Cara Meminimalisir 4 Ganjalan Biasa Dikala Menulis Buku

Pekerjaan utama seorang yang menulis buku dianggap sebagian orang selaku pekerjaan yang merepotkan.


Sebaliknya barangkali bagi penulis itu sendiri, menulis buku bukan hal pekerjaan yang merepotkan. Terutama penduduk awam yang tidak berkecimpung dunia menulis. Menulis itu selaku pekerjaan yang sulit.


Menurut Sarwono, menulis buku dapat diawali dengan beberapa tahap penyusunan. Mulai dari tahap penyusunan pandangan baru sampai proses penulis. Tahapan ini berlaku untuk jenis tulisan apapun, mulai dari menulis artikel, fiksi sampai menulis buku. Menulis dapat dijalankan oleh siapa pun yang hendak. Hanya saja, ada banyak hambatan yang kadang-kadang dikeluhkan. Berikut yaitu beberapa keluhan dikala menulis buku, baik itu buku asuh, buku fiksi ataupun buku jenis lain.


 


Bingung Mengawali Sebuah Tulisan


Mengawali sebuah goresan pena nyaris dicicipi oleh semua penulis. Tidak hanya penulis pemula, bahkan beberapa penulis yang memiliki jam terbang banyak acapkali merasakan hal ini. Dalam menulis buku upaya mengurangi seperti ini, biasannya membuat kerangka karangan.


Kerangka berfungsi untuk membuat lebih mudah penulis untuk menuliskan lebih lancar dan mengalir. Tidak cuma itu, kerangka mampu dimanfaatkan semoga penulis tidak keluar dari batas-batas-batas-batas topik yang hendak dibahas. Mengingat, ketika menulis sering terjadi pembahasan yang bergotong-royong tidak nyambung dengan topik yang ingin dibahas.


Adapun trik mengawali sebuah goresan pena. Seringkali, yang saya lakukan adalah menuliskan apapun yang terlintas di kepala aku detik itu juga. Asal tulis di layar komputer. Memang dari sisi EYD, dan struktur kalimat masih acak-acakan. Sering juga kalimat satu dengan kalimat yang lain tidak ada hubungannya, dan terjadi kesenjangan yang jauh. Saya biarkan, hingga apa yang ingin saya tuangkan merasa cukup dan tamat.


Setelah semua ilham, pesan yang ingin aku sampaikan tertuangkan. Langkah berikutnya, aku baca ulang tulisan saya. Saya pilih satu kalimat yang berdasarkan saya menarik, kritis dan bagus untuk dijadikan lead. Kalimat tersebut saya copy, lalu saya taruh di lembar kerja gres. Dan aku mulai menyebarkan ulang, menurut kalimat pertama yang aku pilih. Disinilah aku memulai suatu tulisan, dan kebiasaan ini aku pakai untuk menulis buku.


 


Mati Ide


Mati ilham mampu terjadi kesiapa saja. Mati pandangan baru terjadi bisa disebabkan kurang konsentrasi, bisa juga disebabkan kita terlalu banyak intro. Baik intro mainan medsos, balas SMS atau bisa juga disebabkan karena kita ke kamar mandi. Dikatakan mati pandangan baru ketika kita merasakan binggung, ingin melanjutkan mirip apa dan bagaimana.


Mati ide mampu disebabkan karena kecepatan berfikir kita dengan kecepatan mengetik tidak sepadan. Ketika kita menulis di laptop masih memakai 11 jari, akan menyantap waktu lebih usang. Sedangkan, anggapan kita mempunyai kecepatan berfikir yang hebat. Berbicara wacana wangsit dan pemikiran , mereka memiliki kecepatan melaju jauh lebih singkat dibandingkan kecepatan motorik kita ketika menuliskannya.


Adapun beberapa cara untuk mengelak mati pandangan baru. Pertama, jikalau kecematan menulis di komputer masih lambat, bisa kita antisipasi dengan membuat kerangka karangan, atau coret-coret di kertas apalagi dulu. Kemudian gres menuliskannya di komputer, tujuannya, biar semua ilham, ide dan imajinasi kita tertampung dan tersampaikan semua, lewat pancingan corat coret kita.


Kedua, jika kita ingin membalas pesan, ngintip media umum atau ke kamar mandi, tentukan tulis poin inti di bawah goresan pena kita. Poin-poin ini sebagai pengingat apa saja yang ingin kita ulas hingga paragraf satu sampai simpulan. Tips ini sungguh direkomendasikan bagi yang Anda yang tengah menulis buku.


Mengingat, menulis buku tidak sama dengan kita menulis postingan ataupun cerpen. Karena ulasan dan pembahasan yang diulas jauh lebih banyak. Ketiga, Anda mampu mendapatkan tips lain yang tepat ketentraman dan inovasi Anda.


 


Kesulitan Menentukan Ending


Ada tipe penulis sudah biasa menulis buku memakai perlindungan kerangka berfikir. Ada juga tipe penulis yang pribadi menuliskan apa yang ingin ditulisnya, tanpa sumbangan kerangka sama sekali. Menulis buku didik mungkin berlainan dengan menulis buku fiksi.


Bagi penulis buku fiksi, hal yang sering dikeluhkan ketika menulis yakni memilih ending dan bagaimana menghentikan suatu cerita yang berkesan.


Berbeda dikala menulis buku jenis buku teks. Menulis buku teks memiliki hukum tersendiri. Bahkan tema dan ulasan yang bahas dikelola oleh kurikulum ataupun dari satuan pendidikan. Pada dasarnya, menulis buku teks jauh lebih mudah dibandignkan menulis buku fiksi. Karena saat menulis buku teks, penulis tidak bekerja keras berimajinasi dan memilih endingnya.


Proses penulisan buku teks endingnya terperinci. Ulasan yang dibahas juga terang. Meskipun demikian, setiap penulis tetap mempunyai selera masing-masing. Ada yang memang selera menulis buku teks, buku fiksi ataupun buku motivasi.


 


Kesulitan Mempublikasikan


Selesai menulis buku hingga akhir, akan melahirkan kepuasan tersendiri bagi penulis. Lantas, setelah selesai menulis, akan timbul pertanyaan dan kesusahan, bagaimana menerbitkan hasil buku. Ada banyak cara, mulai dari menerbitkan sendiri, menawarkan ke penerbit. Bisa juga, mempublikasikannya melalui versi e-book. Semua tergantung kemantapan setiap penulis.


Mempublikasikan secara e-book memerlukan ketrampilan berupa penguasaat Teknologi Informasi (TI). Bisa juga dengan cara manual, menawarkan buku ke penerbit yang tepat dengan abjad karya kita. Bisa ke penerbit mayor, minor atau ke self publishing, yang lalu, mereka inilah yang disebut sebagai media percetakan.


Ada beberapa metode penerbitan, ada metode royalti, jual putus dan ada pula yang disebut dengan print on demand. Dari kesemua itu memiliki kelemahan dan keunggulan. Di sana, penulis akan menerima banyak fasilitas dan honor. Tentu saja, bentuk honor dan kemudahan berapa dan seperti apa tergantung kebijakan dari masing-masing penerbit. Setiap penerbit mempunyai ketentuan berlawanan-beda.


Setiap penerbit juga mempunyai karakter yang berlainan-beda. Kaprikornus, tidak ada salahnya sebelum menunjukkan naskah ke penerbit, mempelajari apalagi dahulu penerbit yang akan disasar.


Adapun beberapa hal yang perlu diamati sebelum memasukan naskah. Pertama, cari penerbit yang mengutamakan naskah yang tepat dengan apa yang kita tulis. Jika kita menulis buku didik, maka kita mencari info tentang penerbit yang khsusus mempublikasikan buku ajar.


Kedua, cari kredibilitas penerbit yang hendak disasar. Apakah mempunyai reputasi yang bagus dan dapat mengemban amanah. Karena banyak masalah penerbit abal-abal yang lebih memprioritaskan laba dari pihak penerbit. Ketiga, tentukan lokasi gedung. Apakah gedung itu beneran ada, atau hanya fiktif belaka.


Itulah beberapa ganjalan saat menulis buku yang sering timbul. Semoga ulasan ini berfaedah, dan menambah wacana gres. Sekaligus dapat memberikan motivasi untuk terus menjajal . Kunci menjadi seorang penulis buku ialah, konsisten, giat dan memiliki niat. Dan, selamat mencoba. [Elisa]


 


Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara gratis. Anda cukup mengubah ongkos cetak. Silakan isi data diri Anda di sini.


Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak wacana teknik menulis anda dapat melihat Artikel-postingan berikut:



  1. Cara Membuat Buku: Membangun Kebiasaan Menulis Naskah Ramah Penerbit Buku

  2. Inilah Ciri-Ciri Buku Ajar yang Perlu Anda Tahu

  3. Penerbit Buku dan Teknik Menulis Buku Secara Indie

  4. Mari Ketahui 4 Elemen Mengukur Buku Ajar Berkualitas


Jika Anda memiliki BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, namun BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan fasilitas KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS di sini!


Jika Anda mengharapkan EBOOK GRATIS ihwal CARA PRAKTIS MENULIS BUKU, silakan download.



Sumber harus di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama