Teknik Menulis Dan Ajaran Membuat Paragraf

Teknik menulis memerlukan ketelatenan, kesabaran, dan ketelitian. Bahkan hingga terhadap bagian yang cukup minor adalah paragraf. Lalu bagaimanakah pedoman untuk membuat paragraf biar diterima di penerbit buku?


Teknik menulis menjadi aktivitas yang menggembirakan bagi mereka yang passion di situ. Barangkali dikala Anda menulis buku juga demikian, hebat menyampaikan wangsit, pemikiran , dan menuangkan kalimat dalam suatu paragraf yang menawan. Paragraf mempesona ialah yang yummy untuk dibaca, mudah dipahami, dan tidak menjemukan.


Sayang, menulis tidak banyak orang gampang melakukannya. Jangankan menulis satu karya, menulis satu paragraf pun kesusahan. Berbicara perihal paragraf dikala menulis buku ada tiga bentuk paragraf. Apa saja itu? Berikut ulasan lebih lengkapnya.


Saat Anda menulis buku, diawali dari satu paragraf pertama. Berbicara wacana paragraf, masihkah Anda ingat pembagian paragraf? Sebagai penulis sekurang-kurangnyatahu wacana macam paragraf. Baik itu paragraf pembuka, paragraf pengembang dan paragraf penutup. Seperti apa menyusun paragraf sesuai dengan jenisnya? Berikut uraian ketiga macam paragraf dalam teknik menulis buku.


Teknik Menulis Paragraf Pembuka


Sesuai dengan namanya, paragraf pembuka ditulis selaku kalimat pembuka. Sebagai paragraf pembuka, seorang penulis diuji kemampuannya dengan memberikan dengan kalimat yang tidak berbelit-belit. Paragraf pertama mesti memiliki kekuatan. Tujuannya biar pembaca kesengsem, ingin tau dan melanjutkan membaca ke paragraf kedua.

Paragraf pertama sengaja dibungkus biar mempesona pembaca. Poin ini tidak hanya diterapkan dalam teknik menulis buku, juga mampu dipraktekkan ke tulisan lain. Bagaimana jikalau merasa kesusahan membuat paragraf pertama yang menawan? Kita bisa melakukan dengan mengutip salah satu sumber rujukan yang kita baca. Bisa juga kita menuliskan kalimat yang mempesona menurut kita.

Di ilmu jurnalistik, ada istilah teras info, atau yang umum disebut dengan lead. Pembuka yang mempesona akan mempengaruhi banyak sedikitnya pembaca. lead mampu ditulis dengan menonjolkan “who” atau “what”. Selain menonjolkan dua pertanyaan tersebut, ada cara lain membuat paragraf pembuka yang menawan, yaitu kalimat yang mengandung konflik. Konflik dalam hal ini tidak selalu diidentikan dengan konflik kontra, namun dalam arti lebih luas.


Baca juga : Tips dan trik semoga naskah lolos ke penerbit buku idaman


Teknik Menulis Paragraf pengembang


Paragraf pengembang dilihat dari fungsinya selaku kalimat penjelas. Kalimat yang menerangkan lebih detail dan menerangkan dari topik yang ingin disampaikan. Sebagai paragraf pengembang, maka tulisan yang ditulispun mesti runtut. Setidaknya paragraf satu dengan paragraf lain mesti saling berkaitan satu sama lain.

Fungsi paragraf pengembang saat menulis buku tidak hanya nyambung, tetapi juga logis. Wajar jikalau selama proses penulisan seorang penulis bisa mengemukakan inti dari problem yang akan dikupas. Tanpa tahu inti problem, goresan pena kita akan terasa hambar dan kering. Pembahasan dan pengembangan goresan pena pun benar-benar tuntas, semoga pembaca puas saat membaca.

Lalu bagaimana cara membuatkan tulisan ke pembaca yang menarik dan gampang dipahami? Ada tiga cara yang mampu kita kerjakan memberikan tulisan. Dapat dilakukan dengan cara naratif, ekspositoris atau argumentatif. Paragraf deskriptif, pemaparan dengan menyampaikan isu lewat panca indera si penulis, misalnya menyaksikan, mendengar, mencium dan sebagainya. Sedangkan paragraf ekspositorif, paragraf yang disampiakan secara kronologis,. Mulai dari kronologis waktu, tempat ataupun terjadinya peristiwa.


Simak Pula : Cara membuat daftar isi otomatis!


Teknik Menulis Paragraf Penutup


Tidak perlu aku jelaskan, Anda telah tahu paragraf epilog. Setiap kali menulis buku selalu ditutup dengan kesimpulan. Lalu, apakah setiap buku senantiasa ditutup dengan kesimpulan? Kenyataannya, tidak semua buku ditulis dengan kesimpulan yang terang. Salah satu misalnya buku fiksi, yang ditutup dengan ending cerita mengantung. Ending mengantung, dan diserahkan kepada pembaca, sengaja membuat pembaca mengajukan pertanyaan-tanya dengan ending cerita.


Lalu, bagaimana kategori paragraf epilog yang bagus? Paragraf yang bagus seharusnya memaparkan balasan atas ulasan yang diangkat. Tidak cuma itu, penutup yang elok yakni penutup yang memberikan kesimpulan hasil dari pembahasan yang dipaparkan. Tidak dapat disangkal, pembaca lebih nyaman dan terbantu dengan kesimpulan yang singkat, padat, terang dan mudah diketahui.


Sebagai analogi sederhana, tentu Anda mengenang pentingnya kesimpulan pada jurnal penelitian. Kira-kira, kita lebih nyaman membaca keseluruhan isi? Atau lebih pada kesimpulan tamat yang ditawarkan oleh si peneliti? Hampir sebagian besar, menentukan membaca kesimpulan final daripada membaca keseluruhan isi.


Begitupun dikala kita terlibat dalam teknik menulis. Buku yang menambahkan kesimpulan setiap bagian, atau akhir bagian lebih gampang diketahui oleh pembaca, daripada tulisan yang tidak diberi kesimpulan sama sekali. Adapun ciri kesimpulan yang baik, kesimpulan yang mampu mengarahkan supaya pembaca berfikir. Berfikir dalam hal ini lebih pada membangun pandangan baru, kreatifitas dan mendorong pembaca untuk melakukan action nyata.


Dari tiga bentuk paragraf di atas semoga memberikan faedah. Semoga dengan ulasan ini menolong mengerti dan memudahkan kita lebih ahli menulis. Jika menulis buku masih dirasa berat, kita mampu mengawali dengan menulis barang tiga paragraf, atau satu judul tulisan. Jika tidak dimulai sekarang, kapan lagi kita bisa mulai.


[Elisa][/mag]


 


Referensi :


https://sagupai2b.wordpress.com/2013/03/25/paragraf-yang-baik/, diakses pada hari Selasa, 09 Agustus 2016, Pukul 20.21



Sumber harus di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama