Evakuasi Fiskal Uni Eropa Dongkrak Harga Emas Menuju Rekor Gres?





Pada hari Selasa (21/7/2020) malam, harga emas dunia melesat mendekati rekor tertinggi sepanjang kala yang pernah dicetak pada bulan September sembilan tahun yang kemudian.


Kondisi ini dipicu oleh lonjakan bisul Covid-19 dan impian untuk stimulus lebih lanjut dari sejumlah bank sentral dunia, sehingga mendukung ajakan logam mulia sebagai aset safe haven.


Ada sebuah hal yang menawan dari melesatnya harga emas kali ini. Yakni, emas dan indeks saham global mengalami pergerakan yang serupa. Padahal, dua investasi tersebut merupakan aset yang bertentangan, emas selaku aset kondusif sementara saham dianggap sebagai aset berisiko.


Mengutip dari Refinitiv, sebelumnya pada hari Senin (20/7/2020) atau di Selasa pagi waktu Indonesia, harga emas naik sebesar US$ 6,5 atau 0,36 persen ke level US$ 1.815,4 per troy ons.


Melihat data pada sumber yang serupa, harga emas mengalami reli yang faktual pada Selasa (22/7/2020) malam. Harga logam mulia itu melesat 1,78 persen ke US$ 1.841,01 per troy ons.


Seperti yang diberitakan oleh Kitcho News, Manager portofolio di Horizons ETF, Hans Albrecht, menyampaikan bahwa kebijakan stimulus moneter lewat program pembelian aset (quatitative easing/QE) dibilang menjadi pemicu penguatan bursa saham, tetapi di segi lain kebijakan tersebut menyebabkan risiko peningkatan inflasi dan penurunan nilai mata duit.


Risiko kenaikan inflasi dan penurunan nilai mata duit tersebutlah yang menjadi pemicu banyak penanam modal beralih dan memburu logam mulia.


Penyelamatan Fiskal Uni Eropa Dongkrak Harga Emas Menuju Rekor Baru?

Penyelamatan Fiskal Uni Eropa Dongkrak Harga Emas Menuju Rekor Baru?


Tak cuma itu, Albrecht bahkan memprediksi bahwa emas akan mencapai level US$ 2.000 per troy ons di tamat tahun nanti. Ia menyampaikan, “Dalam pandangan aku, harga emas punya potensi yang besar menuju US$ 2.000 per troy ons di final tahun nanti, dan tahun depan akan jauh lebih tinggi”.


Dengan menyaksikan prediksi Albrecht tersebut, itu artinya emas akan mencetak sejarah gres, melampaui rekor tertinggi sepanjang era pada 6 September 2011 kemudian yang berada pada kisaran US$ 1.920 per troy ons.


Harga emas memang makin mengkilap dalam beberapa minggu terakhir bahkan di sepanjang tahun ini. Situasi ini dipicu oleh risiko dari ketidakpastian ekonomi global yang dipengaruhi oleh pandemi virus corona.


Investasi emas yang dianggap selaku lindung nilai (hedging) di dikala dunia sedang alami ketidakpastian ekonomi ini, memberikan bahwa emas ialah aset safe haven yang paling dicari dikala suasana ekonomi global berada di ujung jurang resesi.


Sekadar aksesori isu, banyak dari analis yang ramai-ramai memprediksi tentang harga emas yang mau kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.


Pendiri Myrmikan Capital, Dan Oliver– ialah analis yang prediksinya paling ekstrim mengenai harga emas. Ia memprediksi bahwa emas akan mencapai US$ 10.000 per troy ons.


Namun Oliver tidak menyebutkan dalam jangka waktu berapa lama logam mulia tersebut akan mencapai level mirip prediksinya tersebut.







Sumber stt.ac.id

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama