Miliki 1 Juta Bitcoin, Nilainya Hampir Rp 700 Triliun, Siapa Dia?





Jika ketimbang 10 tahun yang kemudian, nilai satu unit mata duit kripto Bitcoin memang kurang dihargai. Pasalnya pada ketika itu, Bitcoin cuma dihargai kurang dari US$ 0,01. Namun, seiring berjalannya waktu, siapa yang menduga bahwa nilai Bitcoin terus alami peningkatan yang menakjubkan.


Seperti yang diketahui, pada hari Rabu (10/3/2021) kemarin, harga Bitcoin melonjak di kisaran US$ 55.000 atau Rp 770 juta (kurs Rp 14.000) per satu keping. Mengutip Bloomberg, peningkatan mata duit kripto disebabkan oleh sentimen investor sehabis harga saham-saham AS melambung pada hari Selasa (9/3/2021). Dalam Indeks Bloomberg Galaxy Crypto, mata duit kripto memang mengalami kenaikan semenjak 2 ahad terakhir.


Pada Februari 2021, nilai Bitcoin melesat di level US$ 58.350 per keping. Kenaikan juga dipicu oleh minat perusahaan yang berbondong-bondong mengadopsi mata duit kripto sebagai alat pembayaran. Diantaranya yaitu Tesla, Mastercard, Square (SQ), dan PayPal (PYPL).


Selain itu, faktor lainnya ialah soal penggelontoran stimulus pemerintah AS kepada warganya selaku imbas pandemi Covid-19. Kemungkinan, stimulus akan mendorong fatwa modal ajaib ke pasar keuangan dan mengangkat mata duit kripto.


Memang, mata duit kripto terutama Bitcoin melesat sejak pandemi Covid-19. Dalam setahun terakhir, lonjakannya mencapai 600 persen. Hal ini menciptakan spekulasi di kalangan penanam modal dan memecahnya menjadi dua kubu, apakah cuma fenomena bubble atau mampu terjadi kenaikan yang lebih besar ke depannya.


Di balik harga Bitcoin yang naik dan mencapai nilai yang mengagumkan tersebut, ternyata ada sosok yang jumlah kekayaannya semakin bertambah.


Dia yaitu Satoshi Nakamoto, yang tak lain adalah pelopor mata duit kripto tersebut. Sebenarnya masih belum jelas siapa bergotong-royong Nakamoto. Identitasnya tak dikenali oleh publik. Banyak yang berspekulasi bahwa dibalik nama itu ialah sekelompok orang. Namun bisa saja bahwa sosok Satoshi Nakamoto memang cuma satu orang bisa laki-laki atau perempuan.


Untuk isu, Satoshi Nakamoto pada tahun 2008 mempublikasikan 9 lembar white paper yang untuk pertama kalinya menyebut uang digital Bitcoin. Peer-to-peer electronic cash atau mungkin bisa disebut sistem elektronika tolong-menolong.


Miliki 1 Juta Bitcoin, Nilainya Nyaris Rp 700 Triliun, Siapa Dia?

Miliki 1 Juta Bitcoin, Nilainya Nyaris Rp 700 Triliun, Siapa Dia?


Dalam beberapa bulan setelahnya, Satoshi Nakamoto merilis software Bitcoin untuk pertama kalinya dengan berpartner bersama pengembang dan pengkoding online untuk pertanda kepada khalayak.


Namun, John McAfee -Pendiri perusahaan Software Antivirus- mengklaim bahwa 99% beliau percaya tahu identitas ihwal Satoshi Nakamoto. John menilai bahwa doktrin dari banyak orang ihwal sosok Satoshi Nakamoto sebagai seorang individu yang merancang Bitcoin adalah omong kosong belaka.


Mengutip dari Cointelegraph hari Kamis (7/5/2020) ini John menyampaikan, “Mereka yaitu tim yang terdiri dari 11 orang yang bekerja selama 5 tahun, yang akibatnya muncul dengan Bitcoin. Bagaimana mereka menetapkan siapa yang hendak menulis makalahnya, aku tidak tahu”.


John juga memberi bocoran yang lain untuk mengungkap lebih jauh tentang sosok dan identitas Satoshi Nakamoto. Adalah dengan cara menganalisis lingustik whitepaper (buku putih) Blockchain dan Bitcoin.


Dari kabar yang beredar, Nakamoto sampai ketika ini memiliki 1 juta unit Bitcoin. Artinya kalau ia masih memegang Bitcoin sampai sekarang tanpa memasarkan satu koin pun kekayaan ia mencapai US$ 49,1 miliar atau setara dengan hampir Rp 700 triliun atau Rp 691,75 triliun.


Berdasarkan situs coinmarketcap.com jumlah Bitcoin yang bersirkulasi kini mencapai 18.646.818.


Dengan begitu, Nakamoto mempunyai 5,36% dari total pasokan Bitcoin yang beredar di pasar. Sejak awal diluncurkan, jumlah Bitcoin yang bisa ‘ditambang‘ hanya sebanyak 21 juta unit.


Meski hingga karenanya pengembangan Bitcoin terus berlanjut sampai sekarang dan sosok Satoshi Nakamoto hilang tidak terdeteksi. Namun, meski sosoknya seperti menghilang bak ditelan bumi, hilangnya ini tetap dianggap telah membawa ‘sesuatu‘.







Sumber stt.ac.id

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama