Cara Menciptakan Buku Bersama Penerbit Buku: Mengatur Kerangka Anggapan

Cara menciptakan buku menyantap waktu cukup usang dalam menulis buku sebelum diantarke penerbit buku yakni mengurutkan kerangka asumsi.


Cara menciptakan buku bareng penerbit buku menyantap proses yang tidak sebentar. Bagai menciptakan bangunan, cara menciptakan buku juga diawali dengan sebuah pondasi dasar agar bangunan itu tetap solid. Setiap pondasi pula memiliki macam-macam jenisnya. Pondasi ini dipakai pula ketika ingin menulis buku semoga buku tersebut terang arahnya.


Ketika membangun suatu bangunan, tidak mungkin kita membangun atapnya dulu terus datang-datang dasarannya, kemudian peletakan tiang, dan akhirnya flooring. Agar kita mampu mengenali jika itu ‘bangunan’ untuk sebagai kawasan tinggal, ibadah, mencar ilmu, penampungan, dan sebagainya.


Cara menciptakan buku dengan mengatur urutan kerangka berpikir itu sifatnya penting ketika kita ingin menulis buku. Meski begitu, penulis tetap diperbolehkan menulis bebas. Maksudnya mengurutkan bukan semata-mata – penulis mesti menulis sesuai urutan yang berlaku, tetapi lebih kepada penempatan posisi dikala gagasan pokok setiap komponen tulisan tela terbentuk.


Misalnya, penulis ingin membuat observasi wacana perkawinan silang antara ayam dengan kalkun dan yang ada dipikiran penulis yakni kandungan gizi telurnya. Tulis saja! Yang paling penting yakni ketika telah menemukan setiap penggalan pemikiran pokok tersebut, penulis paham bagaimana cara mengurutkannya.


Manusia intinya secara alamiah mempunyai urutan jalan pikirnya – tergolong dalam melakukan cara membuat buku. Jalan anggapan ini sifatnya tidak bisa diubah sebab mengubahnya hanya akan membuat hancur topik yang dibahas. Berikut ini asas-asas umum urutan jalan fikiran insan, tergolong seorang penulis:


 


1. Urutan Alamiah


Urutan alamiah yaitu urutan yang otomatis tertanam di dalam fikiran manusia. Urutan tersebut terjadi menurut aturan ruang dan waktu yang ada. Dalam kata lain, urutan tersebut dibagi menjadi: urutan lokal (ruang), dan urutan kronologis (waktu).



  • Urutan setempat, yaitu urutan yang digunakan dalam tulisan yang bersifat deskriptif sehingga urutan ini bersifat penting. Secara alamiah, insan akan mengikuti alur urutan dari kiri ke kanan, dari timur ke barat, dari bawah ke atas, dan sebagainya maupun sebaliknya. Hal yang dimaksud adalah faktor linear yang terbangun. Tidak mungkin bila secara alamiah insan dari atas datang-datang serong kiri belakang, karena tidak linear. Contohnya: survey ihwal kesiapan MEA dimulai dari satu RT, ke RW, kemudian ke kelurahan, lalu ke kecamatan, kabupaten, hingga provinsi.

  • Urutan Kronologis, yaitu urutan yang didasari menurut waktu. Urutan ini masih dibagi menjadi dua: urutan obyektif dan


Urutan obyektif, adalah urutan kejadian-insiden yang terjadi di luar penulis. Maksudnya kejadian tersebut dimengerti oleh khalayak biasa , dan disusun berturut-turut berdasarkan waktunya terjadi. Urutan ini umum digunakan ketika menulis sejarah.


Urutan subyektif, ialah urutan insiden berdasarkan batin si penulis. Urutan tersebut sifatnya tidak dapat dimengerti jikalau penulis tidak mengutarakannya (pribadi). Urutan ini umumnya memuat pertimbangan , cerapan batin, dan sebagainya, serta biasa diterapkan dalam karangan ulasan atau opini.


 


2. Urutan Logis


Urutan logis adalah urutan yang menurut dialektika pikiran dengan mencari relasi antara satu peristiwa dengan peristiwa-peristiwa yang lain – antara realita dengan realita lain, antara kebenaran dengan kebenaran lain, antara pernyataan dengan pernyataan lain, dan lain sebagainya.


Baca juga: 6 Teknik Menulis Kriteria Kalimat Efektif


Kesimpulanya, urutan logis yaitu urutan yang inheren atau melekat pada ciri pikiran kita sendiri, yang menginginkan agar segala sesuatu berhubungan secara logis dan masuk akal.



  • Urutan alasannya akhir (kasual), ialah urutan yang dipakai saat penulis ingin mengambil sudut pandang peristiwa yang sudah terjadi. “Ada sebab ada balasan”, begitulah kata pepatah. Berdasarkan hal itu, urutan pertama yang terjadi tentu saja ialah sebab yang menjadi pemicu kejadian tersebut. Lalu, balasan tiba di final langkah-langkah.

  • Urutan fasilitas tujuan (tamat), adalah urutan yang kerap digunakan ketika menulis buku panduan. Misalnya buku wacana pembudidayaan lele. Pastinya ada dikala dimana kapan benih mesti disebar, lele diberi makan, lele itu berkembangbiak, dan lele dipanen. Proses menuju panen inilah tujuan final dari urutan.

  • Urutan khusus lazim (induktif), yaitu urutan yang dipakai saat melaksanakan pemetaan yang bersifat generalisasi. Misalnya: mengadakan pengelompokan-pengelompokan terhadap dunia hewan para hebat mulai meneliti hewan-binatang secara individu, kemudian menggabungkannya menjadi keluraga, species, dan sebagainya.

  • Urutan lazim khusus (deduktif), adalah urutan yang digunakan dikala melakukan penelitian khusus terhadap pemetaan generalitatif. Misalnya: melaksanakan penelitian terhadap lunturnya budaya etika Jawa, kemudian masuk terhadap kalangan tertentu, dan karenanya mencoba mendapatkan solusi dari intisari setiap unsur yang berkaitan.

  • Urutan biasa hebat, adalah urutan yang menguraikan hal-hal yang biasa, lumrah, diketahui lazim, diterima untuk umum untuk hingga kepada hal-hal yang luar biasa, gila, unik, dan mengejutkan. Urutan ini lazimnya digunakan untuk meyakinkan pembaca atas suatu kebenaran menjadi kebenaran yang unik dan lain daripada yang lain. Urutan ini yaitu salah satu trik khusus untuk menulis buku bersifat persuasif.


Pada karenanya, tetap ada kaidah tanpa sadar yang mesti penulis jaga kalau ingin bukunya laris. Semua hal yang ada di luar dan di dalam diri penulis senantiasa dapat menjadi ide. Jangan kubur intelektual Anda alasannya tak mau menulis buku!


Tanamkan semangat bahwa ilmu yang bermanfaat ialah ilmu yang dapat dibagikan terhadap sesama. Semoga postingan tentang Cara Membuat Buku bareng Penerbit Buku: Mengatur Kerangka Pikiran ini berguna dan selamat menulis buku! Semoga segera bertemu dengan penerbit buku yang sesuai dengan impian Anda. [Mas Aji Gustiawan]


 


Referensi:


A. Widyatarmaka BA, 1996, Kreatif Mengarang, Yogyakarta: Penerbit Kanisius..



Sumber harus di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama