Pembaca Akan Cepat Jenuh Kalau Anda Melakukan 5 Hal Ini!

Salah satu tujuan besar dalam menulis buku ialah tulisan kita dapat dibaca publik. Tetapi bagaimana jikalau pembaca phobia kepada tulisan kita?


Bagi penulis pemula, menulis buku yakni salah satu kegiatan yang cukup menguras energi. Terlebih lagi mereka mesti berlatih apalagi dahulu sebelum benar-benar berhasil mempublikasikan sebuah goresan pena menjadi buku. Proses tersebut tentu tidak singkat sebab ada beberapa hal yang perlu dikenali, mulai dari persoalan substansi sampai problem teknis penulisan. Ketika goresan pena tersebut sudah jadi, tantangan lain yang perlu dihadapi yaitu menanti respon publik terhadap tulisan kita. Tentu setidaknya ada 2 tanggapan atau kesan yang timbul yaitu goresan pena kita dapat diterima dan tidak dapat diterima oleh publik. Artinya publik akan menilai apakah buku yang kita tulis patut untuk dibeli atau tidak. Akan mengecewakan apabila proses panjang yang telah kita lalui justru tidak dihargai oleh publik. Penghargaan atau kesan negatif dari pembaca tersebut pada dasarnya bukan kesalahan pembaca, melainkan kesalahan penulis.


Berangkat dari keadaan tersebut, tidak jarang pembaca yang kecewa terhadap tulisan yang kita buat. Terlebih lagi saat mereka kadung membeli buku yang kita buat. Pembaca pasti memiliki ekspetasi yang tinggi terhadap tulisan yang kita buat. Dalam menulis buku, kita sebagai penulis lazimnya akan menawarkan citra singkat kepada buku yang kita buat sendiri. Terlebih lagi apabila ada beberapa tokoh-tokoh populer yang juga turut menunjukkan komentar nyata terhadap tulisan kita. Hanya saja, sebagai seorang pembaca, mereka tidak memiliki kewenangan lebih untuk membaca semua isi buku sebelum buku tersebut dibeli. Ketertarikan mereka untuk membeli buku lazimnya terletak pada penjelasan yang kita buat di sampul buku, termasuk komentar dari tokoh-tokoh populer. Selanjutnya, kita perlu mengenali beberapa hal yang menjadi faktor ketidaksenangan pembaca untuk melanjutkan proses pembacaan kepada tulisan yang telah kita buat. Kondisi tersebut secara tidak langsung ialah bentuk ketidakpuasan pembaca terhadap buku yang sudah kita buat.




  1. Judul Tidak Sesuai dengan Isi Buku




Salah satu faktor yang menciptakan pembaca kecewa kepada tulisan kita yakni tidak ada konsistensi yang kita buat antara judul buku dengan isinya. Ketika menulis buku, tentu kita paham bahwa judul semestinya merepresentasikan isi buku yang ingin kita sampaikan. Meskipun demikian, tidak jarang penulis yang tidak mencermati kembali atas apa yang sudah ditulisnya. Tidak sedikit dari penulis yang menentukan judul dahulu sebelum menuntaskan tulisannya. Ketika tulisan tersebut telah akhir dan tidak dicek ulang terkait dengan relevansinya dengan judul yang dibentuk tentu akan menjadi hal yang berbahaya. Dalam menulis, kita pasti sering mengganti beberapa cara pandang atau substansi yang ingin kita sampaikan. Artinya ada beberapa bab yang mungkin tidak cocok dengan judul yang kita buat. Oleh karena itu, seharusnya saat tulisan kita sudah simpulan, alangkah lebih baiknya kita memilih judul yang gres sebagai hasil refleksi dari goresan pena yang sudah kita buat.




  1. Tidak Ada Pemikiran yang Baru




Kekecewaan yang berikutnya ini biasanya berasal dari tidak ada penemuan dari diri kita sendiri sebagai seorang penulis. Dalam menulis buku, kita biasanya akan mengangkat suatu tema yang ingin dibahas. Satu hal yang perlu kita sadari bahwa tema yang kita angkat intinya telah pernah dibahas oleh penulis yang lain. Oleh sebab itu, kita perlu melakukan inovasi baru semoga tema yang kita angkat tidak sama dengan orang lain. Apabila tema yang diangkat sama, maka kita mampu menggunakan cara pandang lain dalam menyaksikan info yang kita angkat. Kondisi tersebut nantinya akan berfungsi sebagai pembeda antara tulisan yang kita buat dengan goresan pena orang lain. Menjadi penting bagi kita sebagai seorang penulis untuk mengetahui tulisan-tulisan dari orang lain agar apa yang kita buat tidak sama persis dengan yang dibentuk oleh orang lain. Apabila ada kesamaan yang mencolok, tentu hal tersebut akan mengecewakan pembaca sebab mereka menilai bahwa buku kita tidak ada bedanya dengan buku-buku lainnya.




  1. Tidak Memotivasi Pembaca




Selanjutnya, faktor lain yang menciptakan pembaca tidak betah untuk menuntaskan goresan pena yang kita buat adalah tidak adanya bagian yang memotivasi pembaca. Motivasi tersebut bukan berarti dalam bentuk menyemangati pembaca untuk melaksanakan sesuatu. Artinya motivasi tersebut bisa dalam bentuk hal-hal lain yang kita tuangkan dengan bahasa yang lebih lembut dan halus. Sebagai misalnya ketika kita menulis buku referensi, maka kita akan banyak berafiliasi dengan data. Data yang kita gunakan tentu akan memperkuat argumen atau pemikiran yang ingin kita sampaikan. Sebisa mungkin kita mesti memaparkan data tersebut dengan gaya bahasa yang menawan. Selain itu, data yang kita jelaskan juga diusahakan yaitu data yang unik dimana data tersebut jarang ditemukan oleh orang lain dengan mudah. Dengan demikian, ketika publik membaca goresan pena kita, maka mereka akan merasa kepincut dan termotivasi untuk mengetahui lebih jauh ihwal ide kita. Bahkan tak sedikit dari pembaca yang memakai data tersebut sebagai bahan rujukan atau penunjang bagi kepentingannya sendiri.




  1. Sudah Dapat Ditebak Kelanjutannya




Menulis buku mempunyai arti kita menciptakan alur dongeng yang gampang dipahami oleh pembaca. Alur tersebut bukan memiliki arti alur kisah seperti novel, namun keruntutan tulisan secara keseluruhan. Pada tahap tersebut, kita perlu membuat konten yang lezat untuk dibaca, tergolong sesuatu yang tidak gampang ditebak oleh pembaca. Artinya kita harus memberikan hal atau data unik di setiap bab yang kita buat. Jangan sampai pembaca sudah mampu menebak goresan pena yang kita buat. Apabila goresan pena yang kita buat mudah ditebak, maka pembaca akan cenderung bosan untuk melanjutkan aktivitas membacanya. Kondisi tersebut sama halnya dengan menonton film. Ketika alurnya gampang ditebak, maka film tersebut menjadi sesuatu yang umum dan tidak berkesan. Oleh karena itu, kita sebagai penulis mesti berakal menyusun gaya bahasa yang membuat perhatian pembaca selalu tertarik untuk mencari tahu kelanjutan dari bahasan yang kita jelaskan di setiap bagiannya.




  1. Kalimat Berbelit




Salah satu kelemahan utama yang masih banyak dijumpai oleh penulis ketika menulis buku adalah banyaknya kata-kata yang bahu-membahu tidak perlu untuk dicantumkan. Tidak jarang banyak buku yang tebalnya ratusan halaman hanya berkutat pada sesuatu yang serupa. Artinya jumlah halaman tersebut tidak sebanding dengan info yang ditemukan oleh pembaca. Sebagai seorang penulis, kita harus berilmu memakai kalimat efektif dan tidak berbelit-belit. Hal tersebut mampu dihemat dikala kita sudah memasuki tahap editing atau penyuntingan. Dari tahapan tersebut nantinya akan kelihatan apakah goresan pena kita sudah efektif ataukah masih berbelit-belit. Apabila pembaca menemukan keadaan tersebut, maka mereka akan cenderung malas untuk melanjutkan acara membacanya karena mereka tidak segera menemukan poin yang ingin ditemukannya. Dengan demikian, perlu sekiranya kita juga melatih kesanggupan kita dalam hal membuat struktur yang efektif dan tidak bertele-tele.


 


Anda punya RENCANA MENULIS BUKU?


atau NASKAH SIAP CETAK?


Silakan daftarkan diri Anda selaku penulis di penerbit buku kami.


Anda juga mampu KONSULTASI dengan Costumer Care yang siap menolong Anda hingga buku Anda diterbitkan.


Anda TAK PERLU RAGU untuk segera MENDAFTAR JADI PENULIS.

SEBELUM ANDA MENYESAL 🙁


🙂


*****BONUS*****


Jika Anda memiliki BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tetapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan kemudahan KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS disini!


Jika Anda mengharapkan EBOOK GRATIS perihal CARA PRAKTIS MENULIS BUKU, silakan download


 


Referensi


Arifin, Syamsul dan Kusrianto, Adi, 2009, Sukses Menulis Buku Ajar dan Referensi, Jakarta: PT Grasindo.


[Bastian Widyatama]



Sumber harus di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama