Cara Melejitkan Kesanggupan Teknik Menulis Dalam Sekejap!

Teknik menulis yang dimiliki seorang penulis buku bukan cuma timbul dari talenta alamiah, tetapi juga dari proses berguru sehingga beliau mampu melejit dan menciptakan karya yang manis.


Keberhasilan menulis buku tergantung pada penulisnya. Banyak atau tidaknya pembaca dan manis atau tidaknya isi buku juga dipengaruhi oleh kesanggupan teknik menulis yang dimiliki si penulis. Pada dasarnya tidak semua penulis buku timbul dengan predikat profesional dan menghasilkan karya yang hebat. Banyak dari mereka yang melalui usaha panjang lalu muncul selaku penulis ternama dengan hasil karya yang banyak diminati pembaca. Dengan kata lain ada banyak orang yang berjuang untuk mengembangkan kemampuan menulisnya sehingga melejit dan berhasil menerbitkan bukunya.


Bukan hal yang mustahil ketika seseorang yang tidak mempunyai kesanggupan teknik menulis alhasil menerbitkan bukunya sendiri. Ia mampu belajar teknik menulis dari tingkat paling dasar sekalipun. Langkah-langkah yang harus dilaluinya tentu tidak sederhana, perlu banyak latihan, konsistensi, dan penguasaan tata bahasa yang terus ditingkatkan. Beberapa hal tersebut pun belum cukup. Ia masih perlu memutar otaknya biar mampu menuangkan gagasan yang diwujudkan dalam bentuk goresan pena menawan.


Menuangkan ide bahkan bukan hal yang mudah bagi setiap orang. Proses menuangkan hal-hal yang ada dipikiran dan merangkainya menjadi kata-kata kadang-kadang masih menjadi hal yang merepotkan untuk dilaksanakan. Selain itu, si penulis juga perlu menimbang-nimbang bahwa tulisannya sudah menyanggupi kaidah, setidaknya padat isi dan mudah dipahami.


Untuk menghadapi banyak sekali kesulitan itu diperlukan proses mencar ilmu. Lama atau tidaknya proses tersebut tergantung pada masing-masing individu yang ingin menjalankannya. Namun dalam tulisan ini, dapat kita simak bersama cara-cara melejitkan kesanggupan teknik menulis dalam sekejap. Dengan menerapkan beberapa cara tersebut, nantinya kita mampu lebih gampang membuka asumsi, mendapatkan wangsit, menciptakan mood, dan menciptakan tulisan yang menawan. Semua akomodasi yang sudah disebutkan dapat tercapai dengan satu kunci, yaitu berlatih keras.


Selain berlatih keras, seorang penulis juga perlu membebaskan orang lain dari risiko. Maksudnya, si penulis akan membuat goresan pena yang kiranya mampu menenteramkan, menyejukkan, dan memotivasi orang lain saat membacanya. Pembaca akan dibentuk mengerti dan mendapatkan penyelesaian lewat goresan pena yang dia baca.


Si penulis juga hendaknya menyajikan keuntungan, garansi, dan “bonus kebaikan” dari goresan pena yang dihasilkannya. Bonus kebaikan itu nantinya menjadi pesona berpengaruh bagi pembacanya sehingga mereka betah membaca habis karya yang dihasilkan si penulis. Bonus kebaikan mampu dihadirkan melalui goresan pena yang menetralisir fikiran, perasaan, dan keadaan negatif. Buku dengan isi seperti itu akan mempunyai keunggulan dan mempesona banyak pembaca. Manfaat bagi para pembaca juga akan terasa ketika mereka mampu mengambil pelajaran atau pengetahuan dari isi buku.


Nah, untuk teknik menulis buku yang memiliki keunggulan seperti itu, kita mampu mencar ilmu dari beberapa cara berikut ini.




  1. Perlunya memakai pengulangan < Teknik Menulis >




Terkadang kata-kata yang dituliskan satu kali kurang membangkitkan sehingga perlu dibuat arus dan gelombang. Beberapa kalimat tertentu perlu ditulis ulang selaku penitikberatan untuk lebih membangkitkan jiwa dan mencerahkan pembaca. Seperti halnya seorang nahkoda, penulis perlu menjinjing pembaca selaku awak kapal atau penumpangnya untuk mengarungi samudera yang bergelombang besar. Dengan begitu, nahkoda akan membawa orang-orang di dalam kapalnya hanyut. Membawa mereka hanyut memiliki arti mampu membangkitkan nalar dan jiwa mereka berkali-kali sehingga timbul suatu perubahan sesudah mereka membaca karya yang dituliskan.


Pengulangan juga mirip iklan di TV yang ditayangkan terus-menerus. Semakin banyak produk diperlihatkan semakin besar pula impian pelanggan berbelanja produk tersebut. Pun dengan tulisan, kian banyak diberi penekanan, semakin banyak pula menghanyutkan pembaca. Semakin diulang, makin pula suatu tulisan menawan perhatian. Pengulangan dapat dijadikan selaku jurus jitu membangkitkan asumsi pembaca. Selain itu, pengulangan bisa menimbulkan kekaguman selama dipaparkan dengan baik dan benar.


Biasanya pengulangan dalam goresan pena banyak dimunculkan pada buku-buku genre fiksi. Hal ini akan memperlihatkan kesan lebih dalam pada pembaca ketika menemui kata-kata yang kembali diulang. Sementara itu, buku dengan genre nonfiksi lebih jarang menunjukkan pengulangan alasannya bisa dianggap selaku wujud pemborosan kata. Oleh alasannya itu, penting bagi penulis untuk meninjau kembali tepat atau tidaknya menulis pengulangan dalam bukunya.




  1. Mencantumkan kutipan < Teknik Menulis >




Kutipan dapat menjadi jurus ampuh untuk meyakinkan pembaca akan isi buku. Kita mampu mencantumkan kutipan sebagai penguat pemikiran dikala menulis buku. Mencantumkan kutipan pun perlu dilakukan dengan hati-hati, alasannya tidak semua informasi yang kita dapatkan betul-betul bersifat akurat. Kita perlu melihat dan mengerti lebih jauh gagasan orang lain yang hendak kita kutip.


Selain itu, kutipan akan membuat si penulis lebih yakin diri dalam menyajikan suatu pokok bahasan. Penulis yang bukan siapa-siapa pada mulanya akan terbantu untuk menemukan iman dari pembaca alasannya memakai ilham atau ide dari orang lain yang sudah “terkemuka”.




  1. Positif-negatif < Teknik Menulis >




Tentunya kasatmata-negatif bukan cuma kata-kata yang bertentangan makna. Dalam konteks ini, faktual dan negatif adalah desain yang perlu dimengerti dan diterapkan seorang penulis seperi halnya beliau menggunakan magnet. Penulis perlu memahami bahwa dua kutub yang berdekatan mampu jadi tarik-menarik dan tolak-menolak. Kutub yang berlainan lah yang saling mempesona, dan sebaliknya. Dalam menulis, keadaan positif mampu dihadapkan dengan suatu fakta negatif sehingga muncul daya tarik-menawan yang sangat kuat. Intinya tuliskan hal-hal yang negatif dan aktual untuk saling melengkapi. Lebih gampangnya, penulis mampu memakai kata namun atau padahal sebagai pertentangan atau negasi dari sebuah gagasan.


Adanya aktual-negatif yang menjadi jiwa dalam sebuah tulisan menyebabkan kesan berlainan di benak pembaca. Hal ini dapat menghindarkan kesan acuh taacuh dalam buku yang dibaca. Para pembaca akan lebih kesengsem membaca isi buku yang berwarna ketimbang yang dingin dan tidak ada tantangannya.




  1. Menuliskan pertanyaan retoris < Teknik Menulis >




Pertanyaan retoris intinya tidak memerlukan jawaban. Tanpa perlu berpikir, para pembaca mampu mendapatkan sendiri tanggapan yang tersedia dalam pertanyaan tersebut. Untuk menciptakan pertanyaan retoris, penulis perlu membuat pernyataan terlebih dahulu, kemudian mengubahnya menjadi kalimat tanya.


Kalimat retoris nantinya akan menjinjing pembaca bertanya dalam pikiran mereka sendiri. Dengan begitu, mereka akan meresapi isi tulisan sampai ke fikiran dan perasaannya untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan tersebut. Pertanyaan retoris juga seolah menjembatani penulis dan pembaca lewat suatu dialog sehingga muncul kesan lebih akrab di antara keduanya. Pembaca yang akrab dengan penulis akan rela menyempatkan waktunya untuk membaca buku hingga final.




  1. Membuat deskripsi < Teknik Menulis >




Deskripsi mampu disuguhkan dalam bentuk penggambaran. Dalam suatu buku, deskripsi dapat dituliskan dengan teknik tertentu, mirip:



  1. Melihat gambar, mendengar sesuatu, atau merasakan kondisi di sekeliling memakai indera lalu memaparkannya dalam bentuk tulisan.

  2. Menulis bagian-bagian yang penting saja sehingga tidak terlalu detail dan berlebihan.

  3. Mengaitkan objek dan subjek suatu tulisan sehingga kalimat yang tertulis tidak sumbang

  4. Menggunakan persamaan kata atau sinonim yang lebih hidup

  5. Memakai majas hiperbola dan majas simile dalam tulisan fiksi untuk melebihkan citra fakta yang sebetulnya dan menyamakan dua hal berlawanan yang mirip bab atau sifatnya.

  6. Menuliskan analogis


Analogi mampu dianggap selaku cara akal membandingkan dua hal yang memiliki banyak persamaan sehingga mampu disimpulkan yang sama. Analogi mampu dipakai untuk menalarkan persoalan sukar dengan suatu hal yang gampang dan erat dengan kehidupan. Selain itu, analogi akan mempermudah pembaca mengetahui suatu inspirasi utama. Dengan menerapkan analogi, penulis dapat memberikan teladan faktual dan suatu rancangan yang mirip selaku pemaparan semoga lebih gampang dikenali. Penulis juga nantinya akan menulis buku dengan isi yang sedikit berlawanan sehingga tidak acuh taacuh.


 


Itulah beberapa cara jitu yang bisa kita terapkan dalam teknik menulis buku. Dengan cara-cara di atas, karya yang dihasilkan akan lebih berkualitas dan mampu menawan lebih banyak pembaca. Tentunya semua cara tersebut mampu diterapkan dengan variasi jerih payah dan konsistensi berlatih. Tanpa latihan dan perjuangan, cara jitu apapun masih akan terasa kurang untuk menghasilkan buku yang bermutu.


 


Anda punya RENCANA MENULIS BUKU?


atau NASKAH SIAP CETAK?


Silakan daftarkan diri Anda sebagai penulis di penerbit buku kami.


Anda juga mampu KONSULTASI dengan Costumer Care yang siap menolong Anda hingga buku Anda diterbitkan.


Anda TAK PERLU RAGU untuk segera MENDAFTAR JADI PENULIS.

SEBELUM ANDA MENYESAL 🙁


🙂


*****BONUS*****


Jika Anda memiliki BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tetapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan fasilitas KONSULTASI TEKNIK MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS disini!


Jika Anda menginginkan EBOOK GRATIS perihal CARA PRAKTIS MENULIS BUKU, silakan download


 


Referensi:



  1. http://caramenulisbuku.com/cara-menulis-buku-cepat-tanpa gangguan.html diakses pada tanggal 15 Juli 2016 pukul 10:30 WIB


[Wiwik Fitri Wulandari]



Sumber harus di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama