Cara Membuat Buku : Gunakan Khayalan Terbaikmu Dan Rasakan Asyiknya Menulis Buku Fiksi!

Cara Membuat Buku fiksi paling mudah jikalau Anda mampu memainkan imajinasi anda, memaksimalkan asumsi-pikiran liar sepantasnya anak kecil. Tanpa ada batas-batas kaku sepatutnya buku ilmiah.


Adakah orang di dunia ini yang tidak mempunyai gambaran imajinasi dalam pikirannya? Atau, adakah orang yang terlalu serius sehingga tidak punya citra imajinasi? Jika orang itu mempunyai kelainan, mungkin jawabannya “iya”. Tetapi pada perkara ini aku akan membahas khayalan dalam cakupan orang-orang kebanyakan. Cakupan itu mampu mempunyai arti sebuah individu atau kelompok atau bagian masyarakat yang ada di kehidupan sehari-hari. Bahkan kita tahu bahwa lebih banyak didominasi masyarakat pada zaman dulu sering mengarang mitos-mitos yang di luar logika manusia yang pada karenanya dikenali sebagai bentuk penggambaran imajinasi tertinggi pada satu orang ataupun satu golongan. Salah satu penyebab penggambaran imajinasi yang melebihi batas dikala itu yaitu keterbasan pertumbuhan teknologi yang ada. Hampir seperti dongeng Wright bersaudara yang berimajinasi bahwa insan dapat melayang hingga pada jadinya mereka menjadi penemu pesawat.


Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Imajinasi ialah daya pikir untuk membayangkan (dalam sebuah angan-angan) atau membuat citra (lukisan, karangan, dsb) menurut realita atau pengalaman seseorang. Dari pemahaman ini pula, aku percaya bahwa setiap manusia di dunia ini senantiasa mempunyai khayalan dalam pikiran mereka. Imajinasi tidak harus berasal dari pikiran yang selalu out of the world, tetapi juga dari pikiran yang mengacu pada insiden faktual di sekitarnya. Bahkan, imajinasi dapat dipakai untuk memanipulasi dunia yang kita terjun di dalamnya sesuai hasratkita ketika dunia itu sudah ditransfer kedalam fikiran kita. Ibaratnya, khayalan adalah senjata atau tongkat kekuasaan untuk mengontrol dunia kita yang ada didalam anggapan kita.


Cara membuat buku fiksi itu mirip bermain-main dengan imajinasi


Imajinasi ialah jembatan kita untuk menuju suatu dunia yang absurd dan penuh dengan kemustahilan. Orang yang berlebih dalam khayalan acap kali didugaorang abnormal, padahal belum pasti. Orang gila karena imajinasi cenderung berpikir inovatif dan senantiasa satu atau bahkan beberapa langkah di depan orang-orang kebanyakan. Terkadang ada suatu kala di mana orang ajaib menjadi aktivis perkembangan dunia semacam orang-orang mirip Einstein, Thomas Alfa Edison, dan masih banyak lagi. Oleh alasannya itu, pada zaman sekarang ini banyak sekali pelatihan motivasi, pembinaan, workshop, dan semacamnya yang bertujuan untuk berbagi khayalan dalam otak kita. Tujuannya sungguh terperinci, adalah menerima ide serta penemuan baru demi perkembangan sebuah bangsa dan perkembangan dunia kearah yang lebih simpel. Dari teori-teori fiksi ilmiah atau terkenal dengan nama sci-fi (Science Fiction), kita banyak menyaksikan bagaimana para cendekiawan memprediksikan apa yang hendak terjadi di periode depan. Seperti pendahulu-pendahulu kita yang selalu berpikir on step forward, sistem ini memang terbukti ampuh untuk menemukan inovasi yang up-to-date. Inilah satu dari sekian banyak kegunaan dari khayalan kalau kita melihatya dari sisi perkembangan teknologi.


Ketika kita sudah mempunyai banyak khayalan di dalam pikiran kita, lalu seharusnya kita apakan? Membiarkan imajinasi untuk tetap berada dalam pikiran kita bantu-membantu tidak akan terlalu mempunyai dampak pada kita, selayaknya imajinasi yaitu hiburan selingan. Terlebih lagi, kita punya batas kemampuan berpikir seiring berjalannya waktu, dalam kata lain tidak awet. Maka dari itu kita bergotong-royong sungguh membutuhkan media untuk menuangkan imajinasi kita pada dunia kasatmata. Dengan cara semacam melukis atau menggambar, secara visual kita akan mempunyai kepuasan sendiri kepada gambar tersebut. Akan namun, tidak semua orang di dunia ini lahir dengan bakat menggambar. Banyak dari orang-orang yang memiliki imajinasi tinggi merasa depresi ketika menggambarkan imajinasi mereka secara visual karena gambar visual tersebut  tidak sesuai dengan gambaran imajinasi mereka. Maka dari itu, cara paling lazim dan mudah bagi orang-orang untuk menggambarkan khayalan mereka yakni dengan menulis.


Cara membuat buku fiksi bergotong-royong tidak cuma akan menggambarkan khayalan dalam asumsi kita, namun juga memilih alur bagaimana khayalan kita berkembang. Memang gambaran visual kita tidak mampu dipresentasikan dalam bentuk yang mudah diketahui, tetapi justru di situ letak kebebasan menulis. Menulis sejatinya tidak dibatasi oleh garis gambar dan perpaduan warna seperti yang ada dalam lukisan. Dalam goresan pena kita cukup memberikan petunjuk terhadap para pembaca untuk menggambarkan sendiri apa yang mereka tangkap. Walau hal ini juga menciptakan citra visual kita mungkin tidak akan persis dengan apa yang ada dipikiran orang, tetapi ayolah! Makna dari penggambaran khayalan hakikatnya lebih bernilai daripada penggambaran visualnya saja. Maka dari itu, salah satu peran kita dalam menulis buku fiksi ialah bagaimana kita memberi makna terhadap imajinasi kita agar tidak menjadi tak bernilai.


Berdasarkan pengertian yang tertera di paragraf atas, menulis bermaksud untuk menuangkan isi asumsi kita ke dalam bentuk bacaan, terutama dalam cara membuat buku fiksi, khayalan kita akan sungguh berperan besar didalam kemajuan dunia yang sudah kita tulis kedalam buku. Apalagi, kita punya imajinasi yang sangat banyak menumpuk menyanggupi segala sisi ruang fikiran kita. Kita sebaiknya menaruh imajinasi kita pada satu wadah. Kita tidak mau imajinasi kita mati begitu saja kan? Maka dari itu, tujuan untuk menuliskan segala khayalan kita ke dalam buku fiksi yakni sebuah keharusan. Itu jika kita tidak mau membiarkan imajinasi kita mati begitu saja.


Tujuan selanjutnya, kita dapat membagikan imajinasi kita terhadap khalayak dikala kita mampu menuangkannnya ke dalam buku fiksi yang telah kita tulis. Dengan ini, orang-orang yang membacanya akan dapat memahami maksud kita dan mengenal kita lebih erat dengan imajinasi ini. Utamanya, jika kita ingin mempunyai tujuan untuk memberikan pesan-pesan terhadap masyarakat luas. Menulis buku fiksi ihwal kejadian di masyarakat sekitar dapat memberikan efek tersendiri. Misi ini yaitu untuk anda yang ingin memberikan pesan etika terhadap penduduk tertentu.


Lalu, jika kita yaitu seorang yang ingin berkontribusi untuk negeri, tentunya dengan menulis buku fiksi kita sudah berkontribusi dalam menyumbangkan aliran sastra ke dalam dunia sastra Indonesia. Sastra Indonesia mengalami pasang surut pada setiap zaman, dan dunia dulu pernah mengakui keindahan Sastra Indonesia melalui Chairil Anwar, Buya Hamka, dan pelopor sastra zaman dahulu. Jika kita mampu memberi warna bagi sastra Indonesia, kita memiliki potensi untuk mengharumkan nama Indonesia sekali lagi. Tujuan ini pastinya sangat sesuai buat anda yang benar-benar ingin memiliki khayalan tinggi dan pengertian sastra yang cukup luas.


Dengan cara membuat buku fiksi, kita menerima kepuasan tersendiri. Kepuasaan itu dapat berbentuksesuatu yang mudah semacam bernafas lega alasannya adalah khayalan kita terselamatkan. Adapun kepuasan yang datang berikutnya yaitu dikala khayalan kita diberi nilai kasatmata oleh orang-orang disekitar kita. Tidak menutup kemungkinan, bila khayalan kita benar-benar indah dan menciptakan orang lain terkagum bahkan tersentuh, buku fiksi yang kita tulis mampu menjadi salah satu buku fiksi best seller semacam Negeri 5 Menara, Ayat-Ayat Cinta, hingga Harry Potter. Hingga pada kesudahannya buku ini tidak cuma menjadi media menuangkan khayalan, namun juga sumber pendapatan pasif yang dapat kita peroleh selaku penulis buku. Marilah menulis!


Jika Anda sudah mempunyai naskah fiksi yang siap terbit, Anda dapat mengirimkan naskah anda dan mendaftar menjadi penulis kami dengang mengklik Daftar menjadi penulis di penerbit buku Deepublish


Jika Anda mengalami kesulita dalam cara menciptakan buku, anda mampu mendownload Ebook “Cara Praktis Menulis Buku” Gratis!


Baca juga Artikel kami yang lain:


Teknik Menulis dan Pedoman Membuat Paragraf


[Mas Aji Gustiawan]


 



Sumber mesti di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama