Agresi ‘Buang Dolar’ Akan Jadi Tren Ke Depan





Dipicu oleh tertinggalnya Amerika Serikat (AS) pada upaya penanganan virus corona, menciptakan global mengubah fokusnya kembali ke fundamental. Dengan demikian, kemungkinan agresi ‘buang dolar‘ justru akan menjadi massif ke depan.


Marc Chandler -Kepala Strategi Pasar di Bannockburn Global Forex- menyampaikan, “Langkah melawan dolar kini meluas. Tidak cuma lebih banyak negara dengan mata duit pasar negara meningkat , namun akan lebih banyak ‘peserta’,”.


Imbas dari semakin tidak tentu saja ihwal pemulihan ekonomi Negara Paman Sam, membuat banyak para ahli yang menyatakan bahwa dolar AS akan terus alami penurunan.


Jika daripada Eropa yang juga terkena pengaruh dari virus corona, negara yang dipimpin oleh Donald Trump itu bahkan akan tertinggal. Selain itu, terdapat pula aspek reaksi dolar yang signifikan akhir defisit AS. Upaya AS melawan Covid-19 menciptakan defisit membesar menjadi multi triliunan.


Untuk dikenali, sembilan bulan pertama di tahun fiskal 2020 ini, defisit anggaran AS diperkirakan mencapai rekor US$ 2,7 triliun. Sementara itu, pasar mencium adanya potensi perihal inflasi dari semua stimulus yang diberikan untuk mengatasi krisis.


Seperti yang sudah diberitakan, mata uang dolar telah kehilangan 4,9 persen terhadap euro semenjak permulaan bulan ini. Tidak cuma kepada euro, dolar juga jatuh 2,5 persen terhadap yen, dan terhadap krona Swedia jatuh 6,4 persen, juga jatuh sebanyak 4 persen terhadap dolar Selandia Baru.


Aksi 'Buang Dolar' Akan Jadi Tren Ke Depan

Aksi ‘Buang Dolar’ Akan Kaprikornus Tren Ke Depan


Namun hal yang berkebalikan justru terjadi pada mata duit real Brasil dan yuan China. Di pasar negara berkembang, real lebih besar lengan berkuasa 6 persen dari dolar AS. Sementara mata uang Tiongkok justru naik 1 persen terhadap dolar di bulan ini.


Di segi lain, ihwal mata duit dolar yang melemah ini justru menjadi laba untuk emas. Dengan reli yang tidak terbendung selama tujuh pekan berturut-turut, harga emas potensial besar akan mencetak rekor tertinggi barunya.


Jika menyaksikan pada data di pekan lalu, harga emas dunia ditutup pada level psikologis di angka US$ 1.900 per troy ons. Sementara pada hari Senin (27/7/2020) awal pekan ini, emas masih menawarkan kilauannya dan melanjutkan peningkatan.


Hasil dari survei yang dilakukan oleh Kitco, para pelaku pasar masih meyakini bahwa harga emas dapat bullish untuk pekan ini. Sebanyak 14 analis dari Wall Street yang disurvei Kitco, terdapat 11 orang atau 79%-nya memperkirakan bahwa harga emas masih naik.


Sementara itu, survei yang dilaksanakan Kitco pada Main Street, didapatkan hasil 72% memperkirakan harga emas naik pada ahad ini, 17% menyampaikan akan lebih rendah, sementara mereka yang mengatakan netral hanya 12%. Survei ini dijalankan Kitco kepada 1.870 responden.


Jens Nordvig -CEO Exante- mengatakan, “Bisa dikatakan ini adalah angin kencang yang tepat. Dolar menguat selama enam tahun dan baru kini terkoreksi”.







Sumber stt.ac.id

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama