4 Hal Yang Harus Disunting Dalam Teknik Menulis Biar Diterima Penerbit Buku Idaman

Teknik menulis buku tidak hanya simpulan dikala kita telah berhenti melakukan proses penulisan, namun ada proses yang lebih rumit lagi yaitu penyuntingan. Semua itu agar naskah kita nantinya dapat diterima oleh penerbit buku yang kita kehendaki.


Teknik menulis buku pada dasarnya adalah suatu proses yang panjang dan tidak instan. Oleh alasannya adalah itu, tidak aneh bila mutu buku lazimnya mampu dilihat dari seberapa usang buku tersebut disusun. Semakin usang proses penyusunannya, maka biasanya kualitas dari buku tersebut juga akan kian manis. Meskipun demikian, hal tersebut juga tergantung pada mutu penulisan yang kita lakukan tersebut. Apabila kita menciptakan goresan pena kita secara sungguh-sungguh, tergolong dalam proses penyuntingannya, maka kemungkinan besar kualitas tulisan yang hendak kita hasilkan juga akan sesuai dengan cita-cita kita. Selanjutnya, proses penyuntingan tersebut menjadi salah satu proses vital yang mesti kita lakukan secara hati-hati. Artinya kita membutuhkan kecermatan dan kecermatan saat kita membaca kembali goresan pena yang telah kita buat tersebut.


Apabila dalam teknik menulis kita telah memasuki tahap penyuntingan, maka setidaknya proses tersebut bisa kita lakukan sendiri. Selama kita memiliki banyak waktu dan impian berpengaruh untuk melaksanakan proses penyuntingan, maka kita mampu melakukannya sendiri. Di segi lain, tentu ada kompetensi yang juga harus kita miliki saat menyunting buku. Hal tersebut menjadi penting alasannya adalah proses penyuntingan tersebut tidak hanya dilakukan untuk menyempurnakan substansi, tetapi juga teknis penulisan lainnya seperti ejaan, gaya bahasa, dan lain sebagainya. Di sisi lain, bila kita merasa tidak mempunyai banyak waktu dan kompetensi untuk melakukan proses tersebut, maka kita bisa menyerahkan proses tersebut terhadap orang lain. Jasa dari orang lain tersebut bisa kita cari secara eksklusif, namun juga bisa dicari dari penerbit buku yang kita jadikan partner untuk menerbitkan buku. Biasanya pihak penerbit buku akan melakukan proses penyuntingan kembali. Berikut ialah beberapa hal yang mampu kita cermati dikala melakukan proses penyuntingan.


 



  1. Ejaan


Ejaan menjadi salah satu bagian yang paling vital dikala kita mengasah teknik menulis buku. Bahkan banyak kesalahan yang dijalankan oleh penulis berada di bagian ini. Banyaknya kesalahan yang dilaksanakan tersebut intinya tidak dapat dilepaskan dari sifat ejaan itu sendiri yang lebih mengandalkan aspek teknis ketimbang substansi. Beberapa hal yang menjadi bagian dari ejaan adalah penggunaan aksara besar atau kecil, kata depan, spasi, ejaan nama orang atau nama daerah, dan lain sebagainya. Meskipun terlihat sepele, kesalahan yang kita buat dalam hal ejaan pasti juga akan berpengaruh pada ketentraman pembaca dikala ingin menikmati tulisan kita tersebut. Semakin banyak pembaca menemukan kesalahan yang kita buat pada bab ini, pasti pembaca akan mempertanyakan kemampuan kita dalam teknik menulis. Hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari ekspetasi pembaca dimana seorang penulis yaitu mereka yang mengetahui dan paham perihal dunia kepenulisan.


Selanjutnya, kalau proses penyuntingan dilaksanakan oleh penulis sendiri, maka konsekuensinya akan lebih besar. Artinya penulis juga mesti menguasai teknis-teknis kepenulisan, mulai dari hal yang sederhana sampai hal yang lebih rumit. Bahkan untuk melaksanakan proses penyuntingan pada bab ejaan ini, seorang penulis membutuhkan waktu yang relatif usang. Hal tersebut tidak mampu dilepaskan dari tingkat kesulitan yang ada ketika kita ingin memperbaiki bagian ejaan. Selain itu, bab ejaan tersebut cenderung lebih rumit alasannya kita mesti membacanya secara pelan-pelan supaya tidak ada bab yang kita lewati, sekalipun itu berhubungan dengan tanda baca. Oleh alasannya adalah itu, bila kita merasa tidak terlalu paham dengan ejaan, maka kita bisa meminta pinjaman orang lain untuk melaksanakan proses penyuntingan tersebut.


 



  1. Gaya Bahasa


Bagian lain yang juga penting untuk kita perhatikan yaitu bagian gaya bahasa. Gaya bahasa ini lebih menekankan pada keteraturan kita dalam teknik menulis buku. Artinya apakah tulisan kita telah bertutur dan mengalir. Apabila goresan pena kita memiliki gaya bahasa yang baik, maka umumnya pembaca akan dengan mudah menikmati goresan pena yang telah kita buat tersebut. Proses penyuntingan pada bagian ini bergotong-royong lebih baik dilakukan oleh kita sendiri sebagai seorang penulis. Hal tersebut menjadi penting sebab gaya bahasa seseorang merefleksikan karakternya sendiri. Ketika gaya bahasa yang telah kita buat diubah oleh editor atau orang lain, maka ciri khas atau abjad kita selaku seorang penulis tidak akan terlihat. Perlu kita akui bahwa setiap penulis umumnya memiliki gaya bahasanya sendiri. Apabila kita tetap menyerahkan proses penyuntingan bab gaya bahasa tersebut tetap diserahkan kepada orang lain, maka kita perlu memutuskan bahwa mereka tidak banyak mengubah karakteristik goresan pena kita.


 



  1. Logika Bahasa


Bagian lain yang tidak kalah penting dikala melakukan proses penyuntingan yaitu logika bahasa. Logika bahasa memiliki artian bahwa apakah goresan pena yang kita tulis tersebut mudah dipahami oleh para pembaca, khususnya kaitannya dengan akal atau acuan pikir yang kita gunakan. Banyak kalimat yang susunannya terbalik, sehingga banyak bagian dari tulisan tersebut yang logikanya juga terbalik. Bagian ini juga sedikit rumit alasannya kita selaku penulis harus menentukan apakah goresan pena yang kita susun sudah runtun acuan pikirnya. Artinya ketika pembaca tersebut membaca tulisan kita, topik yang kita diskusikan di dalam tulisan tidak berputar-putar. Dengan kata lain, kita tetap fokus pada topik yang sedang kita diskusikan. Dalam pembahasannya, kita juga mesti menciptakan jalan fikiran yang mudah dimengerti oleh para pembaca, apalagi ketika segmen pembaca tersebut tidak cocok dengan bidang keilmuan yang kita tekuni.


Beberapa pola bagian dari akal bahasa yang mampu kita amati adalah terkait dengan pembuatan atau penyeleksian jenis paragraf. Dalam teknik menulis buku, tentu kita akan menuliskan gagasan atau wangsit kita dalam bentuk paragraf yang berisikan beberapa kalimat. Sebelumnya pasti kita mesti mengenali bahwa dalam menulis, ada berbagai jenis paragraf yaitu deskriptif, naratif, induktif, dan deduktif. Ketika kita sudah mengerti masing-masing jenis tersebut, langkah berikutnya ialah dengan mengaplikasikannya dalam goresan pena kita. Oleh sebab itu, saat melaksanakan proses penyuntingan, hal yang kita amati adalah keruntutan paragraf yang kita buat tersebut. Kita juga harus memutuskan jenis paragraf yang kita gunakan. Jangan sampai kita tidak mengetahui hal tersebut.


 



  1. Rasa Bahasa


Bagian terakhir yang tidak kalah pentingnya dalam proses penyuntingan tulisan adalah rasa bahasa. Rasa bahasa yang dimaksud yaitu pemilihan kata yang sesuai dengan tema atau segmen pembaca yang kita pilih. Sebagai misalnya, kata indah, bagus, keren, dan elok pada dasarnya memiliki makna yang serupa. Meskipun demikian, kata-kata tersebut tidak bisa kita gunakan ke dalam semua jenis tulisan. Artinya penggunaan kata-kata tersebut mesti diadaptasi dengan konteks tulisan yang kita buat supaya rasa bahasanya tepat. Sedikit terasa rancu dan abnormal dikala kita memakai bahasa keren dalam buku yang bahwasanya bersifat ilmiah dan cenderung kaku. Kata tersebut bantu-membantu lebih cocok digunakan untuk jenis goresan pena yang condong kalem dan tidak terlampau terikat pada aturan. Oleh alasannya adalah itu, kita juga harus memiliki wawasan terkait dengan penyeleksian kata-kata tersebut dalam teknik menulis.


Tentunya dengan menguasai teknik menulis buku, kita menjadi lebih mantap untuk mengirimkan naskah ke penerbit buku idaman kita. Setiap penerbit pasti punya syarat dan prasyaratan biar naskah kita bisa diterima. Tapi bila kita ingin memantapkan naskah kita biar pasti terbit, tidak ada salahnya mengirimkan naskah ke penerbit buku dengan tata cara print on demand.


Semoga postingan ini berfaedah, dan bila Anda ingin mengenali lebih lanjut wacana penerbit buku datangi artikel kami sebelumnya atau ke beranda kami. Salam integritas!


[Bastian Widyatama] [/mag]


Referensi



  1. Mawardi, Dodi, 2009, Cara Praktis Menulis Buku dengan Metode 12 Pas, Jakarta: Raih Asa Sukses.


 


Anda TAK HARUS PUNYA NASKAH siap cetak untuk mendaftarkan diri Kaprikornus Penulis di penerbit buku kami. Dengan mendaftarkan diri, Anda mampu konsultasi dengan Customer Care yang siap menolong Anda dalam menulis sampai menerbitkan buku. Maka, Anda tak perlu ragu untuk segera MENDAFTAR. Silakan isi form di laman ini. 🙂


 


Jika Anda mengharapkan EBOOK GRATIS tentang CARA PRAKTIS MENULIS BUKU, silakan download



Sumber mesti di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama