Teknik Menulis Tata Letak Paragraf Ketika Menulis Buku

Berbicara kembali wacana paragraf, bila peluang lalu mengulas macam-macam paragraf, hal penting lain ketika menulis buku ialah memperhatikan letak kalimat.


Berdasarkan letak kalimat utama teknik menulis buku ada tiga bentuk paragraf. Yaitu paragraf deduktif, induktif dan generalisasi. Ketiga bentuk letak paragraf tersebut dapat digunakan untuk menolong kita dalam memetakan tulisan. Misalnya, setiap kali menulis, kita juga harus menimbang-nimbang letak wangsit pokok utama kita, apakah ingin di tempatkan di awal kalimat dalam paragraf, atau di selesai kalimat pada paragraf. Kita juga mampu menempatkan inspirasi pokok dengan cara generalisasi. Untuk membuat lebih mudah, berikut adalah uraiannya berdasarkan tata letaknya.


Teknik Menulis Paragraf deduktif


Paragraf deduktif, paragraf yang menempatkan pokok persoalan (kalimat topik) di kalimat pertama pada paragraf. Kalimat kedua sebagai kalimat penjelas. Dalam teknik menulis buku letak paragraf deduktif lebih gampang dimengerti bagi pembaca dan penulis pemula. Meskipun untuk beberapa kasus, problem letak penempatan kalimat topik secara deduktif, induktif ataupun campuran tergantung dari kebiasaan.


Kaprikornus, dapat disimpulkan bahwa pola yang disampaikan pada paragraf deduktif yaitu memaparkan kalimat lazim ke khusus. Lalu apa perbedaan kalimat lazim dan kalimat khusus? prinsipnya sebenarnya sama, selaku pokok pikiran dan sebagai topik pembahasan. Topik adalah tema yang Anda angkat dan dikembangkan.


Baca juga : Punya naskah? Kenapa tidak diterbitkan?


Teknik Menulis Paragraf induktif


Paragraf induktif, penulisan kalimat yang dituliskan kebalikan dari paragraf deduktif. Yaitu menempatkan kalimat topik di simpulan paragraf. penyampaian tulisan biasannya diawali dengan kalimat-kalimat penjelas di awal paragraf. Kemudian di akhir kalimat-kalimat penjelas ditegaskan kalimat topik yang bantu-membantu ingin disampaikan.


Ciri-ciri paragraf induktif adalah disampiankan dari kalimat khusus ke lazim. Ciri kedua, pokok pikiran terletak di tamat paragraf, dan ketiga akhiri dengan kesimpulan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri paragraf induktif yaitu kebalikan dari paragraf deduktif. Meskipun demikian, dua letak paragraf tersebut memiliki tugas yang penting dalam proses menulis buku.


Kapan paragraf induktif diterapkan? Dan kapan paragraf deduktif di gunakan? Pada prinsipnya tidak ada hukum baku yang menertibkan. Semua kembali dari konteks dan kepantasan berdasarkan si penulis. Selama proses penulisan berdasarkan letak paragraf, seorang penulis memang dituntut untuk memainkan rasa dan mengerti teks dan konteks. Kenapa demikian? Karena dalam proses menulis, kita harus menyaksikan kepantasan dan kesinambungan dari paragraf satu dengan paragraf lainnya. Ketika paragraf di rasa meloncat terlalu jauh, maka mesti bagaimana caranya seorang penulis mengemas goresan pena tersebut nyaman dan mempesona untuk dibaca.


Selain memperhatikan keterkaitan satu paragraf satu dengan paragraf lain yang tidak saling berkaitan, disebut dengan generalisasi. Apa itu paragraf generalisasi? Sebelumnya kita ulas sedikit di sini. Paragraf induktif dibagi menjadi paragraf generalisasi, kausalitas dan analogi.


Generalisasi adalah cara penyampaian tulisan dengan mencantumkan fakta khusus, upaya ini kadang-kadang digunakan untuk mengarahkan pada kesimpulan yang bersifat biasa . Di dalam generalisasi terbagi lagi menjadi bentuk lain, yakni generalisasi loncatan induktif dan generalisasi tanpa loncatan deduktif. Loncatan induktif merupakan paragraf yang bertentangan dari fakta yang ada. Sayangnya, fakta tersebut dianggap lemah sebab belum mewakili semua dilema, alasannya data yang diambil belum secara keseluruhan. Berlaku sebaliknya untuk jenis paragraf generalisasi tanpa loncatan induktif, ialah paragraf yang memaparkan fakta lebih lengkap, sehingga tingkat iman membuat puas dan dapat dipercaya.


Analogi, bentuk paragraf yang penyusunannya disampaikan menggunakan perbandingan. Proses perbandingan hal yang berlainan, tetapi memiliki sifat sama. Dengan kata lain, dari perbedaan yang ada dicari segi kesamaan, upaya untuk memudahkan dalam hal pengertian.

Hubungan kausal, proses penyusunan paragraf yang menghidangkan data/berita menurut sebab-akhir, atau sebaliknya akibat-karena. Misalnya, karena semalaman tidak tidur hingga pukul 04.00 WIB, Jihan tertidur ketika jam pelajaran berjalan (sebab-balasan), begitupun sebaliknya.


Simak pula : Cara mempublikasikan buku di Deepublish!


Teknik Menulis Paragraf Campuran


Menulis buku dengan paragraf adonan paling dihindari. Kenapa? Karena menyulitkan pembaca menangkap apa yang ingin disampaikan oleh penulis, meskipun ada juga pembaca yang menggemari gaya penulisan paragraf adonan. Paragraf adonan disampaikan dengan mengemukakan ilham pokok yang disertai dengan kalimat penjelas, dan diakhiri dengan pandangan baru pokok. Memang ada dua wangsit pokok di permulaan dan di tamat. Ide pokok di final sebagai kalimat penegas.


Itulah tiga hal penting paragraf berdasarkan letaknya saat hendak menulis buku. Semoga dengan pembahasan di atas kembali menyegarkan ingatan untuk kembali menjajal dan mengawali lagi menulis. Barangkali ulasan di atas terkesan normatif dan formal. Apapun itu, prinsip kesuksesan seorang penulis buku yakni berani mencoba potensi yang ada. Bagaimana jika dalam menulis tidak sesuai mirip poin di atas? Jawabannya pun tidak duduk perkara, tetap lanjutkan menulis. Sebagai bahan pembelajaran, tidak problem tidak memakai hukum mirip ulasan ini. Ikuti prosesnya, perlahan-lahan mulai belajar dan melaksanakan mirip yang diulas di bab ini. Semoga tulisan ini berfaedah, biar upaya menulis buku Anda menjadi buku laku.


 


Apakah artikel ini


[Elisa][/mag]


Referensi :




Sumber harus di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama