NESABAMEDIA.COM – Zoom Video Communications Inc, perusahaan di balik aplikasi konferensi video yang menimbulkan orang-orang tidak begitu terisolasi di abad pandemi mewabah, baru saja melaporkan perkembangan yang signifikan. Meski usahanya mungkin tidak akan terus mengalami peningkatan drastis, tetapi setidaknya Zoom sudah mempunyai posisi yang cukup kuat di pangsa pasar aplikasi pertemuan video, dan mempunyai basis pengguna yang setia.
Bahkan Zoom telah sukses menjadi sebuah pola hidup tersendiri, di mana orang-orang akan menyebut “nanti nge-Zoom ya”, yang artinya mengajak ngobrol atau berdiskusi melalui panggilan video. Sama seperti mencari sesuatu di internet yang lebih yummy menyebutnya dengan Googling. Padahal, Zoom yakni pemain gres.
Jauh sebelum Zoom hadir, banyak orang yang melakukan panggilan video memakai Skype. Meskipun Skype sudah berusia 9 tahun, jauh lebih renta dari Zoom dan dimiliki oleh raksasa teknologi bernama Microsoft, Zoom benar-benar menghabisi Skype di pasar aplikasi pertemuan video. Bagaimana hal itu mampu terjadi?
Tidak pernah gampang untuk kemudian menyebut suatu produk sudah ketinggalan zaman, tetapi sering kali hal itu disebabkan alasannya adalah persoalan harga, kualitas, kinerja dan fasilitas dalam penggunaan. Jika suatu perusahaan memasarkan suatu barang, tetapi tidak mengoptimalkannya, maka itu yakni suatu dilema. Bahkan sekelas perusahaan seperti Microsoft yang begitu besar lengan berkuasa dan kaya.
Dalam hal ini Microsoft mampu dijadikan pola, bahwa mempunyai peluang untuk start lebih dulu, tidak akan berguna apa-apa bila tidak mampu menjadi yang terdepan.
Skype bukan satu-satunya produk populer yang diabaikan oleh Microsoft. Dua dekade kemudian, Internet Explorer menjadi browser andalan setiap pengguna, tetapi karena tidak bisa mengurus keunggulan, sekarang Microsoft justru berniat untuk mematikannya.
Menariknya, Microsoft tidak pernah meninggalkan pangsa pasar yang mereka terjuni. Dalam pasar pertemuan video, Microsoft memang punya Skype, tetapi mereka menentukan untuk lebih fokus pada Microsoft Teams. Begitu juga di pasar browser web, Microsoft meninggalkan Internet Explorer dan beralih ke Edge.
Produk-produk tersebut mampu menopang bisnis perusahaan yang menguntungkan, padahal sesungguhnya Microsoft tidak perlu repot-repot menciptakan produk gres, jikalau mampu memaksimalkan produk-produk mereka yang telah ada.
Apa yang terjadi pada Microsoft itu, sebaiknya bisa dijadikan pelajaran oleh Zoom, apalagi pandemi juga disebut-sebut akan segera berakhir dalam waktu bersahabat.
Sumber mesti di isi