Pada data hari Rabu (29/7/2020) kemarin, ekonomi Hong Kong kembali mengalami kontraksi atau minus 9 persen di kuartal II 2020 secara tahun ke tahun (YoY). Ini adalah kontraksi empat kuartal berturut-turut untuk pusat ekonomi global tersebut. Untuk berita, aktivitas ekonomi sudah surut semenjak pertengahan tahun kemudian, saat terjadi protes besar-besaran massa anti Beijing.
Dalam sebuah catatan, ekonom China untuk Capital Economics mengatakan, “Ekonomi Hong Kong stabil pada kuartal terakhir ini alasannya adalah stimulus fiskal dan seruan yang lebih besar lengan berkuasa di China mengimbangi konsumsi dan investasi yang melemah”.
Komentar lain tiba dari Paul Chan -Kepala Keuangan Hong Kong- yang menuturkan, “Jalan bergelombang menuju pemulihan”.
Ancaman gelombang kedua virus corona memang harus diwaspadai. Dalam beberapa pekan ini, kasus Covid-19 di Hong Kong naik sehabis bisa dikendalikan dalam tiga bulan kemudian.
Paul Chan menyertakan, “Terulangnya epidemi lokal gres-gres ini, memberikan bahwa mungkin diharapkan waktu lama untuk ekonomi setempat pulih”.
Hong Kong mengalami resesi ekonomi berlanjut yang terjadi semenjak tahun lalu. Kondisi pandemi Covid-19 menciptakan resesi negara tersebut makin dalam sehabis pertumbuhan ekonomi Hong Kong pada kuartal II tercatat minus 9 persen.
Lantas, apa imbas dari resesi Hong Kong terhadap ekonomi Indonesia?
Bhima Yudhistira -ekonom Indef- menjelaskan bahwa resesi Hongkong akan mensugesti beberapa faktor ekonomi di Tanah Air. Hong Kong merupakan investor paling besar ketiga di Indonesia sehabis China dan Singapura. Pada semester 2020 ini, BKPM mencatat bahwa investasi Hong Kong mencapai US$ 1,8 miliar atau 13,2 persen dari total investasi.
Bhima mengatakan, “Imbasnya pada serapan tenaga kerja dari investasi asing atau penanaman modal aneh pasti menurun di sepanjang 2020”.
Komentar ini adalah mengenai Hong Kong yang menjadi hub keuangan dunia, negara itu serupa dengan Singapura. Jadi, banyak perusahaan aneh yang memiliki kantor sentra di Hong Kong.
Bhima khawatir kalau resesi ekonomi mengusik kantor pusat perusahaan keuangan tersebut, maka keputusan investasi di Indonesia bisa tertunda hingga ada tanda-tanda pemulihan ekonomi.
Selain itu, dari sisi jual beli, Hong Kong juga mempunyai tugas strategis selaku hub produk ekspor Indonesia sebelum masuk ke China. Hong Kong juga merupakan salah satu kawan dagang Indonesia.
Sementara itu, Yusuf Rendy Manilet -ekonom CORE- menyampaikan Indonesia perlu mencurigai efek domino resesi ekonomi Hong Kong kepada sektor keuangan.
Yusuf menerangkan, “Dalam jangka pendek, resesi Hong Kong ini bukan mustahil akan mempunyai efek pada psikologis penanam modal, yang lalu akan mensugesti volatilitas di pasar keuangan tergolong di Indonesia.
Yusuf juga menilai bahwa resesi Hong Kong tidak signifikan terhadap sektor jual beli. Pasalnya, Hong Kong bukanlah negara tujuan ekspor utama, maupun importir utama Indonesia.
Seperti yang dimengerti, Hong Kong menerima tekanan berat dikala ini. Tidak cuma mengenai politik dan Covid-19 saja, negara tersebut juga dijadikan hotspot pertikaian antara China dan Amerika Serikat.
Sumber stt.ac.id