Puisi Lama: Pengertian, Jenis-Jenis, Dan Acuan Lengkapnya



Puisi Lama. Jenis puisi lama yang perlu kau tahu. Puisi ialah karya sastra yang cukup digemari banyak orang. Namun menciptakan puisi yang elok tidak mampu sembarang pilih, apalagi perlu pemilihan diksi yang unik sehingga menciptakan kita ngeh dan tereyuh dengan puisi tersebut. 





Puisi yakni salah satu media yang sering dipakai untuk memberikan pesan. Isi dari pesan ini mampu berupa sebuah istilah atau suatu pesan dari seseorang ke orang lain atau ke khalayak. Menulis puisi merupakan salah satu bentuk ekspresi yang diungkapkan oleh penulis, bisa bersumber dari ide atau ide pikiran penulis.





Keberadaan puisi kini pun tidak lepas dari transformasi dari bentuk puisi usang.   Nah apa itu puisi usang dan apa perbedaan antara puisi lama serta puisi gres? 





Jika kau mencari tanggapan itu, maka membaca artikel ini hingga habis adalah keputusan yang tepat. 





Pengertian Puisi Lama





Puisi lama ialah puisi yang telah ada sejak zaman dahulu dan umumnya dipakai dalam upacara-upacara adat. Berbeda dengan puisi modern yang mampu ditulis secara bebas tanpa hukum, puisi usang mempunyai berbagai hukum yang mesti disertai berhubungan dengan jumlah kata dalam 1 baris, jumlah baris dalam 1 bait, jumlah suku kata, dan rima.





Jenis puisi usang yang dianggap paling unik adalah mantra karena senantiasa dikaitkan dengan hal-hal mistik dan mistis. Ciri-ciri mantra yakni berima, memakai bahasa yang mengandung majas metafora dan sifatnya misterius. Mantra lazimnya digunakan untuk meminta kekuatan, menghalau roh halus, dan sebagainya.





Dapat ditarik kesimpulan bahwa aturan-aturan puisi usang sebagai berikut:





  • Terikat dengan jumlah baris, 2, 4 atau lebih
  • Terikat dengan jumlah suku kata
  • Terikat dengan rima
  • Terikat aturan jumlah baris pada satu bait
  • Terikat dengan rima




Baca Juga: 7 Cara Menulis Puisi Yang Baik Kelas Profesional





Jenis-Jenis Puisi Lama





Puisi lama ini dibagi menjadi 7 jenis, yakni pantun, karmina, mantra, seloka, talibun, syair, dan gurindam. Supaya lebih terperinci simak jenis-jenis puisi usang dan misalnya, berikut ini.





1. Pantun





Salah satu jenis puisi lama yang paling populer adalah pantun. Ya, pantun masih menjadi jenis puisi usang yang sering dipakai hingga sekarang. Puisi jenis ini ialah puisi yang acap kali digunakan masyarakat sehari-hari. Hingga dikala ini, pantun masih sering digunakan dalam berkomunikasi sampai upacara etika ijab kabul Betawi.





Ciri-ciri pantun diantaranya yakni mempunyai sajak a-b-a-b.





  • Dalam 1 bait terdiri dari 4 baris. Kemudian satu baris berisikan 8-12 suku kata.
  • Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, ketiga dan keempat merupakan isi.




Contoh Pantun 





Makan nasi pakai bakwan





Disiram pakai kuah kari





Nusantara penuh keanekaragaman





Lestarikanlah potensi negeri





Anak kecil lompati pagar





Terkena bambu luka kakinya





Sejak kecil bersungguh-sungguh mencar ilmu





Sudah besar terasa kesannya





Australia negeri kanguru





Pergi kesana berbelanja jamu





Tunaikanlah perintah guru





Kunci berhasil menjangkau ilmu





Harum sekali mangga kweni,
Sayang cuma untuk titipan.
Belajar bersungguh-sungguh di hari ini,
Akan senang di kala depan.





Burung gelatik minum tajin,
Mencari makan waktu siang.
Anak elok pastilah rajin,
Jika mencar ilmu hatinya riang.





Kancil lari tidak terkejar,
Rusa lari sambil berputar.
Sekarang kita mulai belajar,
Supaya jadi anak yang arif.





2. Karmina





Karmina umumnya digunakan selaku media untuk menyatakan sindiran atau ungkapan secara langsung yang termaktub di bagian isi (baris kedua) karmina. Sebetulnya, karmina sendiri ialah pantun yang terdiri atas 4 baris dan tiap barisnya mengandung suku kata sebanyak 4 hingga 5 suku kata. 





Namun, seiring berjalannya waktu, bentuk karmina pun menjadi dua baris dan memiliki suku kata sebanyak 8-12 suku kata. Karmina ini tidak jauh beda dengan pantun, yang membedakan hanyalah sajak a-a-b-b.





Ciri-ciri karmina sebagai berikut: 





  • Karmina terdiri dari 2 baris
  • Karmina bersajak a-a atau b-b
  • Baris pertama disebut sampiran
  • Baris kedua disebut isi
  • Setiap baris pada karmina terdiri dari 8-12 suku kata atau 4 suku kata
  • Dan di antara sampiran serta isi tidak ada relasi dengan yang lain nya
  • Terkandung dua hal yang berlawanan, yakni rayuan maupun perintah
  • Pada setiap baris harus senantiasa diakhiri dengan tanda koma, kecuali pada baris keempat ialah selalu diakhiri dengan tanda titik




Contoh Karmina:





Dahulu beras kini ketupat





Orang pemerat tersiksa di akhirat





Buah durian tajam berduri





Baca Al Quran tenangkan hati





Tari saman indah gerakannya





Tanda akidah lapang dadanya





Ikan kakap makan kepompong





Banyak piawai suka bohong





Air panas di dalam panci





Kurang pantas memuji diri





Kucing garong kucing betina





Kalau bohong masuk neraka





Baca Juga: Teknik Menulis Puisi: Panduan dan Cara Membuatnya





3. Mantra





Salah jenis puisi usang yakni matra. Mantra merupakan satu-satunya puisi usang yang setiap ucapannya dianggap memiliki kekuatan mistik/magis untuk keperluan ritual ataupun pengobatan. Selain itu, mantra juga tidak memiliki ciri-ciri khusus.





Mantra ialah salah satu bentuk dari sastra ekspresi yang hingga dikala ini digunakan dan dilestrarikan di masyarakat. Adanya tradisi lisan masih eksis dan hidup di masyarakat tidak terlepas dari adanya pemberian tradisi penuturan verbal. 





Penuturan secara ekspresi pada acara kenduri dituturkan oleh seseorang yang dianggap selaku sesepuh desa. Artinya mantra yang meningkat di masyarakat merupakan bagian dari tradisi leluhur dalam bentuk sastra lisan.





Contoh Mantra:





Assalamualaikum putri satulung bersar





Yang beralun berilir simayang





Mari kecil, kemari





Aku menyanggul rambutmu





Aku membawa sadap gading





Akan membasuh mukamu





Gelang-gelang si gali-gali
malukut kepala padi
Air susu keruh asalmu jadi
saya sapa tidak berbunyi





4. Syair 





Syair ialah salah satu jenis Puisi. Kata “Syair” berasal dari bahasa Arab Syu’ur yang bermakna “Perasaan”. Syaur mememiliki bentuk yang terikat, sehingga syair juga memiliki aturan-hukum tersendiri. 





Aturan tersebut mampu menjadi ciri-ciri suatu syair, diantaranya: 





– Terdiri dari empat baris untuk setiap baitnya





– Terdiri dari bait-bait yang memiliki arti isi





– Jumlah kata setiap baris tetap lazimnya ada 4-5 kata





– Jumlah suku kata dalam setiap baris terdiri atas 8-12 suku kata





– Mempunyai rima yang tetap a-a-a-a atau a-b-a-b





– Menggunakan bahasa kiasan





Banyak pujangga yang populer dalam menciptakan syair. Di antara mereka ialah para penyair dari tanah Melayu. Seperti Hamzah Fansuri.





Contoh syair:





Inilah gerangan sebuah madah





mengarangkan syair terlalu indah,





membetuli jalan tempat berpindah,





di sanalah i’tikat diperbetuli sudah





Wahai muda identifikasi dirimu,





adalah perahu tamsil tubuhmu,





tiadalah berapa lama hidupmu,





ke akhirat jua kekal hidupmu





Ilmu bekal dimasa depan





Dengarlah wahai para siswa





Bersemangatlah mencar ilmu di waktu muda





Ilmu tiada pernah habis ditimba





Sebagai bekal dimasa renta





Tiada kesusahan jika ilmu ada





Kemana dicampak senantiasa diterima





Lancar problem nanti dirasa





Bercakap pun penuh wibawa





Bersama ilmu kau berjaya





Naik menuju tahta pertama





Cemerlang otak selalu





Menyinari diri sampai kematian bersua





5. Gurindam





Gurindam yakni jenis puisi lama yang setiap baitnya berisikan 2 baris. Pada dasarnya gurindam sangat mirip dengan pantun. Hanya saja gurindam tidak mempunyai sampiran. Gurindam mempunyai persajakan yang serupa di simpulan. Dua baris tersebut ialah hubungan alasannya dan akhir.





Ciri-ciri gurindam ketimbang jenis puisi usang lainnya, yakni:





  • Gurindam berisikan dua baris tiap baitnya.
  • Tiap baris memiliki jumlah kata sekitar 10-14 kata.
  • Tiap baris memiliki korelasi sebab balasan.
  • Tiap baris mempunyai rima atau bersajak A-A, B-B, C-C, dan seterusnya.
  • Isi atau maksud dari gurindam ada pada baris kedua.
  • Isi gurindam lazimnya berupa rekomendasi-nasehat, filosofi hidup atau kata-kata mutiara.




Contoh gurindam yang sungguh populer ialah gurindam Ali Haji. Gurindam tersebut berisikan anjuran usulan agama.





Siapa yang enggan sesat dunia alam baka





Maka cepat-cepatlah bertaubat sebelum terlambat





Jika secepatnya bertaubat sebelum kiamat





Maka akan mendapatkan yang namanya selamat





Apabila tidak senang memberi





Maka janganlah suka mencaci





Hidup itu mesti saling menghargai





Jika tidak mau menyesal di kemudian hari





Barang siapa tidak pandai





Bagaikan dingklik tidak bertumpu





Belajar untuk raih manfaat





Bukan sekadar raih ijazah





Mencari ilmu wajib hukumnya





Baik si kanak atau si bau tanah





Ilmu jangan cuma dihafalkan





Namun juga harus diamalkan





Baca Juga: 4 Langkah Menulis Puisi Berkualitas





6. Seloka 





Seloka yaitu jenis puisi usang yang terdiri dari istilah atau kiasan untuk menyindir maupun bergurau. Seloka biasanya ditulis dalam bentuk pantun maupun syair. Pengaturan Rima atau persajakan sungguh penting dalam seloka.





Dalam penulisannya, setiap baris kedua dan keempat pada bait pertama akan menjadi baris pertama dan ketiga bait selanjutnya, begitu pula seterusnya. Nama lain dari seloka ialah pantun berkait.





Ciri seloka secara lazim antara lain adalah: 





  • Dalam 1 bait berisikan 4 baris atau lebih.
  • Mempunyai sajak a-b-a-b.
  • Pada baris ke-1 dan baris ke-2 ialah sampiran, sedangkan pada baris ke-3 dan ke-4 ialah isi.
  • Setiap baris terdiri atas 4 suku kata.
  • Memiliki rangkaian pantun yang saling sambung menyambung.
  • Disusun secara berangkap. Akan namun setiap rangkap tidak tetap, jadi rima tamat adalah bebas.




Contoh Puisi Seloka





Untuk apa punya belati





Jika tak pernah jua diasah





Untuk apa beranak istri





Jika tak pernah dikasih nafkah





Jika tak pernah jua diasah





Si belati pun akan menumpul





Jika tak pernah dikasih nafkah





Nanti dapur pun takkan mengepul





7. Talibun





Talibun yakni sejenis puisi lama seperti pantun karena memiliki sampiran dan isi, namun lebih dari 4 baris (mulai dari 6 baris hingga 20 baris). Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dstnya.





Pantun jenis talibun sudah sangat jarang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Proses pengerjaan talibun tentu saja lebih sulit dibandingkan dengan pantun biasa. Sehingga tidak siapa pun mampu membuat puisi berjenis talibun ini. Secara umum talibun mempunyai ciri selaku berikut: 





1. Talibun memiliki jumlah baris yang genap yang terdiri dari isi dan sampiran. Jika talibun terdiri dari 6 baris, maka 3 baris pertama disebut juga dengan sampiran dan 3 baris berikutnya ialah isi. Sedangkan kalau 8 baris, 4 baris pertama ialah sampiran dan 4 baris selanjutnya isi dan begitu seterusnya.





2. Antara kalimat sampiran pertama dengan kalimat sampiran kedua, ketiga dan kalimat sampiran seterusnya harus saling berhubungan dan jangan hingga bertolak belakang atau tidak ada hubungan sama sekali.





3. Sampiran pada talibun berupa ungkapan sebagai kalimat pembantu dalam menyampaikan isi, usahakan kalimat sampiran menggunakan kata yang berima, indah dan menggunaakaan istilah alam dan lingkungan sekitar.





4. Bersajak abc-abc, abcd-abcd, dan abcde-abcde, dan seterusnya.





5. Tiap baris berisikan 8 hingga 12 kata.





6. Gaya bahasa yang dipakai luas dan menekankan pada diskusikan pengulangan yang berima.





7. Isinya menjelaskan tentang suatu perkara.Contoh talibun





Contoh pantun talibun:





Anak orang di Padag Tarap





pergi berjalan ke kebun bunga





hendak ke pekan hari sudah senja





Di sana sirih kami kerekap





walaupun daunnya serupa





tetapi rasanya berlain jua





Melihat sapi di siang hari





Sapi betina bukan sapi jantan





Berwarna putih bukannya hitam





Janganlah engkau menyombongkan diri





Di depan para tamu seruan





Karena itu tindakan jahanam





Baca Juga: 15 Tokoh Muslim Penulis Terkenal





Perbedaan Puisi Lama dan Puisi Baru





Jika telah mempelajari tentang puisi lama, lantas pertanyaannya ialah: Apa perbedaan antara puisi usang dan puisi gres? 





Sebenarnya yang paling jelas ketara adalah hukum penulisannya. 





Puisi lama yaitu puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan-hukum dalam puisi usang diantaranya jumlah kata dalam 1 baris, jumlah baris dalam 1 baris, persajakan, banyak suku kata, dan juga rima. 





Sementara puisi baru yakni puisi yang telah tidak terikat oleh aturan-aturan baku mirip puisi lama. Biasanya puisi gres mempunyai bentuk tipografi yang lebih luas dan bebas kalau ketimbang puisi lama, baik dari rima, bait, baris, sampai suku kata. Jenis puisi baru diantaranya yaitu balada, hymne, satire, ode, epigram, romansa, distikon, quatrain, sektet, stanza, soneta dan elegi.



Sumber harus di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama