Pada hari Minggu (7/3/2021) waktu setempat, pasukan Houthi Yaman kembali serang daerah Arab Saudi. Saudi Aramco yang merupakan tangki minyak mentah paling dilindungi dan terbesar dunia, menjadi sasaran rudal dari kalangan militan tersebut.
Tak tanggung-tanggung, sebanyak 12 drone dan dua rudal mengepung ‘jantung’ industri minyak di bagian timur negara itu.
Milisi yang diklaim dibiayai Iran itu, mengakui telah menembakkan drone dan rudal ke Ras Tanura, pelabuhan minyak paling besar dunia, dan Dammam, yang akrab dengan kemudahan minyak BUMN Saudi, Saudi Aramco, Dhahran.
Ras Tanura sendiri adalah terminal minyak paling besar di dunia. Ada sekitar 6,5 juta barel minyak yang diekspor per hari atau nyaris 7% dari permintaan minyak. Tak heran, Ras Tanura jadi salah satu instalasi minyak paling terlindungi di dunia.
Dengan menjadi salah satu instalasi paling terlindungi di dunia. Pelabuhan tersebut memiliki tangki penyimpanan besar daerah minyak mentah disimpan sebelum dipompa ke kapal tanker super.
Dilansir Reuters, harga minyak Brent naik setinggi US$ 71,38 per barel di awal jual beli Asia, tertinggi semenjak 8 Januari 2020. Sementara itu harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS sempat naik ke level US$ 67,98 per barel. Kenaikan ini tertinggi sejak Oktober 2018.
Mengutip Bloomberg, hari Senin (8/3/2021), serangan kali ini ialah yang paling serius sejak akomodasi utama dan dua ladang minyak diserang pada September 2019. Serangan juga mengindikasi kerentanan industri minyak Arab Saudi.
Kementerian Energi Arab Saudi menerangkan, tangki penyimpanan di terminal ekspor Ras Tanura, pantai Teluk, diserang oleh pesawat nirawak dari bahari.
Pecahan peluru dari rudal juga mendarat di bersahabat kompleks perumahan karyawan perusahaan minyak nasional Saudi Aramco di Dhahran. Saksi melaporkan, ledakan rudal bisa mengguncang kota.
Kementerian pertahanan Saudi menyampaikan beberapa drone yang menyerang di area pelabuhan ada sudah dihancurkan. Mereka menekankan ‘dijatuhkan sebelum mencapai sasaran’, tergolong rudal balistik yang menargetkan kemudahan Aramco di Dhahran.
Hal ini menjadikan kegelisahan gres akan rentannya fasilitas minyak Arab Saudi untuk jadi bahan serangan dari Yaman. Para analis pun memperkirakan akan kenaikan harga minyak yang mau terjadi dalam waktu erat.
Sementara itu harga sudah meningkat semenjak Organisasi Negara Pengekspor Minyak, Rusia dan sekutu penghasil minyak mereka, yang dikenal sebagai OPEC +, setuju pekan kemudian untuk secara luas bertahan dengan penghematan buatan meskipun harga minyak mentah naik.
Sumber stt.ac.id