Cara Menanggulangi Writer’S Block: Penyebab Dan Cara Menghadapinya



Writer’s block. Bagi penulis, khususnya yang masih pemula, tentu sering mengalami writer’s block. Namun, tidak menutup kemungkinan seorang penulis profesional juga kerap mengalaminya. 





Masalah ini terjadi dikala penulis menemui ‘jalan buntu’, baik di awal, tengah, atau simpulan penulisan. Misalnya, penulis tidak dapat menguraikan ilham di pikirannya ke dalam bentuk goresan pena, atau penulis sulit mendapatkan pandangan baru untuk melanjutkan cerita atau pengerjaan sebelumnya. Bisa juga penulis susah memilih simpulan dari tulisannya.





Saat mengalami writer’s block, anggapan penulis seolah mandek atau berhenti memproses semuanya. Tidak heran jika penulis membutuhkan sementara waktu untuk istirahat dari pengerjaannya sembari mencari ilham untuk melanjutkannya.





Namun, penulis tidak boleh putus asa dikala mengalami keadaan ini. Sebab, ada banyak sekali cara yang dapat dikerjakan penulis untuk menangani masalah writer’s block.





Pengertian Writer’s Block





Writer’s block bagi seorang penulis, baik profesional maupun pemula, merupakan problem yang kerap mereka hadapi. Bahkan, seorang J.K Rowling saja yang notabene adalah penulis kenamaan dunia, pernah mengalami writer’s block.





Bagi penulis, writer’s block ialah momen tersulit yang menciptakan mereka mampu saja mengalah dengan tulisannya. Edmund Bergler ialah orang yang pertama kali memperkenalkan perumpamaan writer’s block. Psikoanalisis ini menyebutnya selaku “a neurotic inhibiton of productivity in creative writers”.





Bergler pertama kali membuat istilah tersebut di New York City, Amerika Serikat  pada 1947 silam melalui bukunya yang berjudul ‘The Writer and Psychoanalysis’.





Menurutnya, writer’s block ialah salah satu dari banyaknya manifestasi “masokisme psikis” atau sabotase diri, yang ialah cita-cita bawah sadar untuk mengalahkan kesadaran seseorang dan untuk menikmati kekalahan yang dibangun sendiri.





Kaprikornus, Writer’s block adalah pengalaman penulis ketika mereka terjebak dalam proses penulisan tanpa kesanggupan untuk bergerak maju dan menulis sesuatu yang gres.





1. Gustave Falubert





Penulis asal Prancis ini menggambarkan writer’s block sebagai pengalaman ketika penulis sama sekali tidak tahu apa yang harus ditulisnya walau telah memeras otak.





“Anda tidak tahu apa itu, tinggal seharian dengan kepala di tangan sambil mencoba memeras otak yang malang untuk mendapatkan sebuah kata.”





Baca Juga: 16 Cara Meningkatkan Motivasi Menulis Bagi Penulis Pemula





2. William Stafford





Seorang penyair dan pasifis Amerika, William Stafford, yakin bahwa writer’s block merupakan produk dari beberapa macam ketidakseimbangan antara kriteria penulis dan kinerja mereka.





“Seseorang (dalam hal ini penulis) harus menurunkan standarnya hingga tidak ada ambang batas yang dicicipi untuk dilampaui secara tertulis. Ini gampang untuk menulis. Anda seharusnya tidak mempunyai persyaratan yang menghalangi Anda untuk menulis.”





3. Dee Lestari





Penulis novel ‘Perahu Kertas’ dan ‘Filosofi Kopi’ ini mengaku berkali-kali mengalami writer’s block. Dalam blog-nya, Dee menuliskan bahwa writer’s block terbagi dalam dua jenis keadaan, ialah akut dan besar.





Writer’s block akut merupakan keadaan dikala penulis terhalang oleh rintangan kecil. Namun mampu dirasa besar karena ketidakjelian penulis. Gambaran blok akut seperti sebuah bongkahan batu di jalan yang menciptakan seseorang tersandung. Tetapi blok akut ini biasanya tidak parah alasannya adalah dapat diselesaikan dengan beristirahat sementara waktu dan menguraikan wangsit bertahap. Menurutnya, writer’s block jenis ini lebih sesuai kalau dikategorikann selaku distraksi ketimbang kebuntuan.





Sementara writer’s block besar dapat dikatakan selaku kondisi kronis, adalah saat seorang penulis benar-benar terhalang oleh sesuatu yang besar secara tiba-tiba. Saat penulis mengalami keadaan ini, rasanya seperti mereka tidak memiliki jalan keluar. Dalam hal ini penulis terasa seperti terjebak. Mereka mampu terperangkap dalam waktu sungguh lama hingga bertahun-tahun alasannya halangan ini.





Tanda-tanda Writer’s Block





Setiap penulis mengalami tanda writer’s block secara berbeda. Berikut beberapa di antaranya:





1.Tidak Bisa Fokus





Seorang penulis mesti fokus terhadap tulisan yang akan dibuatnya. Tapi memang dalam beberapa peluang, penulis dapat mengalami kendala dikala menuangkan inspirasi menjadi tulisan, sampai waktunya terbuang tidak berguna dengan menimbang-nimbang kata-kata yang dirasa kurang inovatif. Ini memperlihatkan penulis kurang konsentrasi dan keintiman dengan goresan pena.





2.Berubah Pikiran Setiap Hari





Ide sebuah tulisan dapat timbul kapan saja, bahkan dalam hitungan menit penulis bisa mendapat banyak ide baru untuk dituangkan. Tetapi wangsit ini mampu mendorong penulis dalam mengubah tulisannya, hingga hasilnya penulis kesulitan menetapkan ide mana yang lebih baik untuk ditulis.





3.Merasa Gagal





Banyak penulis yang mengalami writer’s block sering menderita semacam rasa sakit emosional, baik dari kehidupan langsung maupun profesional. 





Fakta bahwa penulis merasa akan mengalami kegagalan balasan tidak menulis saban hari atau merasa tulisannya buruk yaitu penyebab rasa sakit emosional tersebut yang menjadikannya tidak bisa menulis lagi.





4.Sibuk Melakukan Observasi Sebagai Bahan Tulisan





Melakukan observasi atau observasi sebelum menulis memang elok, bahkan, hasil observasi tersebut bisa memunculkan pandangan baru baru untuk ditulis. Tetapi terlalu sibuk meneliti hingga lupa untuk menuliskannya akan menghambat pertumbuhan goresan pena.





Tetalu banyak melaksanakan pengamatan juga dapat menciptakan penelitian tersebut tidak fokus, yang menimbulkan penulis mencampakkan waktunya secara tidak berguna.





5.Tidak Lagi Bersemangat dengan Tulisan





Kondisi ini adalah perayaan besar bagi penulis dikala mereka mulai kehilangan motivasi dan ilham untuk menulis. Penulis dapat terjebak dalam sebuah tulisan yang tak ingin diceritakan atau sama sekali menjadi tidak tertarik untuk menuliskannya lagi.





6.Terlalu Sering Mengoreksi Tulisan





Ada beberapa penulis yang mempunyai sifat perfeksionis. Mereka ingin tulisannya betul-betul manis sampai berkali-kali melaksanakan perbaikan dan lupa untuk melanjutkannya. Penulis yang perfeksionis mampu meniadakan beberapa paragraf yang telah ditulisnya cuma alasannya adalah dirasa kurang sesuai. Pada kesannya hal ini akan membuat penulis kehilangan motivasi karena merasa tulisannya gagal lalu mengalami hal ini.





Baca Juga: Menulis: Pengertian, Tujuan, Fungsi, Manfaat dan Teknik Menulis





Penyebab Writer’s Block





Penulis yang mengalami hal ini biasanya tidak sadar bahwa sejumlah faktor eksternal dan internal dapat menjadikannya sulit menulis. Hal itu bisa timbul dari faktor diri penulis sendiri atau bahkan, aspek di luar diri sendiri, contohnya lingkungan.





1. Menurut Pandangan Psikologis





Dalam sebuah studi dari Yale psychologists pada 1970 dan 80-an yang ditinjau kembali oleh New Yorker, writer’s block ialah hal konkrit dan dapat tertuntaskan penulis.





Dua orang psikolog berjulukan Jerome Singer dan Michael Barrios melakukan penelitian perihal fenomena writer’s block ini kepada para penulis berlatar belakang yang berlawanan, mulai dari penyair puisi hingga screen writer.





Mereka menemukan penulis yang mengalami writer’s block sedang merasa tidak senang. Agar lebih mudah memahaminya, kedua psikolog tersebut membagi empat dasar penyebab ketidakbahagiaan para penulis yang menjadi penerima studi mereka, ialah:





a. Kecemasan





Penulis yang sering merasa khawatir lazimnya mempunyai karakter perfeksionis. Mereka selalu khawatir goresan pena yang dibuat tidak cocok dengan cita-cita pembaca. Perasaan seperti ini bisa menghilangkan kebahagiaan dalam menulis.





b. Pemarah





Seorang pemarah ketika mengalami hal ini cenderung mempunyai abjad nartistik. Mereka mampu sungguh kesal ketika mengalaminya. Terlebih ketika tujuan mereka yakni untuk menerima hal yang sepadan dengan kerja kerasnya, mirip upah atau keberhasilan.





c. Apatis





Orang-orang apatis biasanya ditandai dengan harapan mendapatkan kreativitas dalam pikirannya, menciptakan mereka sering bengong. Mereka sering merasa jika tulisannya harus sesuai dengan ekspektasi atau regulasi yang diinginkan.





d. Memiliki Masalah dengan Orang Lain





Orang tipe ini condong mempunyai pikiran negatif terhadap orang-orang di sekitarnya ketika mengalami writer’s block. Mereka tidak suka kalau ada orang yang membandingkan tulisannya dengan orang lain secara negatif.





Baca Juga: 10 Tempat yang Cocok Untuk Menulis Buku, Bikin Semakin Produktif!





2. Menurut Pandangan Umum





Penulis dan psikolog Susan Reynolds menyatakan bahwa writer’s block hanyalah sebuah mitos dan bukan kondisi psikologis sama sekali.





Walau begitu, Reynolds mengakui bahwa menulis yaitu proses mental yang menantang, yang melibatkan faktor-aspek tidak nyaman mirip eksperimen, ketidakpastian, dan kerentanan. Menurutnya, menulis banyak mengeluarkan kesanggupan kognitif secara lebih keras dibandingkan dengan banyak bidang pekerjaan yang lain. 





Apakah writer’s block merupakan dilema psikologis yang aktual atau cuma istilah yang diciptakan ketika penulis menghadapi tantangan biar lebih romantis, ada banyak argumentasi penyebab dilema ini.





Beberapa alasan paling umum dari writer’s block adalah selaku berikut:





a. Takut





Sebagian besar penulis bergumul dengan rasa takut di dalam diri mereka sendiri. Penulis takut menempatkan diri dan idenya apakah dapat diterima oleh pembaca atau tidak.





Takut pembaca menghakimi atau mengkritik memang normal, tetapi akan menjadi problem bila hingga menghalangi penulis melaksanakan pekerjaannya dalam membuat sesuatu yang gres.





Ketakutan mampu menjadi alasan paling besar mengapa beberapa penulis tidak berhasil.





b. Perfeksionis





Salah satu kendala atau penyebab writer’s block terbesar dalam menulis yakni sifat perfeksionisme. Kebanyakan penulis memakai perfeksionisme selaku mekanisme perlindungan, umumnya melindungi diri dari kritik keras dari pembaca atau kegagalan.





Berjuang untuk menghasilkan tulisan terbaik memang wajar, namun penulis juga mesti sadar bahwa sempurna tidak mempunyai tolok ukur standar apa pun. Sebab, kesempurnaan akan berlainan pada setiap orang.





Mencoba menulis kalimat, paragraf, atau novel yang tepat justru akan membuat penulis tidak meningkat atau kesulitan dalam menghasilkan goresan pena apa pun. Pada akhirnya sifat perfeksionis ini akan menciptakan penulis mengalami writer’s block besar.





c. Tekanan Eksternal





Tekanan eksternal, contohnya dari orang lain atau lingkungan mampu menciptakan penulis mengalami writer’s block akut. 





Misalnya, penulis bahu-membahu belum bisa menulis sesuat. Tetapi karena mendapat paksaan dari pembaca atau orang lain yang tidak berhubungan eksklusif dengan pekerjaan, maka mau tidak mau ia mesti menghasilkan tulisan apa pun.





Perasaan frustasi itu bisa membuat penulis tidak dapat berpikir dengan baik untuk menciptakan goresan pena yang cantik. Pada akhirnya tekanan dari luar justru akan membuat penulis terhambat.





d. Kritik dari Diri Sendiri





Umumnya ini terjadi pada penulis yang perfeksionis. Faktanya, pengkritik terbesar adalah diri sendiri. Secara tidak sadar, kritikan tersebut akan menjadi hambatan dalam menulis apa pun. 





Kritikan lazimnya tiba saat penulis mulai membandingkan tulisannya dengan hasil karya orang lain atau bahkan, karya sebelumnya, yang menurutnya lebih baik dan sukses.





Membandingkan goresan pena yang kini dengan karya yang lain justru akan membuat penulis tidak bisa menciptakan karya baru alasannya selalu dianggap tidak cukup baik.





Ada banyak penyebab mengapa penulis mengalami writer’s block, yang diakibatkan oleh aspek internal maupun eksternal. Mengetahui penyebabnya akan mampu menolong penulis dalam menangani masalahnya dan membuatnya mengetahui bagaimana cara menghindarinya supaya tidak terjadi kembali.





Baca Juga: Cara Meningkatkan Keterampilan Menulis agar Lebih Berintegritas





Cara Mengatasi Writer’s Block





Writer’s block memang mampu membuat penulis putus asa. Di satu sisi penulis ingin menciptakan suatu karya yang anggun, namun di sisi lain beliau mengalami hambatan tak tampakyang menjadikannya tidak bisa menuliskan apa pun.





Namun, jangan hingga keadaan ini menciptakan penulis berhenti dalam meneruskan karya yang telah dimulainya. Karenanya, penulis perlu melaksanakan aneka macam cara untuk mengatasi writer’s block yang sedang dialaminya.





1. Olahraga





Meski kelihatannya tidak berafiliasi dengan tulis menulis, olahraga dapat membuat pikiran penulis segar kembali sehingga beliau bisa mengatasi writer’s block. Olahraga terbukti mampu meminimalisir stres, menciptakan anggapan tetap konsentrasi, meningkatkan energi agar produktivitas terjaga, dan mengembangkan daya ingat.





Tidak perlu olahraga berat. Olahraga sederhana seperi jogging sudah mampu mendorong perkembangan sel-sel otak gres di hipokampus, bagian otak yang memungkinkan seseorang membayangkan wangsit baru. 





Olahraga secara terorganisir juga mampu mengembangkan kreativitas dan membantu dalam memecahkan masalah secara kreatif, yang sungguh dibutuhkan untuk menulis.





2. Mengubah Suasana atau Pemandangan





Terkadang anggapan perlu dihadapkan pada suasana atau pemandangan yang berlainan dikala menulis untuk mendapatkan ilham baru. Penulis bisa menjajal menulis di bar atau taman jikalau dikala menulis di dalam rumah hanya menghambat ilham.





3. Pindah Tugas





Tidak ada salahnya seorang penulis untuk berpindah tugas sejenak dikala tidak mampu menuangkan idenya ke dalam bentuk tulisan selama mengalami writer’s block. 





Misalnya, dengan melaksanakan hobi lainnya, mirip menggambar atau melukis. Jika ingin mencari wangsit gres dari lingkungan sekitar, penulis mampu keluar rumah untuk berlangsung-jalan sebentar.





4. Coba Menulis Bebas





Menulis bebas bisa justru mampu menjadi solusi sederhana dari writer’s block. Penulis bisa menuangkan semua hal di pikirannya tanpa perlu mengedit atau mengubahnya. Tujuannya adalah untuk membiarkan imajinasi di fikiran ‘bebas’.





Menulis bebas ini juga mampu menjadi terapi dikala mengalami writer’s block semoga asumsi tidak lagi tercukupi dengan khayalan  terpendam. 





Setelah selesai, penulis bisa membacanya kembali untuk mengetahui risikonya, atau bahkan, untuk mencari wangsit gres.





5. Hindari Hal-hal yang Bisa Mengganggu





Kondisi writer’s block bisa menciptakan penulis lebih sensitif terhadap banyak hal. Seperti gampang terusik dengan kegaduhan atau hal-hal kecil yang menciptakan asumsi terdistraksi.





Satu-satunya cara untuk menangani writer’s block yang disebabkan oleh gangguan ini yaitu dengan menghindarinya. Contohnya, apabila penulis mudah terdistraksi dengan ponselnya sendiri, maka penulis mampu mematikan ponsel selama menulis untuk smeentara waktu.





Baca Juga: 7 Cara Menulis Puisi Yang Baik Kelas Profesional





6. Mengupayakan Kemajuan, Bukan Kesempurnaan





Sifat perfeksionis merupakan halangan paling besar dalam menulis alasannya selalu menghendaki kesempurnaan. 





Untuk memeranginya penulis bisa berpura-pura bahwa sedang melaksanakan goresan pena bagian pertama. Melakukan hal ini akan meminimalisir tekanan dalam menciptakan tulisan tersebut harus menjadi benar, yang pada risikonya akan membuat penulis kurang merasa harus mengedit dan memperbaiki goresan pena berulang kali.





Kaprikornus, keadaan writer’s block sebenarnya bersumber pada diri penulis sendiri dan untuk mengatasinya juga harus berasal dari kemauan diri penulis. 





Percayalah bahwa writer’s block yang sedang dialami akan selsai jikalau penulis berusaha mengatasinya dengan baik, dan setelahnya berusaha menghindarinya.



Sumber harus di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama