It’S Simple: Menyebarkan Pandangan Baru Untuk Menulis Buku

Bagaimana penulis menyebarkan pandangan baru untuk menulis buku? Penulis menggunakan banyak cara, dan aku berani bertaruh bahwa sebagian besar cara-cara tersebut melibatkan menulis buku itu sendiri.


Bayangkan seorang komposer yang akan mengarang suatu lagu dengan memainkan not-not keyboard. Bayangkan seorang pemahat menciptakan ilham untuk sebuah patung dengan membentuk-bentuk ulang sebongkah tanah liat. Bayangkan seorang penjahit selimut yang akan membuat teladan motif selimut dengan merancang dan merancang kembali bermacam-macam kain. Semua usaha inovatif melalui beberapa tahap permulaan di mana pencipta menciptakan ilham-pandangan baru, meniadakan beberapa wangsit, dan bermain-main dengan ide yang merebut imajinasi atau yang sesuai. Setiap pencipta membuatkan inspirasi dengan karam dan mempertimbangkan sesuatu dalam media tertentu. Demikian juga dengan menulis buku. Dalam dunia kepenulisan, tahapan awal pengembangan inspirasi itu disebut “pratulis”.


Pratulis umumnya berserakan — banyak wangsit tersebar di mana-mana — mirip penjahit selimut dengan cuilan kainnya yang berserakan di lantai rumah. Bagi pada umumnya orang, berserakan dan tidak ambil peduli dengan akal, pola, atau bentuk final yakni suatu kebebasan. Itulah tujuan dari pratulis; menjadi sebebas mungkin dalam menghidupkan pandangan baru-pandangan baru. Jika Anda sungguh terganggu dengan ketidakrapian, maka pratulis bisa disebut sebagai prarencana, selaku alat untuk membangkitkan ilham-pandangan baru dan data yang mampu membantu Anda membuat draf esai. Sebaliknya, pratulis yaitu suatu tahap pengeraman wangsit, salah satu cara untuk menghidupkan wangsit dan menangkap fatwa Anda dengan menulis.


Ide-ide penulisan berkembang dengan banyak cara, dan teknik pratulis mencoba untuk memperlihatkan bermacam-macam cara di mana inspirasi dapat berkembang. Berikut beberapa bentuk pratulis yang bertujuan untuk membantu Anda menenteng wangsit-wangsit dan minat di bawah kesadaran Anda menjadi sesuatu yang kita sadari (penolong bila kita hendak mengisi kertas kosong ketika kita diminta untuk “menulis wacana sesuatu yang menarik perhatian kita”):



  1. Menulis Bebas


Menulis bebas menolong Anda mengidentifikasi subjek-subjek yang menjadi minat Anda. Secara tidak sadar, Anda tahu apa yang menjadi minat Anda, namun belum dapat mengidentifikasinya secara sadar, dan dibutuhkan Anda mampu menyadari minat Anda itu dengan menuliskannya secara bebas (karena menulis sama dengan berpikir). Menulis bebas mirip menulis dengan ajaran kesadaran di mana Anda menulis apa yang ada di pikiran Anda. Setelah Anda membuat beberapa goresan pena bebas, Anda akan mendapati bahwa Anda cenderung kembali ke satu subjek beberapa kali. Subjek yang beberapa kali Anda tulis yakni subjek yang baik untuk Anda kembangkan melalui penulisan, alasannya adalah hal tersebut jelas merupakan sesuatu yang penting di pikiran Anda.


Untuk menulis bebas, gunakan komputer Anda atau ambillah selembar kertas dan pensil, apa pun yang menurut Anda tenteram. Ambil pengatur waktu. Setel waktu lima menit. Tulislah apa yang ada dalam pikiran Anda dalam lima menit tanpa memusingkan diri dengan kesempurnaan, kalimat yang baik, dan ejaan atau tanda baca yang benar. Bahkan, jangan pedulikan masuk logika atau tidaknya juga tulisan Anda. Berkonsentrasilah cuma untuk merekam semua anggapan Anda dan menyanggupi ruang yang ada dengan sebanyak mungkin goresan pena selama lima menit itu. Jika Anda tidak menulis sesuatu, tulis saja: “tidak tahu tidak tahu” sampai Anda menerima ilham lain. Jika menurut Anda latihan ini sangat bodoh, maka catatlah: “ini kolot ini kurang pandai” hingga Anda mendapat wangsit lain. Ingat, tujuan dari menulis bebas yakni untuk mengisi halaman kosong dengan sebanyak mungkin kata selama lima menit menulis. Setelah 5 menit, beristirahatlah selama 1 menit dan bacalah apa yang telah Anda tulis, kemudian kerjakan lagi prosedur penulisan bebas tersebut sekurang-kurangnyadua atau lebih kali lagi. Setelah sampai pada tahap itu, berhentilah dan lakukan lainnya. Lakukan serangkaian prosedur penulisan bebas dalam waktu lima menit itu beberapa jam kemudian. Anda mungkin dapat memahami benang merah (inspirasi-ide yang beberapa kali tertulis) sehabis Anda menulis bebas berulang kali. Ide-pandangan baru yang Anda ulang yakni pandangan baru-inspirasi yang cantik untuk menulis buku sebab pandangan baru-wangsit itulah yang menjadi minat Anda.



  1. Mencari Ide/Brainstorming


Mencari wangsit/brainstorming, mirip halnya menulis bebas, yakni teknik sebelum menulis yang dirancang untuk menenteng pandangan baru-ilham di bawah sadar menjadi ide-ilham yang kita sadari. Cara ini yaitu cara yang anggun dikala Anda telah mengenali subjek biasa yang Anda minati, namun belum mengenali aspek apa dalam subjek itu yang hendak Anda titikberatkan. Brainstorming yaitu teknik yang dijalankan secara sadar di mana Anda secara cepat merekam semua ilham yang berafiliasi dengan subjek utama tersebut. Semua pandangan baru sama-sama mampu diterima; tujuan dari brainstorming adalah untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin pandangan baru yang bekerjasama dengan subjek itu. Kemungkinan besar Anda sudah pernah melaksanakan brainstorming di kawasan kerja atau pernah melihatnya di televisi atau film.



  1. Pengelompokkan/Pemetaan


Pengelompokkan/Pemetaan mampu menolong Anda menyadari ragam cara untuk mempertimbangkan suatu subjek. Untuk melaksanakan pengklasifikasian atau “pemetaan asumsi”, tulislah subjek utama Anda di tengah suatu kertas kosong. Lalu, tulislah secara cepat ide-pandangan baru yang berafiliasi dengan subjek tersebut di seluruh ruang kosong lembaran kertas Anda. Apabila satu pandangan baru berbagi inspirasi lainnya, gabungkan mereka dengan garis penghubung dan bulat untuk membentuk kalangan-kelompok wangsit. Tujuan utama dari cara ini adalah untuk memakai garis dan bulat untuk memberikan secara visual bagaimana ide-ide Anda mampu saling berkaitan dan juga berkaitan dengan subjek utama.


Sebuah kalangan atau peta menggabungkan dua tahapan brainstorming (merekam pandangan baru-inspirasi dan lalu menggolongkan mereka) menjadi satu. Cara ini juga dapat menciptakan Anda melihat sekilas faktor-faktor subjek mana yang mampu Anda tulis lebih banyak, sehingga hal ini dapat membantu Anda untuk menetapkan bagaimana memfokuskan suatu subjek yang luas menjadi goresan pena dan balasannya berupa buku.



  1. Memelihara Jurnal Pribadi


Sebuah jurnal langsung itu cara manis yang hendak terus-menerus merekam semua pengamatan dan aliran Anda — respons eksklusif Anda kepada dunia — kemudian berbagi wangsit untuk menulis. Sebuah jurnal langsung lebih dari sekadar catatan tentang apa yang terjadi dalam hidup Anda (lebih dari sekadar “hari Senin, saya pergi ke perpustakaan; hari Selasa, aku kerja sampai malam”). Jurnal pribadi adalah rekaman semua observasi, perasaan, dan refleksi diri terhadap semua pengalaman Anda. Anda mungkin mau menulis perihal sebuah insiden yang Anda perhatikan, tentang seseorang, sebuah daerah, pengalaman penting masa kecil Anda, reaksi yang berlainan atas sebuah suasana, informasi yang sedang hangat, tujuan, duduk perkara adab, atau subjek yang lain yang menarik perhatian Anda dan menyanggupi pikiran Anda. Anggap diri Anda selaku seorang penyelidik dan tanyalah pada diri Anda mengapa sesuatu itu mirip tampaknya, mengapa seseorang merespons situasi tertentu dengan beragam cara, apa ciri-ciri khusus yang dimiliki seseorang, sebuah daerah atau sebuah benda, atau bagaimana sesuatu terjadi. Dengan kata lain, pikirkanlah wacana apa yang Anda perhatikan dan tuliskanlah ajaran-ajaran tersebut ke dalam jurnal Anda.


 


Bentuk-bentuk lain dari pratulis yang ditujukan untuk menolong Anda membangkitkan dan juga memfokuskan diri tentang sebuah subjek yang sudah Anda pilih, adalah:



  1. Menanyakan Sesuatu Tentang Suatu Subjek


Bertanya yaitu bentuk serbaguna pratulis. Anda dapat mengajukan pertanyaan untuk menyebarkan sebuah perspektif perihal sebuah subjek yang ingin Anda tulis, untuk mempersempit subjek yang sudah Anda pilih, dan untuk memilih apakah subjek pilihan Anda mampu ditulis dengan gampang (khususnya jikalau Anda menulis buku ilmiah).



  1. Membuat Daftar


Membuat daftar memiliki arti mencatat pandangan baru-pandangan baru yang bekerjasama eksklusif dengan subjek tertentu. Membuat daftar lebih terarah ketimbang mengumpulkan wangsit (brainstorming) atau menulis bebas; kalau Anda memutuskan untuk menciptakan daftar selaku suatu bentuk pratulis, maka Anda sudah memiliki konsentrasi khusus Anda tentang subjek dan bermacam-macam aspek yang berhubungan dengan konsentrasi tersebut. Anda dapat memperluas atau meniadakan beberapa isi daftar seiring Anda mengerjakannya, dan memang dibutuhkan mirip itu. Sebuah daftar yaitu alat untuk menangkap apa yang mampu Anda pertimbangkan perihal semua aspek yang berafiliasi dengan fokus subjek. Misalnya:


Subjek Terfokus: cara-cara di mana komunikasi dapat mengalir dalam sebuah organisasi.


Atasan-bawahan tradisional — para manajer memberikan isu dan mengeluarkan perintah bagi bawahan.


Bawahan-atasan — lebih langka, di mana administrasi membuka pintu untuk mendapatkan info-info dan anjuran -rekomendasi dari karyawan untuk perusahaan.


Lintas departemen — di mana orang-orang dengan status setara saling mengembangkan gosip.


Tim kerja — yang mungkin melibatkan anggota dari berbagai level organisasi, yang berkumpul bareng untuk suatu proyek tertentu.


Selentingan — yang menembus semua level organisasi dan ialah yang tersulit untuk dikendalikan.


 


Bentuk pratulis lain juga ditujukan untuk membantu Anda menghasilkan pandangan baru Anda sendiri dalam menanggapi ilham orang lain, adalah:



  1. Meresponi Sebuah Teks


Banyak penulis berbagi inspirasi dari membaca. Misalnya, apa pendapat Anda tentang suatu postingan tentang perusahaan-perusahaan besar yang keluar dari AS untuk menghemat biaya (membayar para pekerja $1 per hari dibandingkan dengan $18 per jam)? Bagaimana pertimbangan Anda wacana editorial sebuah surat kabar yang mendukung/menentang kuota untuk memastikan lapangan kerja yang merata? Bagaimana pendapat Anda tentang ilham yang disediakan oleh sebuah buku pelajaran di sebuah universitas, bahwa Amerika Serikat yaitu masyarakat yang didominasi oleh struktur kelas tradisional? Membaca dapat memunculkan banyak ide untuk penulisan, dan ditentukan bahwa Anda akan diminta untuk merespons sebuah teks dengan wangsit Anda sendiri.


Anda dapat melakukan pratulis untuk sebuah esai dengan menuliskan ide-ilham sambil Anda membaca. Catat anggapan-pikiran Anda. Setuju atau tidak setuju dengan ilham orang lain, dan tuliskan argumentasi Anda. Tuliskan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dikala Anda membaca. Pada pokoknya, kerjakan dialog Anda sendiri dengan penulis teks tersebut, seolah-olah Anda sedang mengatakan kepadanya, dan tuliskan dialog tersebut supaya Anda mampu menerima kembali idenya di waktu mendatang.



  1. Memelihara Jurnal Respons


Jurnal respons memungkinkan Anda untuk mencerminkan dan mencatat refleksi-refleksi tersebut dikala dan sehabis Anda membaca. Metode ini sangat elok untuk meresponi suatu teks yang kompleks, dan merupakan teknik yang bagus untuk menghidupkan ilham-ide untuk menulis. Anda mampu mengajukan pertanyaan dan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam suatu jurnal respons:


Apa inti argumen penulis dan poin penting apa saja yang mendukung ilham tersebut?


Apakah saya baiklah atau tidak oke dengan inti argumen itu? Mengapa?


Apakah info tersebut berlaku untuk sesuatu hal yang sudah aku pahami?


Sebuah jurnal respons juga memperlihatkan peluang untuk mencatat fikiran dan reaksi Anda kepada teks.



  1. Bekerja dengan Pratulis: Berpindah dari Diri kepada Subjek


Inti dari pratulis yaitu mencatat serangkaian aliran sehingga Anda memunyai suatu kolam untuk memuat ilham-inspirasi Anda. Anda mungkin telah mencatat secara campur aduk gosip-informasi dan wangsit-ilham. Saya menilai pratulisan saya selaku sesuatu yang berhamburan. Pratulisan saya condong seperti barang-barang yang ada dalam fikiran sehingga aku harus menumpahkannya ke selembar kertas (baiklah, jadi aku memunyai sesuatu yang acak-acakan berserakkan di dalam kepala aku). Kemudian, peran selanjutnya adalah menyortir barang-barang itu, menentukan beberapa dan mencampakkan sebuah barang, sehingga aku berpindah dari kecampuradukan informasi ke sebuah fokus yang mampu aku kembangkan dan mendukung suatu tulisan.


Pada pokoknya, ketika melakukan pratulis, Anda perlu berpindah dari diri kepada subjek. Sepenting apa pun suatu pratulis dalam menolong Anda mengidentifikasi ide-ide untuk menulis buku, data pratulis sendirian tidak dapat menawarkan cukup gosip untuk menulis seluruh buku. Pratulis hanya dihasilkan oleh semua pengalaman, observasi, dan ajaran Anda. Untuk berbagi sebuah goresan pena, Anda mungkin perlu memasukkan beberapa pengalaman, observasi, dan ajaran perhiasan — gosip-berita yang tidak cuma mencerminkan pengalaman-pengalaman tertentu Anda, tetapi juga pengalaman insan pada umumnya. Sebuah tulisan senantiasa memakai pengertian dan pemikiran Anda sendiri selaku dasarnya, tetapi juga meluas sehingga ajaran tersebut mempunyai relevansi bagi orang lain.


 


[Aditya Kusuma]



Sumber harus di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama