Menyingkir Dari 5 Kendala Saat Menulis Buku Didik

Sebagai negara meningkat , keterbatasan sumber daya manusia (SDM) harusnya bukanlah menjadi hambatan untuk tetap melahirkan buku didik.


Sedikitnya buku ajar di Perguruan Tinggi di Indonesia, ternyata disebabkan oleh faktor lain, yang sifatnya personal. Hampir sebagian besar masyarakatIndonesia bisa membaca. Namun, sebagian besarnya merasa kesusahan menulis. Ganeca Exact melansir bahwa 80% penduduk Indonesia bisa membaca. Sayangnya, minat dan kesadaran membaca masih kecil.


Di Indonesia, jumlah buku yang diterbitkan termasuk sedikit. Dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, Indonesia berada di bawahnya. Ada 7.000 judul buku yang diterbitkan tiap tahunnya.


Masih jauh jika dibandingkan Amerika Serikat yang menerbitkan 75 ribu judul per tahun. Sedikitnya jumlah buku yang diterbitkan disebabkan alasannya adalah aspek sekurang-kurangnya minat kesadaran menulis buku, terutama jenis buku bimbing untuk Perguruan Tinggi (PT).


Jumlah penulis buku didik kelas Perguruan Tinggi (PT) jauh lebih minim dibandingkan buku latih untuk jenjang SD, Sekolah Menengah Pertama, dan SMA. Keterbatasan sumber daya manusia lulusan profesor, doktor, dan kaum intelektual di Indonesia masih terbilang kurang.


Itu sebabnya, Kemenristekdikti memperlihatkan beasiswa untuk kandidat doctor dan professor. Adapun alasan lain, penyebab kenapa produktivitas menulis buku didik di Indonesia tergolong minim. Di bawah ini penjelasannya.


1. Perdebatan Menulis Perlu Bakat


Umumnya, orang berpendapat bahwa menulis membutuhkan talenta istimewa. Apalagi kalau jenis buku yang ditulis yaitu buku bimbing. Maka, fikiran orang yang menulis buku ajar adalah orang-orang jenius dan berbakat.


Menulis buku didik bukan karena bakat, melainkan alasannya ada kemauan dan niat. Menulis ialah ketrampilan yang mampu diraih sebab proses adaptasi. Dengan kata lain, menulis mampu dilaksanakan oleh siapa pun, dan dimana saja.


Setiap orang, bisa menulis. Setiap orang yang bisa membaca, sudah dipastikan mampu menulis. Bentuk tulisan pun beragam. Mulai dari menulis status medsos, menulis surat cinta, menulis SMS/WhatApp, menulis ke media cetak, ataupun menulis buku.


Bahkan, orang yang kesusahan merangkai kalimat sekalipun, bisa menulis. Menulis nama sendiri, menulis nama orangtua dan menulis alamat rumah sendiri.


Anggapan menulis banyak diartikan sesuatu yang ribet, rumit dan susah. Paragraph di atas menggambarkan bahwa menulis tidak selalu diartikan sesuatu yang ribet dan susah. Sedangkan menulis dalam konteks yang lebih serius, mirip menulis buku asuh bahu-membahu tidaklah sukar. prinsipnya sama, bedannya pada tingkat pengetahuan dan kecakapan menyaksikan sudut pandang.


Kunci mudah menulis buku ajar mempunyai wawasan yang luas. Misalnya, dapat dengan banyak membaca. Semakin banyak bacaan yang dibaca, semakin gampang menuangkan ide ke dalam tulisan.


Hal penting lain yang perlu di catat ketika menulis buku, adannya niat, kemauan dan dilandasi atas dasar rasa suka/bangga. Segala sesuatu yang dijalankan dengan hati bangga, akan terasa lebih ringan, mengasyikkan dan tidak tidak menjemukan.


 2. Faktor Kesibukan dan Rasa Malas


Alasan lazim tidak menulis buku sebab aspek aktivitas dan rasa malas. Kesibukan dan rutinitas seperti bom waktu. Pelan, dan mematikan. Adapun cara memanajemen kesibukan. Misalnya dengan membagi waktu kerja. Misal pagi sampai sore jam kerja kantor, petang dimanfaatkan untuk menulis. Jika malam ada acara lain, bisa disiasati dengan meluangkan waktu satu hingga dua jam untuk menulis.


Penulis-penulis buku besar memiliki kesibukan hebat. Kehebatan mereka ada pada administrasi waktu. Bahkan, waktu 10 menit bagi mereka sungguh berarti. Waktu sepuluh menit, mampu digunakan untuk menulis tiga hingga lima paragraf.


Contoh penulis yang mempunyai kesibukan tetapi tetap produktif  menulis, misalnya Rhenald Kasali, Bondan Winarno. Mereka memiliki kegiatan, namun mereka bisa menghasilkan banyak buku. Kesuksesan besar mereka yakni menyisihkan waktu.


Contoh lain, Endik Koeswoyo, seorang scriptwriter. Beberapa karyanya ditayangkan di stasiun televisi nasional, yang mencakup FTV hingga sinetron. Ia memiliki kesibukan yang hebat.


Di mana, harus cendekia membagi waktu. Untuk naskah sinotron contohnya, sekali tayang berpuluh-puluh lembar, mesti diatasi dalam waktu sehari. Anggapan kita, itu pencapaian yang mustahil. Kenyataannya, mungkin saja dilaksanakan.


3. Mencemaskan Aturan Baku Menulis


Hal lazim yang dikhawatirkan seorang penulis, mencemaskan aturan baku menulis buku. Banyak penulis pemula, utamanya, yang terpaku dengan hukum dasar. Kecemasan semacam inilah yang secara tidak eksklusif mendorong penulis takut memulai. Rasa panik yang melemahkan semangat.


Salah satu cara menghindari kecemasan berlebihan, dengan cara mengabaikan. Bagi kandidat penulis buku latih eksklusif menuliskan apa yang ingin di tuliskan. tuntaskan semua yang ingin disampaikan sampai final. Ketika buku dianggap akhir. Hasil tulisan bisa di baca ulang, dan mulai untuk di koreksi. Selama proses koreksi ulang inilah, kita mengamati duduk perkara EYD yang bagus dan benar.


4. Bingung Memulai Tulisan


Kendala umum dalam menulis ialah gundah memulai goresan pena. Seringkali, ketika menulis penulis galau kalimat yang sempurna untuk memulai sebuah goresan pena. Menurut Nelson Mandela, mengawali memang lebih susah ketimbang melanjutkan. Perlu yang namannya perjuangan, pengorbanan untuk mengawali.


Mengawali tulisan pertamakali memang susah. Bukan berarti kesulitan ini menjadi alasan untuk tidak menulis. Prinsipnya yakni, mengalahkan rasa malas, dan memaksakan diri biar tetap mendapatkan inspirasi pokok tulisan. Bagaimana caranya?


Trik memulai tulisan mampu diawali dengan mencatat inspirasi pokok yang ingin ditulis. Jika masih kesusahan, buat lima daftar kalimat, yang menggambarkan inti tulisan yang mau diulas. Selama menuliskan lima daftar tersebut, biarkan otak dan hati ingin tuliskan. Jangan menghalangi dan memaksakan diri. Tulis apapun itu yang ingin di keluarkan.


Jika kelima daftar telah ditulis, baca ulang, kelima pandangan baru tersebut. Perhitungkan, analisa, dan telaah, ide goresan pena yang paling menawan yang mana. Pilih satu, dan kembangkan untuk menjadi suatu tulisan. Di tahap ini, kita tinggal mengembangkan, mengecek, dan menuliskan menurut tumpuan yang sudah di peroleh.


5. Menganalisis Bahan Ajar


Kendala lain yang dihadapi oleh penulis buku ajar yakni kesusahan dalam menganalisis materi latih. Di mana, penulis mampu mengkorelasikan antara hukum kurikulum, modul, dan mata pelajaran/bahan yang mau ditulis. Menulis buku asuh tidak mirip buku popular kebanyakan.


Penulis buku ajar, bahan yang dipakai pun perlu di lakukan uji coba. Adapun proses penulisan buku bimbing, ialah dapat ditulis dengan melaksanakan packing kembali isu, menulis sendiri dan dengan cara penataan isu.


Sebagai buku pegangan, buku latih ditulis memakai bahasa baku, sederhana, universal, komunikatif, jelas dan mudah dipahami. Tidak ada salahnya, dalam buku tersebut di tulis perumpamaan yang sesuai dengan bahan yang ditulis.


Buku asuh, lazimnya banyak disingkirkan pelajar/mahasiswa, upaya menghemat hal tersebut, selama proses penulisan, tidak ada salahnya penulis menyertakan gambar dan gambaran yang tepat dengan ulasan bahan.


Baca juga: Cara Membuat Buku: Kenalilah 5 Hambatan Saat Menulis Buku


Dari beberapa poin di atas, ada hal yang paling mendasar, yang mendorong kita untuk berani berubah. Meskipun merasa malas, meskipun merasa tidak bisa menulis, walaupun tidak mempunyai iktikad diri menulis.


Perasaan-perasan minder mirip itu mampu ditekan dengan melaksanakan kontruksi mental atau mempengaruhi diri sendiri, bahwa menulis buku asuh tidak sukar. menulis buku didik itu mengasyikkan. Dan, selamat menjajal dan jangan takut berkarya. [Elisa]


Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara gratis. Anda cukup mengganti biaya cetak. Silakan isi data diri Anda di sini.


Jika Anda ingin mengenali lebih banyak tentang teknik menulis anda mampu menyaksikan Artikel-postingan berikut:



  1. Tiga Kunci Membuat Buku Ajar yang Terstruktur

  2. Teknik Menulis Menyusun Laporan Hasil Penelitian Menjadi Buku Ajar

  3. Teknik Menulis: 5 Hal dalam Buku Ajar yang Harus Diperhatikan!

  4. Teknik Menulis Buku, dengan Membaca Teks Kehidupan


Jika Anda memiliki BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan kemudahan KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS di sini!


Jika Anda menghendaki EBOOK GRATIS perihal CARA PRAKTIS MENULIS BUKU, silakan download.


Referensi :



  1. http://kuliahpunya.blogspot.co.id/2009/12/pengembangan-bahan-ajar.html. Diakses pada 22 Maret 2017.

  2. ganecaexact.com, diakses pada 22 Maret 2017



Sumber mesti di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama