Dipengaruhi Angin Puting-Beliung Zeta, Harga Minyak Merangkak Naik





Hantaman Badai Zeta di Teluk Meksiko membuat harga minyak dunia berbalik alami penguatan di tengah penghentian buatan di beberapa perusahaan migas asal Amerika Serikat (AS).


Harga minyak berhasil rebound setelah sebelumnya terkoreksi sebesar 5 persen. Dalam laporan Reuters, ditulis bahwa pada hari Rabu (28/10/2020) kemarin, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS merangkak sebesar 7 sen, atau 0,19 persen menjadi $37,46 per barel. Sedangkan minyak mentah jenis Brent berjangka juga merangkak naik sebesar 4 sen, atau 0,10 persen menjadi $39,16 per barel.


Menurut Stephen Innes -Chief Market Strategist-, minyak mentah WTI berada di rentang harga antara $36,45 hingga $36,95 telah menjadi zona beli sejak awal bulan September. Ia menyampaikan, “Jika harga jatuh lewat rentang tersebut akan menjadi tanda bearish“.


Namun demikian, para analis memperkirakan, efek angin kencang Zeta diperkirakan hanya berumur pendek dan kembalinya bikinan AS akan menambah kelebihan pasokan yang ada karena Libya dengan segera memajukan produksi sehabis blokade delapan bulan.


Namun pandemi Covid-19 dan stok yang melimpah, sempat menciptakan harga minyak menurun cukup dalam. Penurunan harga ini dipicu oleh lonjakan kasus Covid-19 dan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat (AS).


Mengenai isu kelebihan pasokan masih menjadi kecemasan utama di pasar energi terutama di energi minyak. Sementara terkait lonjakan jumlah masalah Covid-19 yang berbarengan dengan pengetatan mobilitas publik membuat harapan pemulihan seruan menjadi suram dan penuh dengan ketidakpastian.


Dipengaruhi Badai Zeta, Harga Minyak Merangkak Naik

Dipengaruhi Badai Zeta, Harga Minyak Merangkak Naik


Seperti yang diketahui, pada perdagangan hari Selasa (27/10/2020) kemarin, harga minyak mentah alami penguatan. Namun pada jual beli waktu Asia hari Rabu (28/10/2020), harga minyak justru alami penurunan yang cukup dalam.


Penurunan harga ini dipicu oleh lonjakan masalah Covid-19 dan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat (AS).


Mengenai info kelebihan pasokan masih menjadi kecemasan utama di pasar energi khususnya di energi minyak. Sementara terkait lonjakan jumlah perkara Covid-19 yang serempak dengan pengetatan mobilitas publik menciptakan kesempatan pemulihan usul menjadi suram dan sarat dengan ketidakpastian.


Jika menyaksikan dari sisi pasokan, meningkatnya output minyak Libya yang dianggap akan kembali ke 1 juta barel per hari (bpd) kian menekan harga.


Namun yang pasti aneka macam indikator bahwa ancaman kelebihan pasokan itu tak bisa ditampikkan yaitu peningkatan stok minyak utamanya di AS yang menjadi pelanggan emas hitam terbesar di dunia.


Melansir dari Reuters, Hiroyuki Kikukawa -manajer biasa riset di Nissan Securities-, mengatakan, “Peningkatan stok minyak mentah AS yang lebih tinggi dari asumsi mendorong pemasaran gres sementara kegalauan atas gangguan pasokan dari Badai Zeta telah surut”.







Sumber stt.ac.id

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama