Pemahaman Tinjauan Pustaka, Faedah, Cara Menciptakan Dan Acuan Lengkap



Banyak orang masih menerka jikalau tinjauan pustaka dan daftar pustaka itu sama. Padahal keduanya berbeda. Tinjauan pustaka adalah ringkasan observasi-penelitian sebelumnya wacana topik tertentu. Biasanya bab ini berada di bagian dua dalam sebuah karya tulis ilmiah. Sedangkan daftar pustaka merupakan kumpulan sumber literatur yang dipakai sebagai rujukan. Letaknya berada di akhir karya tulis ilmiah.





Selain itu, tinjauan pustaka berbeda dengan pembahasan. tak jarang mahasiswa kebingungan dengan dua bab tersebut. Padahal perbedaan tinjauan pustaka dan pembahasan cukup kentara. Pembahasan yakni klarifikasi dan jawaban atas pertanyaan observasi yang tertuang dalam rumusan masalah.





Supaya kamu nggak kebingungan lagi soal tinjauan pustaka, ada baiknya memperhatikan ulasan di bawah ini. Sehingga dikala menulis karya tulis ilmiah, kamu bisa menulis tinjauan pustaka dengan gampang. 





Pengertian Tinjauan Pustaka Menurut Para Ahli





Seperti disinggung sedikit di awal, tinjauan pustaka atau tinjauan literatur ialah ringkasan komprehensif dari penelitian sebelumnya wacana suatu topik. Tinjauan literatur berasal atau bersumber dari observasi yang berhubungan . Syaratnya tinjauan pustaka mesti menyebutkan, menerangkan, merangkum, menganalisa secara objektif, dan memperjelas observasi sebelumnya.





Selain itu, hal ini juga mampu didefinisikan selaku penilaian kritis dan mendalam dari penelitian sebelumnya. Tinjauan pustaka yakni bab yang menyediakan panduan praktis wacana topik tertentu. Tinjuan ini sungguh menolong kau yang mempunyai waktu observasi terbatas. Sehingga tinjauan pustaka memperlihatkan citra lazim mengenai observasi-observasi yang serupa observasi yang kamu kerjakan. 





Baca Juga: Ukuran Kertas A1, A2, A3, A4, A5, A6, dan F4, dalam mm, cm, dan inch





Selain penjelasan di atas, tinjauan pustaka mampu diartikan selaku penegasan kepada batas-batas-batasan karya tulis ilmiah. Umumnya inti dari tinjauan pustaka termuat dalam keyword yang ada di bab abstrak. Untuk itu, penulisan dan penyusunan karya tulis ilmiah mesti mempunyai studi kepustakaan. 





1. Cooper





Menurut Cooper, tinjauan pustaka memiliki beberapa bentuk. Pertama, tinjauan pustaka menggabungkan apa yang dibilang dinyatakan, dan dikerjakan orang lain. Bentuk berikutnya, tinjauan pustaka mengkritisi penelitian dari peneliti-peneliti sebelumnya. Selain itu, hal ini juga membangun jembatan di antara topik-topik. Terakhir, tinjauan pustaka mengidentifikasi informasi-gosip sentral dalam bidang tertentu. 





2. Leedy





Sedangkan berdasarkan Leedy, tinjauan pustaka yaitu penjelasan uang mesti berisi ihwal pernyataan-pernyataan peneliti sebelumnya mengenai penelitian serupa yang dilaksanakan. Makara tinjauan pustaka didasari oleh langkah-langkah penelitian  pengembangan. 





Pengertian tinjauan berdasarkan para hebat lainnya adalah menurut Ganda. Tinjaun pustaka yaitu bagian dalam karya tulis ilmiah yang menandakan perihal teori-teori yang dipakai. Bila didasarkan pada penjelasan Gandas, maka tinjauan pustaka mempunyai fungsi hipotesis dalam observasi. Pendapat ini masuk akal alasannya adalah observasi pun dilengkapi dengan hipotesis atau dugaan permulaan yang ditulis atu baba dengan tinjauan pustaka.





3. Eki Meliansyah





Sementara itu, Eki Meliansyah mengartikan tinjauan pustaka sebagai acara mencari, membaca, dan menelaah laporan-laporan observasi yang relevan dengan penelitian yang bakal dikerjakan. Kemudian Castetter dan Heisler menyampaikan tinjauan pustaka yakni anjuran yang mencakup bab-bagian observasi seperti pendahuluan, pembahasan, dan kesimpulan. 





Semua itu mesti ada di dalam tinjauan pustaka alasannya. Makanya hal ini dianggap penting dalam suatu karya tulis ilmiah. Apalagi mengenang manfaatnya, tinjauan pustaka memang memiliki kegunaan tersendiri dalam karya tulis ilmiah. 





Manfaat Tinjauan Pustaka





1. Menguraikan dan menimbang-nimbang variabel penelitian biar tujuan penelitian dapat diraih





2. Memberikan batas-batas penelitian dengan cara memberikan variabel bebas atau variabel terikat yang relevan dan yang tidak berkaitan





3. Memberikan teladan untuk peneliti saat mengartikan teknik analisis data yang dikumpulkan dalam penelitian





4. Memberikan dasar anutan pada peneliti semoga dapat menyimpulkan hasil observasi sesuai dengan tujuan objektif dari penelitian tersebut





Baca Juga: Cara Cek Plagiarisme Buku/ Karya Ilmiah/ Konten dengan 12 Top Website Ini





Cara Membuat Tinjauan Pustaka





Sebenarnya ada banyak cara menciptakan untuk membuatnya. Namun poin utama menciptakan tinjauan pustaka yakni dengan cara yang sistematis. Tujuannya untuk menangkap, menganalisa, dan menyimpulkan pustaka yang ada. Dalam buku “Research Design” karya Creswell, ada beberapa cara menuliskannya, adalah:





1. Identifikasi Kata Kunci





Langkah pertama yaitu mengidentifikasi beberapa kata kunci penelitian. Kata kunci bisa diperoleh dikala kau tengah mengidentifikasi topik observasi 





2. Lengkapi dengan Referensi Lain





Setelah keyword diperoleh, lengkapi bahan bacaanmu dengan  jurnal,  buku, dan yang lain. Sehingga kamu menerima bahan-materi untuk menulis.





3. Jabarkan Selengkap-lengkapnya





Terakhir, jabarkan keyword tersebut dengan klarifikasi selengkap-lengkapnya.





Contoh Tinjauan Pustaka





Contoh ini diambil dari skripsi  Ana Widiawati berjudul “Strategi Gerakan Solidaritas Women’s March Indonesia Dalam Mengubah Kebijakan Perundang-Undangan Terkait Hak-Hak Perempuan Tahun 2018 (Studi Kasus Gerakan di Kota Jakarta dan Yogyakarta”. Contoh tinjauan pustaka ini cuma sebgian saja. Selain berisi studi terdahulu, tinjauan pustaka dalam skripsi yg berisi kerangka teori, kerangka berpikir, dan hipotesis.





Berikut contoh tinjauan pustaka:





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Studi Terdahulu

Studi terdahulu yang diambil oleh penulis yakni pertama, karya dari Hermann Maiba yang berjudul Grassroots Transnational Social Movement Activism: The Case of People`s Global Action. Gerakan sosial dimengerti sebagai suatu interaksi berkelanjutan baik formal maupun informal di antara individu, golongan, kolektif, jaringan, dan organisasi yang menyebarkan identitas kolektif  untuk menjinjing , mencegah, membatalkan pergantian sosial, politik dan budaya di luar institusi politik yang mapan lewat seni manajemen tambahan-parlementer.[1]
            “I use the term `global` to signify the geographic spread of activist groups to more than two continental regions. In distinction, the term `transnational` stands for the cross-national organizing processes among movement participants.” Maiba menekankan bahwa gerakan global mampu ditemukan sekurang-kurangnyadi tiga benua. Sementara itu gerakan transnasional, meliputi komunikasi dan kolaborasi sekurang-kurangnyadari dua negara yang berlainan.[2]
            Konsep yang digunakan oleh Maiba ialah rancangan dimensi transnasional, dapat digunakan untuk menerangkan bukan hanya gerakan sosial seperti PGA tetapi juga gerakan yang lebih luas lagi. Dimensi transnasional meliputi Transnational Networks, Transnational Spaces, Transnational Political Opportunity Structure, The Transnational Diffusion of Ideas, Tactics, and Resources, dan Transnational Identity.[3]
            Sementara itu, Maiba mengadopsi observasi kualitatif. Maiba memposisikan diri dan ikut berpartisipasi dalam dua gerakan sekaligus ialah di Chicago dan Berlin. Menghimpun data dari proses interaksi dengan partisipan lain seperti sharing pandangan baru dan isu, mengetahui dinamika penggerak transnasional, mempelajari ruang kawasan partisipan berinteraksi, dan analisis data dari posting di mailing list yang menjadi afiliasi gerakan.[4]
Meskipun fokus studi terdahulu yang kedua ini lebih ke kajian Media dan Komunikasi namun penulis menemukan adanya keterkaitan antara ruang publik yang dibuat oleh media dengan acara transnasional termasuk dalam gerakan sosial. Argumen penulis tersebut didasarkan pada jurnal berjudul “Media Sosial dan Revolusi Politik: Memahami Fenomena Arab Spring dalam Perspektif Transnasional” karya Ahmad Rizky M., Arief Bakhtiar Darmawan, Faela Sufa, dan Gebyar Lintang Ndadari. Jurnal tersebut membahas tentang keterkaitan antara revolusi dan aktivisme transnasional melalui media sosial di Timur Tengah. Media sosial dalam jurnal tersebut dinyatakan selaku pendorong penyebaran gerakan massa di Timur Tengah. Seperti yang dijelaskan Sidney Tarrow, fenomena Arab Spring di Timur Tengah yaitu salah satu bentuk aktivisme transnasional dengan menggunakan sistem dan seni manajemen-taktik framing sebagai instrumen gerakannya. Media baru seperti media umum dan blog digunakan untuk menyampaikan simbol-simbol dan pesan gerakan.[5]
            Ketiga, observasi dari Jeff Jager berjudul “Understanding the Gulen Movement.” Penelitian ini membedah Gulen Movement dengan memakai teori Social Movement dari Charles Tilly. Dalam argumen Jeff Jager, the Gulen Movement ini merepresentasikan fenomena yang sesuai dengan  tipe gerakan sosial yang dibahas dalam bukunya Charles Tilly, Social Movement:1768-2008. Dalam observasi ini, Jeff Jager memakai tiga komponen perlawanan (kampanye, repertoar gerakan sosial, dan WUNC Display) untuk mengerti the Gulen Movement. Jeff menjajal untuk melihat ada atau tidaknya tiga elemen perlawanan tersebut dalam the Gulen Movement.[6]
            Selain memakai teori Charles Tilly ihwal Social Movement, Jeff Jager juga menggunakan rancangan Framing Process milik Benford and Snow. Dalam gerakan sosial, proses framing bekerjasama dengan ideologi yang diyakini dalam gerakan sosial tersebut. Jeff Jafer menjelaskan pula wacana framing process dalam the Gulen Movement. Sementara itu pedoman Benford and Snow memberikan kontribusi untuk menjelaskan proses framing dan kaitannya dengan potensi budaya dalam gerakan tersebut. Hasil dari penelitian tersebut adalah the Gulen Movement merepresentasikan social movement yang didefinisikan oleh Charles Tilly. Alat untuk mengonfirmasi bahwa the Gulen Movement memang sesuai dengan definisi social movement Charles Tilly ialah dengan tiga bagian perlawanan gerakan sosial. Tiga bagian yang disebut pula oleh Charles Tilly selaku seni manajemen gerakan sosial.[7]
            Penelitian terdahulu selanjutnya berjudul “What Makes Protest Powerful? Reintroducing and Elaborating Charles Tilly`s WUNC Concept”. Penelitian ini ditulis oleh Ruud Wouters dan Stefaan Walgrave. Dalam observasi ini, Wouters dan Walgrave menjabarkan ulang dan mengelaborasikan lagi desain WUNC Display milik Charles Tilly. Menurut mereka, desain tersebut tidak diterangkan secara detail oleh Charles Tilly dalam bukunya. Sementara  WUNC Display dalam pandangan mereka merupakan pusat dari sebuah gerakan sosial alasannya adalah unsur tersebut menunjukkan  bagaimana identitas kolektif ke publik atau objek yang dituju serta dapat dipercaya suatu gerakan sosial.[8]
            Hasil penelitian tersebut, Wouters dan Walgrave mengajukan penambahan satu poin lagi dalam WUNC Display menjadi dWUNC Display. Makara selain worthiness, unity, numbers, dan commitment, terdapat poin diversity dalam mengukur kekuatan gerakan sosial. Keberagaman (diversity) dalam protes ataupun gerakan sosial merupakan bagian yang berkaitan untuk ditambahkan karena keberagaman dapat memberikan legitimasi demokratis dari gerakan sosial. Diversity ini mampu dipakai untuk mengukur seberapa kuat gerakan sosial, melengkapi keempat unsur lain.[9] Selain mengajukan konsep dWUNC Display, Wouters dan Walgrave juga menawarkan sumbangsih tentang pengoperasian dWUNC Display dalam sebuah penelitian dengan melibatkan tiga tahapan yaitu operasionalisasi, pengukuran, dan mengukur efek.[10]
            Kelima, yakni observasi dari Francesca Luciana Rubino dengan judul “Successful Social Movement and Political Outcomes: A Case Study of the Women’s Movement in Italy, 1943-48”. Franseca  meneliti Women’s Movement di Itali dengan menggunakan teori Social Movement milik Charles Tilly dan tiga elemen perlawanan yang didefinisikan sebagai variabel kesuksesan gerakan sosial.[11] Selain memakai konsep WUNC Display, komponen lain yang digunakan untuk mengukur keberhasilan gerakan sosial dalam observasi ini adalah pembentuk identitas kolektif, afiliasi politik, dan komunikasi kolektif dengan mempergunakan media. Dengan mengkombinasikan konsep WUNC Display dari Charles Tilly dan rancangan lain mirip identitas kolektif, afiliasi politik, dan komunikasi kolektif, Franseca menegukur kesuksesan gerakan-gerakan perempuan di Itali.[12]




Nah itu dia klarifikasi perihal tinjauan pustaka beserta contohnya.





Jika Anda ingin mempelajarinya lebih lanjut, kami ada beberapa nasehat buku untuk Anda:














Apakah Anda sedang atau ingin melaksanakan cara menciptakan buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara gratis. Anda cukup mengubah ongkos cetak. Silahkan isi data diri Anda di : Daftar Menjadi Penulis Buku





Jika Anda Membutuhkan Referensi Tambahan, Kami Menyediakan EBOOK GRATIS yang Spesial Kami Persembahkan untuk Anda. Adapun Macam Ebook yang Bisa Anda Download selaku Berikut:





Ebook : Cara Praktis Menulis Buku





Ebook : Rahasia Menulis Buku Ajar





Ebook : Self Publishing





Ebook : Pedoman Menulis Buku Tanpa Plagiarisme





Ebook : Strategi Jitu Menulis Buku Monograf





Ebook : Cerdas Menulis Buku Referensi



Sumber mesti di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama