Cara Menciptakan Buku : Kesalahan-Kesalahan Penulisan Yang Perlu Disingkirkan

Dalam menulis buku atau karya ilmiah terkadang terdapat kesalahan-kesalahan tak terhindarkan. Kesalahan-kesalahan ini biasanya terjadi alasannya adalah kurang teliti saat menulis buku atau bahkan ketidaktahuan tentang kaidah tata bahasa yang baik dan benar.


Tulisan ini akan memaparkan kesalahan-kesalahan teknis dalam cara menciptakan buku dan perbaikannya. Apa sajakah kesalahan menulis buku yang seringkali dijalankan penulis?


Untuk mengenali lebih jauh mengenai kesalahan penulisan dan perbaikannya, kita mampu menyimak uraian di bawah ini.


1. Menulis kata depan


Kesalahan dalam menulis buku atau karya ilmiah yang sering kali terjadi yaitu kesalahan penggunaan kata, tidak terkecuali kata depan. Tidak mampu dipungkiri, kesalahan ini paling kerap didapatkan. Hal ini dapat terjadi alasannya adalah ketidaktelitian atau ketidakpahaman perihal perbedaan imbuhan dan penggunaan kata depan. Biasanya kata depan “di” dan “ke” tidak ditulis terpisah dengan kata yang menunjuk kawasan. Sementara itu, penulisan imbuhan “di-“ contohnya, justru ditulis terpisah.


Untuk menyingkir dari kesalahan ini, penulis perlu mengetahui konteks kata depan dan imbuhan. Imbuhan dituliskan bersambung sebagai kata penghubung. Contoh dari penggunaan imbuhan antara lain ditulis, dinikmati, dibaca, dipublikasikan, dan lain-lain. Sementara itu, kata depan lebih mengacu pada tempat, selaku contoh: di jalan, di rumah, ke sekolah, ke Yogyakarta, dan lain-lain. Perlu dimengerti juga, bahwa penulisan kata “dimana” tetap serangkai, sebab kata tersebut ialah morfem yang dalam konteksnya merujuk pada kata tanya. Kata “dimana” seharusnya juga tidak dipakai di kalimat berita atau untuk menjelaskan suatu informasi.


Agar tidak sering terjadi kesalahan dalam penulisan kata depan dan imbuhan, si penulis perlu membiasakan diri menulis dengan benar. Ketika beliau menulis, semestinya tulislah sesuai dengan kaidah secara langsung. Jika terjadi kesalahan, penulis semestinya pribadi memperbaiki penulisan tersebut sebelum menulis lebih jauh. Makara penulis tidak perlu memperbaiki kesalahan penulisan sesudah tulisannya selesai. Biasanya kesalahan ini terlewatkan, atau penulis telah malas untuk memperbaiki cara menciptakan buku nya selama substansinya telah selesai.


 


2. Meletakkan tanda baca


Meskipun jarang diperhatikan dan dihiraukan, cara menciptakan buku dengan peletakan tanda baca yang kurang sempurna juga menjadi kesalahan yang perlu disingkirkan. Semua tanda baca, baik titik (.), koma (,), tanda seru (!), tanda tanya (?), garis hubung (-) , dan tanda kurung (…)  harus ditempatkan secara sempurna dalam suatu kalimat. Penggunaan tanda baca sering tidak tepat alasannya adanya spasi yang sebenarnya tidak diharapkan. Penulisan tanda baca yang benar yaitu direkatkan dengan aksara terakhir sebuah kata tanpa ditambahkan spasi, juga pada kata yang diulang dengan memakai tanda hubung.


Untuk lebih jelasnya, penggunaan tanda baca yang sempurna dan tidak tepat dapat dilihat dari tabel berikut.


 













Tidak sempurnaTepat
Migrasi adalah pergantian tempat tinggal secara permanen atau semi permanen .


 


Apa saja keuntungan dari menulis ?


 


Perhatikan tindakan berikut ini !


 


Mereka menebang pohon-pohon dan menghancurkan ladang.


 


Pembentukan desa-desa baru dikerjakan di beberapa kecamatan . seperti Maday , Putussibau , Embaloh Hilir , dan Batang Lupar.


 


Jalai Lintang ( Jalan Lintang ) ialah wilayah ketumenggungan yang terletak di Jalan Lintas Utara menuju pos perbatasan Indonesia-Malaysia.

Migrasi adalah pergantian kawasan tinggal secara permanen atau semi permanen.


 


Apa saja keuntungan dari menulis?


 


Perhatikan tindakan berikut ini!


 


Mereka menebang pohon-pohon dan merusak ladang.


 


Pembentukan desa-desa baru dikerjakan di beberapa kecamatan, mirip Manday, Putussibau, Embaloh Hilir, dan Batang Lupar.


 


Jalai Lintang (Jalan Lintang) yaitu kawasan ketumenggungan yang terletak di Jalan Lintas Utara menuju pos perbatasan Indonesia-Malaysia.


3. Menulis kata berbahasa gila selain Bahasa Indonesia


Dalam cara membuat buku atau karya ilmiah, umumnya kata-kata berbahasa abnormal digunakan untuk memperbesar nilai estetika tulisan. Penulis yang memakai kata-kata berbahasa gila, selain Bahasa Indonesia harus dicetak miring (italic). Kata-kata berbahasa abnormal yang biasanya digunakan di suatu tulisan berasal dari Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, Bahasa Arab, dan sebagainya. Perlu diperhatikan juga bahwa kata berbahasa Indonesia, namun dari bahasa pergaulan atau bahasa Indonesia yang “gaul” juga perlu ditulis miring. Tidak hanya kata berbahasa ajaib, kata atau perumpamaan ilmiah di bidang tertentu dan tidak bersahabat di mata orang awal juga sebaiknya dicetak miring.


 


4. Penulisan huruf kapital


Kesalahan dalam menuliskan abjad kapital kadang kala terjadi akhir kemalasan penulisnya. Biasanya menulis abjad kapital diabaikan alasannya adalah si penulis fokus pada penyelesaian tulisan. Dia akan sibuk menuliskan kata demi kata dalam tulisannya secara keseluruhan tanpa memerhatikan penulisan huruf kapital. Dengan kata lain, dia merasa perlu menyelesaikan substansi tulisannya apalagi dulu, kemudian lupa mengedit lagi kata-kata yang seharusnya berhuruf kapital.


Agar tidak salah dalam menuliskan kata berhuruf kapital, perlu kiranya kita mendengarkankembali penggunaan karakter kapital. Huruf kapital dalam sebuah tulisan dipakai pada konteks atau perkara berikut.


a.  Huruf kapital digunakan pada awal kalimat dan aksara pertama kalimat dalam petikan pribadi.


b. Selain itu, abjad kapital juga digunakan dalam perumpamaan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, Tuhan, dan kata ganti untuk Tuhan.


c. Gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan juga menggunakan karakter kapital. Jika tidak dibarengi nama orang, maka gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan tidak disertai huruf kapital.


5.   Huruf kapital juga wajib digunakan untuk menulis nama orang, baik nama lengkap atau nama panggilan. Dalam beberapa masalah, nama orang dari luar negeri mirip “de”, “van”, “der”,atau “da” tidak memakai abjad kapital. Nama orang tertentu mirip “bin” atau “binti” yang mengandung arti “anak dari” juga tidak menggunakan karakter kapital.


6. Sementara itu, abjad pertama akronim nama orang yang dipakai dalam nama jenis atau satuan pengukuran juga menggunakan huruf kapital.


7. Kemudian abjad kapital pun digunakan untuk menunjuk nama bangsa, suku, dan bahasa. Namun dalam penggunaan kata turunannya tidak menggunakan aksara kapital. Contohnya: Bangsa Eskimo, Suku Dayak, Bahasa Indonesia, kejawa-jawaan, keinggris-inggrisan, dan sebagainya.


8. Di samping itu, nama tahun, bulan, hari, dan hari raya juga menggunakan abjad kapital.


9. Berikutnya, huruf pertama komponen nama jabatan yang dibarengi nama orang, atau nama jabatan yang menunjuk orang memakai huruf kapital.


10. Nama instansi juga memakai karakter kapital pada permulaan kata, tergolong unsur resmi negara, lembaga resmi, forum ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi. Jika tidak dibarengi nama atau tidak menunjuk nama, maka nama jabatan atau instansi tidak ditulis memakai abjad kapital. Penggunaan abjad kapital pada kasus ini tidak meliputi kata tugas, contohnya dan, mirip, oleh, atau, dan untuk.


11. Huruf kapital juga dipakai selaku aksara pertama untuk menuliskan peristiwa sejarah. Hanya peristiwa sejarah yang dipakai sebagai nama saja yang menggunakan huruf kapital dalam penulisannya. Contoh: Perang Diponegoro, Perang Jawa, kemerdekaan Indonesia, perang dunia.


12. Penggunaan karakter kapital juga meliputi komponen-unsur nama diri geografi. Hal ini juga termasuk penggunaan unsur nama geografi yang dibarengi nama diri geografi. Namun penggunaannya tidak mencakup nama diri geografi untuk memperjelas nama jenis. Contoh: Asia Tenggara, Korea Selatan, Bukit Barisan, Dataran Tinggi Dieng, Pegunungan Himalaya, kunci inggris, pisang ambon, petai cina.


13. Selain dalam substansi tulisan, penulisan abjad kapital pada judul juga perlu diperhatikan. Perlu dicermati kembali bahwa ada kata-kata yang tidak dituliskan dengan abjad kapital pada judul. Kata “di”, “dari”, “ke”, “untuk”, dan kata peran yang lain tidak perlu dituliskan dengan aksara kapital dalam judul. Namun penggunaan kata tugas di posisi awal tetap menggunakan abjad kapital.


Kesalahan penulisan di atas sebaiknya dihindari dengan meningkatkan ketelitian dalam menulis. Akan lebih baik jikalau penulis cepat menggantinya dengan penulisan yang benar dikala dia melakukan kesalahan. Selain itu, stuktur goresan pena, mengutip, menulis daftar pustaka, dan konsistensi penulisan juga menjadi bab penting yang harus diamati saat menulis.


Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara gratis. Anda cukup mengganti ongkos cetak. Silakan isi data diri Anda di sini.


Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak wacana cara membuat buku anda dapat menyaksikan Artikel-postingan berikut:



  1. Cara membuat buku

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama