Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, negara Singapura resmi jatuh ke dalam jurang resesi. Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) sudah menyatakan hal tersebut dan juga mengonfirmasi kejatuhan ekonomi di kuartal II-2020 ini.
Ekonomi negeri Singa Putih itu secara kuartal ke kuartal (qtq) berkontraksi 41,2 persen. Sementara untuk tahunan (YoY) ekonomi negara tersebut minus pada angka 12,6 persen.
Ini artinya, angka-angka tersebut pertanda angka kuartalan yang paling buruk untuk produk domestik bruto (PDB) dari Singapura. Bahkan jika daripada dikala negara itu merdeka pada 1965 silam.
Pertanyaan yang kemudian muncul ialah, bagaimana dengan keadaan ekonomi dari negara Asean?
Morgan Stanley dalam risetnya menyampaikan, negara di daerah Asia Tenggara yang mau menyusul resesi Singapura adalah Thailand dan Filipina. Untuk berita, kedua negara tersebut sudah mencatatkan kemajuan ekonomi negatif semenjak kuartal I-2020.
Untuk Thailand, pertumbuhan negara tersebut minus 1,8 persen pada tiga bulan pertama di tahun ini. Sementara yang terjadi di Filipina, negara tersebut alami minus 0,2 persen.
Setelah Singapura, Morgan Stanley Susun Daftar Negara Asean yang Akan Susul Resesi
Pada kuartal II-2020, laju ekonomi negara gajah putih diramal akan jatuh lebih dalam, yakni minus 10 persen. Sedangkan Filipina anjlok hingga minus 14 persen.
Mengenai ekonomi Thailand, pada hari Rabu (15/7/2020) kemarin dalam laporan berjudul Asia Economic Mid Year Outlook 2020, Morgan Stanley berkomentar, “Mereka adalah ekonomi yang lebih berorientasi ekspor. Mereka akan dipengaruhi oleh perkembangan eksternal sampai tingkat yang lebih besar”.
Setelah dari deretan Singapura, Thailand dan Filipina. Ancaman resesi juga menghantui Malaysia dan Indonesia. Namun proyeksinya baru akan terjadi pada kuartal III-2020.
Lembaga riset itu menjelaskan, pada kuartal II 2020, diperkirakan ekonomi Malaysia akan minus 13 persen. Sementara untuk Indonesia ditaksir akan negatif pada angka minus 5 persen. Lalu pada kuartal III-2020, negeri Harimau Malaya itu akan minus 6 persen sedangkan ekonomi Tanah Air alami minus 1,5 persen.
Bayang-bayang pertumbuhan negatif diramal akan betah di kedua negara sampai kuartal IV 2020, di mana Negeri Jiran minus 1,6 persen dan Indonesia minus 0,5 persen.
Namun, Bank Dunia dalam proyeksi terbarunya memperkirakan ekonomi Indonesia tidak tumbuh alias stagnan alias 0 persen pada tahun ini. Namun kalau situasi memburuk, mampu saja ekonomi Indonesia mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif).
Dalam laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020 yang berjudul The Long Road to Recovery tertulis “Ekonomi Indonesia bisa saja memasuki resesi kalau pembatasan sosial berlanjut pada kuartal II-2020 dan kuartal IV-2020 dan/atau resesi ekonomi dunia lebih parah dari asumsi sebelumnya”.
Sumber stt.ac.id