Jika bangsa ini mengetahui arti penting pendidikan jauh ke depan, maka pemangku kepentingan seharusnya menghargai adanya aktor penerbit buku.
Penerbit buku memiliki peran mulia dalam penyebaran ilmu wawasan. Kemajuan suatu bangsa dan negara ialah dikala masyarakatnya cendekia dan pandai. Dalam menuju kepandaian sendiri tidak lepas dari peran suatu buku sebagai media akomodasi pelopor. Jumlah masyarakatdi Indonesia yang besar dengan rata-rata dominasi usia muda menunjukkan potensi anggun untuk lebih maju dan berkompetisi. Namun sayang dengan potensi cowok yang banyak di Republik ini masih ketinggalan dengan negara-negara tetangga. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, jumlah masyarakatIndonesia di atas usia 15 tahun yang melek karakter mampu meraih 96,07%. Dengan analisa data ini mampu diinterpretasikan bahwa penduduk Indonesia secara dominan memiliki peluang untuk menjadi seorang pembaca buku yang bagus. Hal ini akan berefek terhadap industri penerbit buku yang semakin meningkat pesat dalam menciptakan sebuah karya buku.
Namun kabar kurang anggun terlihat dari segi angka minat baca, di mana penduduk Indonesia termasuk menempati posisi yang sangat memprihatinkan dibandingkan negara lain. Data dari Unesco tahun 2012 memberikan bahwa angka minat baca masyarakat Indonesia yakni 0,001 atau 0,1% dari total penduduk. Hal ini memiliki arti cuma ada perbandingan 1 dari 1.000 orang masyarakatIndonesia yang mempunyai minat baca secara betul-betul . Jika dilakukan analisis lebih lanjut, ketika jumlah masyarakatIndonesia pada tahun 2014 sebanyak 252,2 juta penduduk, jadi hanya ada 252.200 orang yang mempunyai minat baca secara serius. Angka tersebut tentunya masih sungguh jauh dari jumlah angka kelas menengah Indonesia yang meraih 150 juta orang.
Sudah tujuh puluh tahun (70) bangsa ini merdeka dan informasi ihwal rendahnya minat baca penduduk bukanlah merupakan hal yang bagus dimata negara lain. Di kurun yang makin modern, semestinya masyarakat Indonesia banyak yang mampu menikmati pendidikan secara merata seluruh nusantara. Para generasi muda mampu dengan gampang membeli atau mencari buku bacaan di toko-toko untuk dijadikan bahan bacaan. Harapan besar ini belum terlaksana dengan baik karena masih rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia yang mau memiliki efek pada minat baca yang masih rendah. Dengan keadaan mirip ini, tak heran bila indeks pembangunan manusia bangsa indonesia masih rendah. Faktor ini yang perlu diamati secara lebih oleh pemerintah lewat kementerian pendidikan dan kebudayaan.
Masih rendahnya minat baca generasi muda sangat menjadikan kegalauan tersendiri dikalangan pendidikan. Beberapa faktor penyebabnya adalah sering bermain, nonton tv, dan belum adanya harapan untuk memperluas pengetahuan. Peran orang tua sungguh penting untuk memulihkan kembali semangat membaca dari anak-anaknya. Jika kondisi seperti ini dibiarkan secara menerus, maka indeks pembangunan insan maupun bangsa Indonesia akan makin tertinggal jauh.
Tingkat bikinan buku di Indonesia masih tergolong rendah dimana tampakdari banyaknya cetak ulang yang hanya sedikit pertahunnya. Oleh alasannya adalah itu tak mengherankan apabila penduduk dan perpustakaan mengalami kesulitan menerima pasokan buku-buku baru di Indonesia. Rendahnya jumlah distribusi buku ini disebabkan oleh belum jelasnya penjualan buku.
Hambatan dalam mengembangkan usaha penerbitan buku di Indonesia kelihatannya masih bersifat lambat dan sama dari tahun ke tahun sebagaimana tampakdalam usulan Badan Pertimbangan Pengembangan Buku Nasional (BPPBN) 1978 – 1999 serta Kongres Perbukuan Nasional I (1995). Ada dua dilema yang mampu disimpulkan dan dihadapi oleh para penerbit yaitu:
- Pemasaran buku masih lesu dan belum menggairahkan sebab rendahnya minat baca masyarakat, tingginya harga buku, dan buku belum menjadi keperluan pokok orang banyak.
- Belum adanya kemauan politik Pemerintah untuk menciptakan iklim yang aman bagi kemajuan perbukuan nasional (belum adanya undang-undang perbukuan, penegakan aturan dalam pelanggaran hak cipta masih lemah, pajak ganda dalam proses buatan buku, tata niaga buku yang masih belum manis, dan kesulitan dalam memperoleh kredit dari bank untuk penerbitan buku).
Pemerintah hendaknya semakin mengembangkan kerja sama dengan penerbit buku dalam upaya membuatkan minat membaca oleh generasi muda. Industri penerbit buku selaku salah satu industri yang dapat berkontribusi besar pada peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia. Buku memberi kontribusi bagi kemajuan intelektual bangsa Indonesia yang terus berlanjut hingga hari ini dan nanti. Tantangan industri buku Indonesia ke depan tidaklah gampang. Kalangan penerbit buku dihadapkan pada upaya keras menanamkan minat membaca pada generasi muda di tengah masyarakat yang kental akan ekspresi dan teknologi. Perlu untuk dikenali bahwa jumlah penerbit buku di indonesia tahun 2015 yaitu sebanyak 1328 industri. Statistik ini semakin mengalami peningkatan setiap tahunnya dari setiap provinsi di seluruh Indonesia. Dengan meningkatnya penerbit buku di negeri ini tentunya akan memberikan berita bagus dalam proses distribusi buku di Indonesia.
Industri penerbitan buku diharapkan dapat memperlihatkan donasi yang lebih yakni dengan memudahkan para penulis dalam pengantaran goresan pena ataupun karya lain.
Secara tidak pribadi proses dan hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh adanya Penerbit terutama pada penyusunan buku pelajaran. Bila buku-buku yang dihasilkan oleh penerbit bermutu dan cantik maka mampu dipakai selaku buku tutorial pendidikan dalam proses mencar ilmu dan mengajar.Tentunya akan lewat pengawasan terlebuh dulu dari pemerintah perihal kelayakannya. Kualitas ini yang nantinya akan mempunyai efek dalam menciptakan generasi yang arif dan pandai.
Pengaruh yang begitu besar dunia penerbit buku kepada pendidikan menandakan bahwa industri ini memang sangat diperlukan tidak cuma pemerintah namun juga masyarakat Indonesia. Maka dari itu diharapakan para pemangku kepentingan khususnya dari pemerintah maupun tokoh pendidikan merumuskan dan mengakui akan pentingya peranan penerbit dalam pendidikan. Marilah seluruh aspek dan bagian kepentingan bersatu dalam memajukan minat membaca para generasi muda di Indonesia saat ini.
Jika negeri ingin menghendaki harapan menjadi bangsa yang unggul dan maju, maka telah menjadi sebuah kewajiban semua penduduk untuk lebih menggenjot diri dalam meningkatkan kualitas dan minat baca. Semua pihak secara bahu-membahu turut serta dalam upaya mulia ini, baik itu dari komponen pemerintah ataupun masyarakat umum. Budaya membiasakan membaca yaitu hal yang sangat baik. Tentunya dengan membaca akan menerima banyak faedah, banyak pengetahuan maupun informasi dan yang terpenting adalah menjadi bangsa yang bermartabat bagi bangsa-bangsa lain.
Banyak cara dan usaha yang bisa dilaksanakan untuk mengembangkan minat baca khususnya generasi muda. Pemerintah bisa membuat sebuah gerakan budaya membaca secara besar-besaran dan bersamaan seluruh sekolah di Indonesia. Hal yang perlu ada dari gerakan ini yakni pemerintah mesti menyediakan dan mempersiapkan sarana serta prasarana yang memadai seperti perpustakaaan. Perpustakaan yang dilengkapi dengan koleksi buku-buku lengkap yang tersebar sampai pelosok desa di Indonesia. Strategi yang kedua yakni pemerintah dibutuhkan sebisa mungkin menekan harga buku yang ada dipasaran, sehingga dengan semakin murahnya harga buku masyarakat lebih menyisakan sebagian uangnya untuk berbelanja buku dan menjadikannya sebagai penambah wawasan.
Selain komponen pemerintah, penduduk juga sungguh memilki peranan yang penting terhadap gerakan budaya membaca. Sudah waktunya masyarakat utamanya generasi muda mengganti mindset untuk menjadi masyarakat yang gemar membaca mirip halnya di negara maju. Warga masyarakat di negara maju sudah mempunyai motivasi intrinsik yang kuat untuk membaca secara turun temurun. Dengan kesadaran ini impian dan tujuan bareng untuk menjadi bangsa yang unggul dan bermartabat tidak cuma sekedar harapan kosong. Semua harapan ini akan berjalan dengan lancar bila badan penerbit buku sungguh diakui keberadaanya oleh pemerintah dalam hal perbukuan. [ Nur Aziz Ribowo ]
Referensi :
Badan Pusat Statistika. 2010. Indeks Pembangunan Manusia. Jakarta.
Sumber harus di isi