlu dibahas dalam buku tersebut.


Kerangka juga mempermudah dalam penulisan dan penyusunannya. Dengan adanya teknik menulis memakai kerangka dari buku yang hendak dibuat, penulis akan lebih terarah dalam menulis buku. Dengan begitu, isi dari buku tersebut akan tertuju jelas pada hal-hal yang akan dijelaskan. Kerangka buku bahkan menjadi anutan wajib yang mesti dipenuhi sebelum menulis buku.


Saat pertama menulis satu buku, buku tersebut belum pasti sukses ditulis dengan baik.  Penulis sebaiknya menulis apa-apa yang ingin ia sampaikan melalui tulisan. Namun, jangan terlalu berbangga pada apa-apa yang telah ia tulis. Tulisan pertama pada dasarnya masih ialah tulisan ‘bergairah’. Artinya, tulisan tersebut masih perlu dipelajari dan juga masih perlu dibenahi agar menjadi goresan pena yang lebih baik dan mampu memberitahukan isinya dengan efektif. Buku yang terkonsep akan mempunyai hasil yang lebih baik daripada buku yang tidak dilandasi oleh konsep sama sekali.


Hal yang paling sulit dilaksanakan oleh seorang penulis ialah menganggap tulisannya sendiri.  Secara alamiah mereka mampu menganggap bahkan mengritik tulisan orang lain namun terkadang kurang mampu menilai goresan pena mereka apalagi mengritik goresan pena mereka sendiri. Kendati demikian, setelah menulis sebuah buku, sebaiknya goresan pena itu dibaca kembali. Biasanya saat membaca kembali isi buku yang telah kita tulis, kita akan menemukan banyak kesalahan dalam tulisan tersebut.


Untuk lebih meyakinkannya selaku penulis, ada lebih baiknya kita meminta beberapa orang untuk membaca buku yang sudah kita tulis. Orang-orang tersebut mampu kita minta pendapatnya dan menginformasikan kesalahan-kesalahan yang ada pada buku. Dengan demikian, kita akan lebih mudah dalam memperbaikinya.


Setelah mempelajari tulisan yang telah ada dan mengenali adanya kesalahan-kesalahan, kita harus mengimprovisasi tulisan tersebut. Caranya, tentu saja dengan mengeliminasi hal yang dianggap kurang penting, memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penulisan maupun penyusunan buku, dan memilih kosakata yang lebih baik, lebih efisien namun tidak mengurangi estetika dalam pengemasan tulisannya.


Simak juga : Cara Membuat Buku Fiksi : Lima Genre Tulisan Fiksi Yang Wajib Kamu Ketahui !!


Lalu pertanyaannya yakni bagaimana menciptakan goresan pena atau buku kita lezat dibaca?


Tulisan yang yummy dibaca kalimat-kalimatnya mengalir, luwes, dan tidak membikin sakit kepala pembaca meskipun isinya berat. Sebuah tulisan berat pun akan menjadi asyik untuk dibaca kalau ditulis dengan asyik dan lezat dibacanya. Contohnya Stephen Hawking, beliau bisa menulis topik berat macam asal muasal alam semesta dengan bahasa yang mudah diikuti. Ada juga Kiyosaki yang membicarakan topik investasi dalam goresan pena yang ringan, mengasyikkan, dan gampang disertai. Contoh-contoh di atas ialah para pakar yang menulis karya tanpa harus menciptakan gundah para pembaca awam.


Kalimat mengalir akan menciptakan tema berat akan terasa mudah dicerna bila kita tahu cara menulisnya. Seberat apapun itu, mirip perjalanan waktu atau ekonomi kurun depan. Jika ditulis dengan mengasyikkan niscaya akan lebih diketahui pembaca awam.


Pertama, masukkan bagian personal di dalamnya. Banyak penulis besar yg memulai tulisannya dengan … “Ketika aku kecil dulu, ayah aku…” atau “Suatu hari, saya sedang … ketika tiba-datang menerima ide begini dan begitu.” Padahal, mereka tidak sedang menulis novel atau biografi. Mereka menulis buku wacana keuangan, investasi, atau fisika terapan. Dengan menyertakan bagian personal, pembaca serasa diajak untuk mendekat supaya tidak takut membaca buku bernuansa berat tersebut.


Cara kedua agar goresan pena yummy dibaca ialah banyak-banyak membaca karya sastraSastra punya kekuatan untuk memberikan hal-hal berat lewat hal-hal ringan yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Melalui sastra, kita bisa menyampaikan ilham dan gagasan besar lewat dongeng-dongeng keseharian, sehingga menjadikannya lebih personal.


Cara ketiga biar tulisan kita mengalir dan enak dibaca yakni banyak-banyak membaca dan dilanjut dengan sering-sering menulis. Banyak-banyaklah membaca. Sering-seringlah menulis. Itu yaitu kunci menjadi penulis hebat. Jika ingin jadi penulis yang mesti tekun baca dan bersungguh-sungguh menulis.


Sekian artikel “Teknik menulis : Permasalahan Menulis Buku yang Sering Muncul.” ini semoga berfaedah.


Jika Anda kepincut dengan artikel postingan lainnya dari Penerbit Buku Deepublish, berikut beberapa artikel yang sekiranya satu tema dan mampu anda gunakan untuk memperbesar pengetahuan anda dalam menulis. cek disini


[Khairul Maqin]


  


Referensi:


http://www.academiccoachingandwriting.org/academic-writing/academic-writing-blog/reference-list-formatting/-the-writing-process-from-ideas-to-clear-writing-and-back-again


 


 



Sumber harus di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama