Nilai mata uang digital Bitcoin semakin asing-gilaan. Mata uang kripto itu oleh analis dari Citibank diprediksi akan tembus menyentuh level US$ 300.000 atau setara dengan Rp 4,2 miliar pada bulan Desember tahun 2021.
Harga aset cryptocurrency Bitcoin terus mengalami penguatan dalam kala waktu beberapa minggu terakhir. Bitcoin diproyeksi akan terus mengalami penguatan di masa depan.
Sebelumnya Bitcoin tembus US$ 17.000 pada 18 November 2020 kemarin. Angka tersebut yakni tertinggi selama hampir tiga tahun terakhir.
Mengutip data pada situs Coindesk di tanggal tersebut, harga Bitcoin menanjak naik lebih dari 4 persen dalam waktu 24 jam terakhir di perdagangan hari Selasa (17/11/2020) waktu Amerika Serikat (AS). Bahkan uang digital tersebut nilainya mencapai angka US$ 17.030. Jika dikalkulasi dengan nilai rupiah, maka harga Bitcoin sama dengan sekitar Rp 239 juta. Angka ini ialah tertinggi sejak 7 Januari 2018 silam.
Nicholas Pelecanos -Kepala Perdagangan di Nem- mengatakan, “(Lonjakan harga) itu terjadi alasannya variasi struktur pasar dan fundamental yang kuat. Kini, Bitcoin bisa meraih kapitalisasi tertinggi dalam beberapa hari”.
Pelecanos juga menyertakan, “(Ini) merupakan persiapan kepada nilai inflasi yang sudah berdampak pada Wall Street sejak kampanye pencetakan duit besar yang The Fed kerjakan permulaan tahun ini”.
Dalam catatan analis Citibank tersebut, Bitcoin direpresentasikan selaku instrumen safe haven masa ke-21, mengambil alih emas.
Mengutip dari Forbes pada hari Jumat (20/11/2020), Tom Fitzpatrick -Global Gead of CitiFX Technicals Citibank- menyampaikan, “Seluruh karakteristik Bitcoin sudah ditunjukan oleh penguatan yang tidak pernah terpikirkan, dibarengi oleh koreksi yang menyakitkan, menerangkan acuan yang menopang tren jangka panjang,”
Tom memberikan tiga contoh penguatan yang terjadi selama tiga dekade terakhir, yang menujukkan adanya kesempatankenaikan harga menyentuh level tertinggi pada Desember 2021 ialah sebesar 318.000 dollar AS.
Ia menerangkan, “Sangat jelas, kesempatanpenguatan ke level tertinggi akan terjadi dalam abad waktu 12-24 bulan ke depan”.
Rencana bank sentral AS, The Federal AS, untuk melakukan diskusi digitalisasi mata uang menjadi pendongkrak harga Bitcoin. Tidak cuma itu saja, Bitcoin dinilai akan mendapatkan laba dari kebijakan fiskal dan moneter yang berimbas kepada penurunan nilai mata uang tradisional.
Juga munculnya perkiraan Bitcoin selaku emas digital juga berhasil menarik perhatian para penanam modal untuk berbelanja mata uang kripto tersebut.
Melansir dari CNBC International, sumber dalam industri ini menyampaikan bahwa nilai mata uang kripto tersebut sudah berkembangsebesar 137 persen pada tahun ini. Hal ini didasari oleh beberapa faktor yang salah satunya yakni stimulus pemerintah terkait pandemi Covid-19 dan minat sejumlah investor terkemuka seperti Paul Tudor Jones dan Stanley Druckenmiller.
Mike McGlone -analis dari Bloomberg Intelligence- mengatakan, menurut contoh historis pasca Bitcoin Halving tahun 2016, harga aset kripto nomor wahid itu akan naik tinggi pada tahun 2021.
Ia juga menyampaikan, “Volatilitas Bitcoin yang menurun yang berbanding terbalik dengan aset lain menunjukkan bahwa Bitcoin kian unggul dan lebih cenderung terapresiasi kalau acuan abad kemudian yaitu panduannya. Grafik kami menggambarkan volatilitas Bitcoin 180 hari turun mendekati titik terdalam 2015, di sekeliling 36 persen. Dan untuk pertama kalinya jatuh di bawah Indeks Saham Nasdaq 100. Dari Oktober 2015, ketika volatilitas mencapai titik terendah 2017, Bitcoin berkembangsekitar 8.000 persen”.
Sumber stt.ac.id