Di sepanjang bulan Juli 2020, emas dan aksesori menyumbang inflasi tertinggi yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Situasi ini disebabkan oleh harga emas yang alami kenaikan tajam di aneka macam kawasan di Indonesia.
Jika melihat data pada situs logammulia.com, di jual beli hari ini emas Antam 1 gram dijual Rp 1.028.000 per batang. Angka ini ialah merupakan angka yang termahal sepanjang sejarah. Untuk catatan, harga emas batangan 100 gram yang menjadi contoh, dijual dengan Rp 97.012.000 per gram atau Rp 970.120 per gram.
Pada hari Senin (3/8/2020) Suhariyanto -Kepala BPS- mengatakan, “Penyebab inflasi yang paling tinggi karena komoditas mayoritas yaitu kenaikan harga emas pelengkap yang menawarkan andil ke inflasi 0,05 persen.
Ia juga menerangkan, dari 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) yang dipantau, 80 kota mengalami kenaikan harga emas dan suplemen. Adapun emas dan komplemen masuk dalam kalangan perawatan eksklusif yang tercatat inflasi paling tinggi 0,93 persen dengan andil 0,06 persen.
Suhariyanto menambahkan, bahwa harga emas dan embel-embel melambung tajam karena dinilai sebagai investasi yang paling aman dikala kurun pandemi Covid-19 seperti ketika ini. Sehingga, hasil survei yang dilakukan menunjukan hasil yang sama, ialah hampir semua kota mengalami harga yang tinggi.
Berdasarkan data dari Refinitiv, pada hari Jumat pekan lalu rekor penutupan perdagangan emas dunia berada di level US$ 1.974 per troy ons. Sementara pada pagi tadi, harga emas dunia kembali melesat 0,5 persen ke US$ 1.984,65 per troy ons. Angka ini menjadi rekor tertinggi gres melebihi pada catatan di hari Selasa (29/8/2020) di mana emas berada di US$ 1.980,31 per troy ons.
Resesi ekonomi yang dipicu oleh pandemi Covid-19 kini telah menunjukan ancamannya pada 3 benua. Mulai dari Asia, mirip Singapura, Hong Kong dan Jepang sampai Eropa mirip Jerman, Spanyol, Italia sampai Perancis.
Sementara kabar dari benua Amerika diketahui bahwa AS mengalami PDB minus terdalam sepanjang sejarah. Perekonomian negara Adidaya itu dilaporkan bahwa PDB di kuartal II-2020 alami minus sampai 32,9 persen.
Seperti yang diketahui, saat suasana dunia alami resesi, pelaku pasar cenderung mengalihkan investasinya ke aset aman (safe haven) mirip emas. Hal ini yang membuat harga emas terus menandakan kilauannya.
Namun meski emas dan tambahan menyumbang inflasi tertinggi, sepanjang bulan Juli kemarin tercatat deflasi 0,10 persen. Kondisi ini disebabkan alasannya masih banyaknya komoditas pangan yang mengalami penurunan harga yang tajam.
Suhariyanto menjelaskan, “Ini yang menyebabkan di Juli masih terjadi deflasi 0,10 persen”.
Sumber stt.ac.id