Bukan Hanya Resesi, Ekonomi Ri Juga Terancam Depresi?





Tauhid Ahmad -pengamat ekonomi Indef- mengatakan, bahwa kontraksi perekonomian pada kuartal II 2020 terlalu dalam sehingga pemulihan akan memerlukan waktu lama. Dengan demikian, kuartal III dan IV perekonomian diprediksi akan kembali minus.


Jika situasi ini terjadi maka ekonomi Tanah Air tidak hanya hadapi ancaman resesi melainkan juga depresi ekonomi.


Pada diskusi virtual hari Kamis (6/8/2020) kemarin, Tauhid menyampaikan, “Kalau contohnya dalam tiga triwulan nanti masih negatif, pada kuartal IV negatif sebetulnya kita menuju depresi, ini yang kami khawatirkan. Dan itu ada potensi saat pandemi belum kita selesaikan”.


Tauhid menjelaskan, bahwa penanganan pandemi yang dijalankan pemerintah masih lambat sehingga belum menunjukkan pengaruh pada perekonomian, terlebih ke sektor kesehatan.


Untuk info, dalam bahasan sederhana, tertekan merujuk pada resesi ekonomi yang berjalan dalam waktu lama dan tidak bisa tertuntaskan. Situasi ini lazimnya berlangsung dalam rentang waktu antara 18-43 bulan.


Komentar senada juga tiba dari usahawan. Kekhawatiran golongan pengusaha makin menjadi sehabis jumlah kasus Covid-19 terus bertambah setiap hari. Mereka menganggap tambahan perkara kasatmata Covid-19 akan menghalangi acara ekonomi, meski pemerintah telah melonggarkan pembatasan sosial.


Bukan Hanya Resesi, Ekonomi RI Juga Terancam Depresi?

Bukan Hanya Resesi, Ekonomi RI Juga Terancam Depresi?


Anton J Supit -Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial- memastikan pemerintah mesti mengatasi secara serius, baik dari segi ekonomi maupun kesehatan.


Anton mengatakan, “Kami bukan lagi cemas, sangat khawatir, alasannya begini kami tidak bisa dikotomi ekonomi dan pandemi. Jadi mesti dua-dua itu dikerjakan serius. Tapi kini, kita lihat demi kepentingan ekonomi PSBB dilonggarkan kesan yang terjadi adalah trade of (pengorbanan), ekonomi gerak namun pandemi naik”.


Sementara itu, Shinta Kamdani -Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional- menyampaikan bahwa kunci biar ekonomi balik arah (rebound) menjadi kembali positif yaitu pada stimulus pemerintah. Apalagi, kemampuan permodalan dalam negeri telah terbatas.


Shinta menerangkan, “Jadi distribusi stimulus untuk peningkatan daya beli penduduk serta kenaikan belanja pemerintah untuk penciptaan demand sangat diperlukan sehingga memperlihatkan output kuartal III yang konkret”.


Namun komentar berlainan tiba dari Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang. Ia tidak percaya bila ekonomi Indonesia mengarah ke tertekan, meski keadaan resesi sudah niscaya terjadi pada kuartal III 2020.


Sarman menyampaikan, “Rasanya tidak hingga ke tertekan, namun bila resesi sesuatu yang telah tidak bisa dibantah, meski kemungkinan ekonomi kuartal III minusnya tidak sedalam kuartal II yang terkontraksi 5,32 persen”.







Sumber stt.ac.id

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama