Bagaimana Cara Menulis Buku Nonteks Yang Baik?

Buku nonteks pelajaran menjadi salah satu bab dari buku pendidikan. Menulis buku ini hendaknya memenuhi banyak sekali syarat yang sejalan dengan tujuan pendidikan.


Menulis buku : tidak hanya buku teks, buku nonteks pelajaran juga melengkapi dunia pendidikan. Jenis buku ini memiliki peran yang serupa pentingnya dengan buku teks. Dalam dunia pendidikan, buku nonteks pelajaran berguna untuk melengkapi dan mendukung proses pembelajaran di tiap-tiap jenjang pendidikan. Buku jenis ini juga ialah sarana proses pembelajaran untuk kelompok yang lebih luas. Hal ini alasannya buku nonteks pelajaran tidak diterbitkan dalam bentuk seri menurut jenjang pendidikan. Penggunaannya lebih bersifat lazim, selama masih mendukung tujuan pendidikan.


Untuk menulis buku nonteks yang bagus, seorang penulis hendaknya memenuhi beberapa syarat penulisan buku tersebut. Dengan memerhatikan standar yang ada, dia dapat menulis buku serta menerbitkannya menjadi fasilitas pembelajaran yang bermutu dan berguna.


Syarat buku nonteks yang paling terang ialah sejalan dengan tujuan pendidikan. jadi, penulis diharapkan mampu menghidangkan materi yang menarik, mudah dipahami, dan mempunyai tingkat keterbacaan tinggi. Ia juga hendaknya memastikan bahwa dalam bukunya tidak terdapat bagian pornografi, SARA, nilai penyimpangan, dan bias gender.


Kemudian, dalam menulis buku nonteks pelajaran, penulis dihentikan melewatkan beberapa bagian buku. Buku yang ditulisnya harus memiliki komponen-komponen kulit buku. Kulit buku terdiri atas kulit depan, kulit belakang, dan punggung buku. Selain itu, dalam konten buku tersebut seharusnya terdapat bagian permulaan, isi, dan simpulan buku.


Pada bagian kulit buku depan, penulis perlu memutuskan bahwa dalam buku yang sudah ditulis dan dicetak tercantum goresan pena “telah dinilai dan ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan” di dalam kotak. Kemudian pada kulit buku hendaknya terdapat judul, subjudul (jikalau ada), serta nama penulis yang lengkap. Judul buku seharusnya dibuat lebih banyak didominasi, kontras, dan memikat pembaca. Jika menggunakan subjudul, penulisannya tidak boleh lebih mencolok ketimbang judul. Nama penulis sebaiknya dituliskan secara lengkap juga. Nama penerbit juga perlu ditulis lengkap dan dibubuhi logo. Peletakan nama penerbit dan logo ini sebaiknya diubahsuaikan dengan bidang cetak.


Selain itu, dalam buku bagian rancangan dan pola tata letaknya perlu dikontrol sedemikian rupa sampai mempesona. Di samping itu, pada rancangan kulit buku, penggunaan jenis dan ukuran huruf mesti disematkan secara proporsional. Jenis aksara yang dipakai pada kulit buku sebaiknya disesuaikan dengan jenis abjad pada bab isi. Jika menggunakan ilustrasi, tampilannya mesti terfokus dan jelas. Hendaknya ilustrasi juga tidak mengandung bagian provokatif dan berlawanan dengan aspek ke-Indonesiaan. Ilustrasi yang dipakai seharusnya merefleksikan isi buku.


Kemudian pada bagian kulit belakang, buku perlu menampung beberapa bagian. Pertama, perlu ada blurb atau pengenalan isi buku secara singkat. Bagian ini bisa juga diisi dengan komentar dari pihak-pihak yang mengetahui isi buku. Kemudian penulis dan penerbit buku dihentikan lupa mencantumkan pernyataan hasil penilaian kelayakan buku dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Nomor ISBN juga dilarang terlalaikan. Di samping itu, akan lebih baik kalau terdapat identitas penerbit yang lengkap disertai alamat yang terang. Unsur-bagian pada bagian kulit belakang ini mampu disusun mengikuti acuan isi buku.


Selanjutnya, pada bagian punggung buku wajib dicantumkan identitas penerbit beserta logonya, nama penulis, judul buku, dan subjudul buku. Susunan tata letaknya mampu diubahsuaikan dengan kulit depan dan belakang. Judul buku mampu ditulis dari bawah ke atas mengikuti American Style.


Berikutnya untuk bagian isi, judul semu bisa diletakkan di halaman ganjil jika memang diharapkan. Isi halaman yang cuma berisi judul buku juga diperbolehkan. Kemudian untuk halaman judul bagian dalam sebaiknya terdapat judul, subjudul (bila ada), nama penulis, serta nama penerbit dan logonya. Halaman selanjutnya dapat diisi dengan halaman hak cipta. Halaman ini semestinya berada di halaman genap. Isi halaman hak cipta antara lain informasi hak cipta dan katalog dalam terbitan. Di samping itu, pada halaman tersebut juga semestinya terdapat kotak berisi teks ihwal klasifikasi materi buku dan ISBN dari Perpustakaan Nasional. Tidak hanya itu, pada halaman ini juga akan lebih baik kalau terdapat informasi saluran masukan masyarakat. Kanal ini berbunyi, “Dalam rangka memajukan kualitas buku, penduduk selaku pengguna buku diperlukan dapat memberi masukan terhadap alamat penulis dan/atau penerbit melalui alamat atau laman http://buku.kemendikbud.go.id atau melalui email buku@kemendikbud.go.id.


Setelah itu, pada halaman kata pengantar, perlu diberikan pernyataan tentang maksud dan tujuan penulisan buku. Pada pemaparannya, sebaiknya juga terdapat proses pembelajaran yang berhubungan dengan materi buku. Halaman kata pengantar ini mampu diakhiri dengan penanda kawasan, waktu, dan nama penulis.


Berlanjut ke halaman daftar isi dan daftar gambar, penyusunannya seharusnya terletak di bagian recto. Semua bagian buku harus tercantum dengan lengkap beserta nomor halamannya di bab ini. Seluruh bab buku, mulai dari bagian awal hingga akhir tidak boleh ada yang terlewat untuk dicantumkan. Penyusunannya juga mesti rapi. Untuk gambar, daftar mampu dimulai dari bagian recto atau verso. Gambar yang dimuat dalam daftar bisa berupa grafik, skema, diagram, maupun gambar persepsi mata, misalnya gambar garis atau foto. Selanjutnya, penulis juga perlu mencantumkan nomor, keterangan, dan halaman letak gambar ditampilkan. Ketentuan peyusunan daftar gambar juga berlaku pada daftar tabel.


Untuk penomoran halamannya, bab permulaan buku mampu menggunakan angka romawi kecil. Halaman judul dan penerbitan seharusnya tidak dibubuhi nomor halaman. Penulisan nomor halaman mampu dimulai dari kata pengantar dan halaman-halaman berikutnya. Berbeda dengan bagian permulaan buku, bagian isi memakai angka arab dalam penomorannya. Penomoran halaman bersambung dari halaman pertama pada isi sampai final daftar pustaka.


Masuk ke bagian isi, penulis perlu menguraikan materi perihal suatu pokok bahasan. Isi bahan hendaknya sesuai dengan judul. Kemudian bahan juga perlu dikembangkan sesuai dengan perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian. Dalam penyajiannya, bahan mampu disajikan sesuai dengan ketentuan terkait faktor materi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafikan.


Materi hendaknya ditulis dengan benar dan akurat. Penjelasannya harus canggih dan terkonsep. Selain itu, materi juga harus mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional. Di samping itu, bahan yang disuguhkan seharusnya berasal dari sumber yang benar, secara teoritik dan empirik. Materi juga perlu disuguhkan untuk memajukan motivasi dan mengembangkan diri pembaca. Lebih lanjut, isi buku dalam bentuk bahan dapat dijadikan selaku salah satu cara mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa.


Materi yang dipaparkan tidak harus diubahsuaikan dengan kurikulum atau kompetensi dasar tertentu. Dengan demikian, buku nantinya mampu dibaca oleh banyak golongan tanpa harus terpaku pada jenjang pendidikan. Materi buku juga sebaiknya dipaparkan untuk meningkatkan keterampilan, membuatkan kepribadian, dan menambah pengetahuan. Jadi, materi buku nonteks tidak seperti buku teks yang sebagian besar mendorong kemampuan berpikir secara akademis.


Di samping itu, bahan perlu disuguhkan untuk merangsang cara berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Dengan demikian, penulis perlu menyusun materinya agar mengandung pengetahuan kontekstual, yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Kaprikornus, pembaca mampu mengaplikasikan hal yang mereka baca ke dalam aneka macam aspek kehidupan. Materi juga perlu disampaikan secara mempesona agar menumbuhkan rasa ingin tahu yang mendalam.


Aspek kegrafikan dan tata bahasa tidak berbeda dengan ketentuan buku yang lain. Sebaiknya penulis menguasai tata bahasa dan kaidah penulisan yang baik dan benar. Kemudian penulis juga hendaknya menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Dalam menulis buku nonteks pelajaran, beliau juga perlu menulis kata-kata baku, kalimat efektif, dan paragraf yang padu. Penulis juga mampu menyematkan berbagai gambaran dalam bentuk apapun yang cocok dengan materi buku. Ilustrasi juga perlu dikontrol secara proporsional dengan memerhatikan komposisi warna dan ukuran. Kemudian, penyematan ilustrasi juga mesti memikirkan kejelasan pesan yang ingin disampaikan.


Pada bab selesai buku, perlu dicantumkan berita pelaku penerbitan, glosarium, daftar pustaka, indeks, dan lampiran. Kemudian penerbit buku wajib menunjukkan informasi mengenai identitas penulis secara lengkap. Hal ini bertujuan memperlihatkan tumpuan lain atau contoh terhadap pembaca. Di samping itu, penerbit dan penulis juga akan memberikan tanggung jawabnya dalam memaparkan identitas si pembuat buku.


Dengan mengetahui aneka macam patokan di atas, tentukan Anda menulis buku nonteks dengan baik dan benar. Anda mampu menjadikan pemaparan di atas selaku rujukan untuk menaati ketentuan atau kaidah penulisan yang tepat dengan pemerintah. Persyaratan di atas mampu menolong Anda dalam menulis buku sampai menerbitkannya sesuai standar buku pendidikan nasional.


 


 


Referensi:



  1. dadangjsn.com/2016/07/patokan-buku-teks-pelajaran-maupun.html?m1 diakses pada tanggal 5 Agustus 2016 pada pukul 08:07 WIB


 


 


[Wiwik Fitri Wulandari]



Sumber harus di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama