Tingkat Kriminalitas Yang Menyerang Bitcoin Menurun





Seperti yang diketahui, nilai mata duit digital Bitcoin dan kripto yang lain mengalami kenaikan yang abnormal-gilaan. Pada hari Selasa (9/3/2021) kemarin, nilai kapitalisasi pasar Bitcoin kembali menembus rekor US$ 1 triliun atau setara dengan Rp 14.300 triliun (kurs Rp 14.300/US$).


Mengutip dari CoinDesk, harga Bitcoin diperdagangkan di kisaran US$ 54.348 per keping, atau sekitar Rp 760,87 juta.


Kapitalisasi Bitcoin bahkan melampaui level US$ 1 triliun karena harga cryptocurrency sedang melambung. Dengan harga yang mengagumkan dan popularitasnya, tingkat kriminalitas yang menyerang mata duit kripto justru mengalami penurunan.


Dalam laporannya, perusahaan intelijen kripto, CipherTrace mengatakan bahwa kerugian dari pencurian, peretasan dan penipuan di dunia crytocurrency di tahun 2020 turun hingga 57 persen.


Sebagai catatan, pada tahun 2019 silam, tingkat kerugian dari akibat kriminalitas di pasar kripto tercatat meraih angka US$ 4,5 miliar, dan di tahun berikutnya yaitu 2020 turun menjadi US$ 1,9 miliar.


Untuk isu, masalah penipuan di pasar kripto masih menjadi primadona, lalu diurutan berikutnya adalah masalah pencurian. Menurunnya masalah kriminalitas pada dunia kripto disinyalir sedikit banyak dipengaruhi oleh masuknya beberapa penanam modal institusional yang mendorong pengamanannya menjadi semakin kuat.


Dalam suatu wawancara dengan Reuters tamat Januari kemudian, Dave Jevans, CEO ChiperTrace mengatakan, “Pencurian dari peretasan di bursa kripto terus mengalami penurunan sesudah penanam modal institusional masuk dan mengadopsi tindakan pengawalan yang lebih kuat”.


Tingkat Kriminalitas yang Menyerang Bitcoin Menurun

Tingkat Kriminalitas yang Menyerang Bitcoin Menurun


Sebelumnya, perusahaan keselamatan siber Kaspersky memprediksi, pada 2021, banyak pelaku kejahatan siber finansial condong menargetkan Bitcoin lebih sering dari sebelumnya.


Selain itu, praktik pemerasan akan menjadi lebih luas, baik itu selaku bagian dari serangan DDoS atau ransomware, dengan operator sebagai pihak terakhir akan mengkonsolidasikan dan menggunakan eksploitasi tingkat lanjut untuk menargetkan korban.


Menurut Kaspersky, ancaman siber finansial tergolong yang paling berbahaya karena secara langsung berdampak pada kemakmuran keuangan para korban, baik itu individu maupun organisasi.


Terkait Bitcoin, berdasarkan Kaspersky pencurian Bitcoin akan menjadi lebih menawan alasannya banyak negara jatuh ke dalam kemiskinan akhir pandemi.


Dengan ekonomi runtuh dan mata uang lokal jatuh, lebih banyak orang mungkin terlibat dalam kejahatan siber, yang mengarah ke lebih banyak kasus.


Seperti yang diantisipasi oleh para peneliti Kaspersky, sebab kelemahan mata uang setempat, lebih banyak orang mungkin konsentrasi pada penipuan yang menuntut Bitcoin, serta pencurian Bitcoin, karena ini yakni mata uang kripto yang terluas.







Sumber stt.ac.id

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama