Inilah Cara Mengidentifikasi Penerbit Buku Bimbing

Penerbit buku banyak bermunculan. Meskipun banyak penerbit buku, sedikit penerbit yang khusus memfokuskan mencetak dan menerbitkan jenis buku latih. Pada dasaranya, setiap penerbit memiliki fokus naskah berlawanan-beda. Ada penerbit buku yang konsentrasi ke jenis buku fiksi, buku motivasi, dan buku teknik. Meskipun setiap penerbit sudah menentukan spesifikasi jenis buku yang diterbitkan, tidak menutup kemungkinan penerbit tersebut menerbitkan jenis buku didik.


Proses penerbitan buku dari tahun ke tahun senantiasa berubah-ubah. Terutama untuk jenis buku latih. Dahulu, sedikit orang yang hebat dibidang cabang ilmu tertentu. Misalnya cabang ilmu humaniora, sains, sosial dsb. Wajar jika dulu penerbit buku yang fokus mempublikasikan buku ajar terbilang sedikit, alasannya adalah jumlah penulis didik juga sedikit. Dulu, para hebat dan penulis buku pelajaran hanya beberapa gelintir saja. Sebaliknya, ketika ini kian banyak jago keilmuan bidang tertentu.


Anda ingin menerbitkan Buku Ajar?


Seperti yang dilansir oleh johnherf.wordpress.com, menuliskan pendapat Eneste, salah seorang pengajar senior dan Editor Senior dari Penerbit Gramedia. Ia mengatakan bahwa di tahun 1970 jenis buku ajar yang digunakan di Universtas Indonesia dipakai untuk UGM, Universitas Padjadjaran, dan kampus-kampus lain. hal ini disebabkan alasannya adalah minimnya para mahir, pakar yang menguasai. Sedikitnya pakar/mahir, maka sedikit pula para pakar yang bisa menuliskan ilmu tersebut dalam suatu buku. Kini, masa digitalisasi menimbulkan banyak pakar yang mulai bermunculan.


1. Penerbit Buku Menghadapi Era Digital


Masuk ke kala digitalisasi, terjadi pertumbuhan yang sangat cepat. Termasuk di bidang pendidikan, akomodasi teknologi, dan kesempatan yang diberikan dari penerbit-penerbit buku yang lain. Dimana, setiap kampus mempunyai ajaran buku didik sendiri. Tidak heran buku kampus UGM berbeda dengan aliran buku dari UPN, UI ataupun UII. Perbedaan buku ajaran menggambarkan bahwa semakin banyak para pakar, kian bertambah penulis buku asuh. Semakin banyak dosen dan pakar menulis buku didik, dan setiap universitas menggunakan buku yang berbeda, maka peluang penerbit buku pun juga terbuka lebar, menjadi peluang menarik untuk para penerbit.


Dari segi penerbit buku bertambah banyak pakar yang lahir, semakin ketat persaingan yang diberikan terhadap kandidat penulis buku didik. Penerbit buku tidak boleh lenggah, kian banyak penulis, penerbit perlu memajukan keselamatan dan tetap menjaga kualitas. Salah satunya dengan membuat standard atau tolak ukur naskah yang baik. Berikut adalah beberapa standard atau tolak ukur secara garis besar.



  • Memiliki format ukuran kertas dari UNESCO, adalah A4 (21×29,7 cm).

  • Buku mempunyai ISBN

  • Gaya penulisan semiformal

  • Menggunakan struktur kalimat SPOK

  • Penyusunan didasarkan rencana pembelajaran/kurikulum

  • Isi buku bersifat ilmiah dan mengakomodasi wangsit-ide baru

  • Mencantumkan tujuan instruksional, baik itu yang bersifat biasa , khusus dan kompetensi.

  • Memperhatikan halaman buku bimbing, mencakup penggunaan alinea yang efektif (cukup 10-14 kata per kalimat), dan dalam satu alenia cukup satu ilham pokok.

  • Mencantumkan sumber referensi


Banyak hal yang diamati penulis dikala ingin memasukan naskah ke penerbit buku. Selain masalah persyaratan atau tolak ukur jenis buku bimbing diatas, penulis buku juga mengamati sistem penerbitan. Misalnya penerbitkan metode print on demand (POD), metode royalty atau jual putus. Jika memakai tata cara royalty.


2. Sistem POD


Tidak semua penulis memiliki kepuasan berlawanan-beda. Ada yang puas karyanya diterbitkan oleh penerbit mayor, ada juga yang puas diterbitkan oleh penerbit minor. Bahkan, ada juga yang lebih leluasa dengan metode POD. Sistem POD penulis mampu mencetak karyanya dalam jumlah paling minimal, dua eksemplarpun tata cara ini mampu dilayani. Keuntungan metode POD, ketika karyanya laris manis, maka keuntungan yang diperoleh penulis mampu meraih 100%.


Keuntungan sistem POD lebih meminimalisir ongkos percetakan. Sistem ini tata cara yang paling leluasa yang dimiliki oleh penulis. Penulis mampu mencetak dikala sudah ada pemesan. Cara ini mengurangi terjadinya return buku. Dari sisi waktu, terbilang lebih singkat prosesnya. Waktu bisa kita yang menginginkannya. Dengan kata lain, penulis tidak mencampakkan banyak waktu hanya menanti nasip kepastian naskah yang diantarke penerbit buku  mayor.


3. Sistem Royalti


Sistem royalti tata cara pembayaran naskah buku, berdasarkan buku yang terjual di pasaran. Umumnya, penulis akan menerima haknya setiap tiga bulan atau enam bulan sekali, tergantung perjanjian dengan penerbit buku. Hak penulis buku sistem royalti 10%-12% dari harga jual buku. Ada pula penerbit yang bersedia menawarkan royalti 15% terhadap penulis.


Catatan penting, tata cara pembayaran buku antara penerbit satu dengan penerbit lainnya mempunyai kebijakan berlainan-beda. Cermati dan pelajari setiap MOU, penulis berhak menawar harga dan membuat komitmen yang menguntungkan satu sama lain. Karena tidak semua penerbit jujur.


Royalti lebih menguntungkan pihak penulis. Beberapa alasan diantaranya alasannya adalah lebih adil dari sisi penulis dan penerbit. Apabila buku laku dipasaran, laba tata cara royalti, penulis akan menerima royalti yang lebih banyak hak hasil penjualan buku. Kelemahannya, selama proses menawarkan buku ke penerbit, mengkonsumsi waktu lebih usang. Lama waktu bisa 3-6 bulan, bahkan lebih dari setahun.


4. Sistem Jual Putus


Sistem jual putus secara awam naskah yang ditulis dibeli. Penulis hanya mendapatkan pembayaran satu kali pembayaran diawal. Setelah itu, penulis tidak mempunyai hak atas naskah yang telah dibeli selam kurun waktu tertentu. Harga buku jual putus untuk halaman 60-70 halaman mampu dihargai 2,5 juta, ada yang lebih, ada yang dibawah harga tersebut. Dibandingkan metode royalti, lebih menguntungkan penulis. Karena di metode royalti, hak cipta naskah tetap ada pada penulisnya.


Bukan berarti jual putus merugikan. Jual putus juga mempunyai keunggulan. Beberapa diantarannya ialah, penulis lebih singkat menemukan uang yang dibayarkan secaral langsung. Ketika buku tersebut tidak laku, penulis akan mendapatkan laba. Sebaliknya, dikala buku meledak dipasaran, maka penulis tidak akan menerima apa-apa, selain honor di paras yang telah disepakati diawal.


Baca juga: Teknik Menulis: Optimalisasi Kemampuan Menulis


Itulah beberapa poin penting yang perlu diamati penulis sebelum memasukan naskah ke penerbit buku. Bahwa, ada beberapa hal kenali, tolok ukur tertentu. Penting seorang penulis buku mengetahui dunia perbukuannya. Tujuannya, menghemat terjadinya rasa penyesalan atas ketidaktahuan. Semoga tulisan ini berfaedah, dan tetap berkarya. [Elisa]


Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara gratis. Anda cukup mengubah biaya cetak. Silakan isi data diri Anda di sini.


Jika Anda ingin mengenali lebih banyak wacana teknik menulis anda mampu menyaksikan Artikel-artikel berikut:



  1. Cara Menerbitkan Buku: Jadi Pembeda sampai Naskah Diterima Penerbit Buku

  2. Inilah Ciri-Ciri Buku Ajar yang Perlu Anda Tahu

  3. Menghidupkan Kreativitas Saat Menulis Buku

  4. Trik Jitu Latihan Menulis Buku Tanpa Pusing


Jika Anda memiliki BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan fasilitas KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS di sini!


Referensi :



 


(Elisa)



Sumber mesti di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama