Predatory Journals – Kenali 6 Ciri-Ciri Berikut Supaya Tidak Salah

Jika di ulasan sebelumnya telah mengulas ihwal open access journal . Maka pada kesempatan kali ini akan mengulas perihal predatory journals. Istilah predator pertamakali diperkenalkan oleh pustakawan di Universitas Colorado, yang berjulukan Jeffrey Beall.


Dari hasil penelitian Jeffrey Beall pun menemukan bahwa tujuan dari jurnal predator dimaksudkan untuk kepentingan bisnis semata. Adapun tujuan lain dari predatory journal satu ini, adalah untuk menerima set up homepage, seat back and relax, sending spam emails to scientists dan wait for customer (Kompas, 2013).


Bagi tim predatory journals memiliki ilmu teknologi yang lebih canggih, yakni dengan mengumpulkan data kontak, lalu dari data yang diperoleh tersebut, dilihat data-data yang berpotensi dan mempunyai gelar akademik (mirip dosen) untuk dikirim email spam. Isinya pun macam-macam, yang intinya mengajak dosen untuk menulis jurnal-jurnal dengan judul “jurnal Internasional”. Bagi dosen yang memerlukan aktualisasi diri sudah terang sangat kepincut, sebab akan digunakan untuk banyak kepentingan, misal untuk peningkatan jabat, beasiswa dan syarat yang mewajibkan dipublikasikan.


Terkait ihwal jurnal predator. Ada berbagai perusahaan atau penerbit predator yang mengatasnamakan atau menyamar selaku penyedia dan penyalur jurnal. Jika Anda mendapatkan hal ini, Anda perlu mencurigai dan mencurigai. Jika perlu menghindarinya. Berikut yaitu ciri-ciri predatory journals yang perlu Anda waspadai.




  1. Predatory journals – Meminta ongkos submit




Sumber dilema ini bahu-membahu bukan alasannya adalah jurnalnya, namun alasannya adalah proses prosedurnya. Karena mereka tidak ada editor atau penyeleksi makalah jurnal yang masuk. Dengan kata lain, semua naskah yang masuk diterima. Prinsipnya yakni mendapatkan uang, apapun bentuk naskah jurnal diterima. Inilah yang menjadi sumber masalah yang terjadi.


Dosen yang menerbitkan di web atau penerbit predatory journals dikenai biaya ratusan ribu sampai ribuan dolar per makalah. Skema ini memang sengaja dibuat para web atau penerbit predator untuk mendulang laba. Memang keuntungan yang diperoleh dua arah. Jadi pihak dosen untung alasannya menerima aktualisasi diri, dan pihak jurnal predator mendapatkan sejumlah duit yang diminta.


Oke, kedua problem ini akhir. Namun, akan muncul masalah gres di kala yang hendak datang. Karena jurnal yang dipublikasikan pun banyak dipakai untuk sumber rujukan mahasiswa atau masyarakat lazim. Dimana, jurnal tersebut tidak sesuai kriteria yang sebaiknya. Bisa jadi, isinya pun juga sembarangan. Maka, pembacalah yang dirugikan secara tidak langsung dengan kualitas jurnal yang dipublikasikan.




  1. Tidak Ada Editorial Board




Karena tidak ada tim penyeleksi naskah atau editor penyeleksi naskah, yang disebut juga dengan editorial board. Di Indonesia, salah satu publikasi jurnal yang berkredibel dan alur prosesnya jelas yaitu program Kemenristekdikti. DI sana ada tim editorial board, sehingga penelitian yang masuk sangat selektif dan ketat. Setiap jurnal yang dipublikasikan pun berkredibel.




  1. Isi Jurnal Tidak Terintegrasi




Jurnal yang masuk ke web atau penerbit berkredibel, syarat jurnal yang dimasukan mesti terintegrasi. Maksud terintegrasi dalam hal ini saling berkaitan dan ada korelasinya. Sedangkan di jurnal predator, jurnal yang ditulis banyak yang tidak terintegrasi. Bahkan naskah antara judul dan absurd tidak saling tersambung. Jangankan dari judul ke absurd, kadang judul dan isi juga tidak terintegrasi dan banyak kyang salah.




  1. Predatory Journals – Waktu Terbit Tidak Jelas




Ciri yang paling menonjol yang lain ialah, waktu terbit tidak terang. Makara mampu di terbitkan ketika-waktu. Bahkan, tidak ada bentuk fisik seperti print-printnan. Sekalipun ada bentuk fisik berupa print, cuma di print manual, memakai mesin print sehari-hari. Bukan diterbitkan oleh penerbit resmi atau penerbit terdaftar.




  1. Website Tidak Profesional




Ciri berikutnya ialah situs web tidak professional. Salah satu bentuk kalau web tersebut tidak professional mampu dilihat dari karenanya. Jadi banyak jurnal yang dipublikasikan di open access journal pun juga di publikasikan di jurnal Internasional bergengsi yang lain. Dengan kata lain, ada dua publikasi yang serupa. Tentu saja ini sesungguhnya tidak dibenarkan. Kemudian kalau hendak menawan jurnal yang sudah di publish di open access journal  akan dimintai lagi uang penarikan jurnal. Dari sini terperinci, ini hanya mengambil laba semata.




  1. Nama Jurnal dan Editorial Board Tidak Selaras




Hal yang paling banyak ditemukan dalam open access journal adalah banyak ditemui ketidakselarasan antara judul, nama jurnal dan isi jurnal itu sendiri. Ketidakselaran ini mampu alasannya tidak ada proses editing atau penyeleksi jurnal dari pihak tim. Ada juga yang karena asal menulis, tanpa mengamati konten isi.


predatory journal list 2020


Itulah ciri-ciri predatory journals yang dapat kami ringkas. Semoga ulasan ini menolong Anda untuk lebih berhati-hati ketika hendak memasukan makalah ke jurnal tertentu. Pastikan untuk memakai jurnal yang terpercaya. (Elisa)


Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara GRATIS. Anda cukup mengganti ongkos cetak. Silakan isi data diri dan DAFTAR JADI PENULIS atau Anda mampu langsung Kirim Naskah dengan mengikuti prosedur.


Jika Anda ingin mengenali lebih banyak tentang jurnal, Anda dapat menyaksikan artikel-artikel kami berikut:



Jika Anda memiliki BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, namun BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan kemudahan KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS!


Referensi:


Tim ejournal UIN Suka. 8 Ciri Jurnal Predator. http://ejournal.uin-suka.ac.id/sentra/inklusi/announcement/view/7 di Akses 5 Juli 2019.


Mart Terry. 2013. Jurnal Predator. Kompas, Selasa 2 April.



Sumber mesti di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama