Bitcoin Jadi Target Serangan Cyber Finansial 2021





Reli harga Bitcoin yang menembus US$ 30.000 per koin mengejutkan Wall Street. Kini salah satu bank investasi terbesar AS memprediksi bahwa harga mata uang kripto tersebut bisa menembus US$ 146.000 atau setara Rp 2,044 miliar (perkiraan Rp 14.000/US$).


Tetapi untuk mencapai target harga itu ada beberapa hal yang mesti dipenuhi. Yakni, kapitalisasi pasar Bitcoin -yang dijumlah dengan mengkalikan harga dengan jumlah koin yang beredar- mesti mencapai US$ 2,7 triliun. Artinya mesti naik 4,6 kali lipat dari sekarang yang meraih US$ 575 miliar lebih.


Nilai mata uang digital Bitcoin makin gila-gilaan, dalam catatan analis Citibank, Bitcoin direpresentasikan sebagai instrumen safe haven era ke-21, menggantikan emas.


Namun, di tengah mengkilapnya nilai mata duit digital tersebut, pada 2021 ini diprediksi banyak pelaku kejahatan cyber yang menyasar finansial condong menargetkan Bitcoin.


Sementara kelompok lainnya, akan beralih ke mata duit kripto transit ketika menuntut sejumlah uang dari korban.


“Tahun 2020 sungguh berlawanan dari tahun-tahun sebelumnya yang kitai alami, tetapi, banyak tren yang kami prediksi menjadi kenyataan terlepas dari transformasi cara hidup penduduk ketika ini. Ini tergolong strategi gres dalam kejahatan cyber finansial,” kata salah satu peneliti keselamatan di Kaspersky, Dmitry Bestuzhev.


Bitcoin Jadi Target Serangan Cyber Finansial 2021

Bitcoin Makara Target Serangan Cyber Finansial 2021


Berdasarkan tinjauan ihwal apa yang telah terjadi selama tahun 2020, para peneliti Kaspersky memprediksi lanskap bahaya keuangan tahun 2021 untuk membantu organisasi membentengi diri dengan lebih baik.


Melansir dari Detikfinance, berikut ringkasan prediksi Kaspersky:


1. MageCarting, atau lazimdisebut JS-skimming, yakni tata cara mencuri data kartu pembayaran dari platform e-commerce. Bukti menunjukkan, dari hari ke hari kian sedikit pelaku ancaman yang mengandalkan serangan sisi klien yang memakai JavaScript. Peneliti Kaspersky memprediksi bahwa di 2021 serangan akan bergeser ke sisi server.


2. Mata duit transisi (Transition currencies). Kemampuan berupa teknis khusus untuk memantau, menghapus nama pengguna, dan menguras akun Bitcoin akan menjadi tata cara yang dipakai oleh banyak pelaku kejahatan cyber untuk meminta pembayaran. Mata uang privasi lain yang ditingkatkan mirip Monero, kemungkinan akan digunakan sebagai mata duit transisi pertama, dengan dana yang kemudian dikonversi ke mata duit kripto lainnya, termasuk Bitcoin, untuk menutupi jejak pelaku kejahatan cyber.


3. Upaya pemerasan meningkat. Karena operasional mereka yang sukses dan banyak sekali pemberitaan yang luas di 2020, pelaku bahaya di balik ransomware bertarget secara sistematis mengembangkan jumlah korban yang yang disasar untuk membayar uang tebusan.


4. Eksploitasi zero-day yang dipakai oleh kalangan ransomware. Selain itu, grup ransomware yang berhasil menghimpun dana dari sejumlah serangan di 2020 akan mulai menggunakan eksploitasi zeroday (kerentanan yang belum ditemukan oleh developer) serta eksploitasi N-days untuk memajukan efektivitas serangan mereka.


5. Pencurian Bitcoin akan menjadi lebih menarik alasannya banyak negara jatuh miskin akibat pandemi. Dengan ekonomi runtuh dan mata uang lokal jatuh, lebih banyak orang mungkin terlibat dalam kejahatan cyber yang mengarah ke lebih banyak masalah. Seperti yang diantisipasi oleh para peneliti Kaspersky, karena kekurangan mata uang setempat, lebih banyak orang mungkin konsentrasi pada penipuan yang menuntut Bitcoin, serta pencurian Bitcoin, karena ini ialah mata uang kripto yang terluas penggunaannya.


Dmitry Bestuzhev menambahkan, “Memperkirakan potensi bahaya yang mau tiba itu penting, alasannya adalah memungkinkan kami untuk mempersiapkan diri di era tiba, dan kami percaya prediksi para mahir akan menolong banyak profesional keselamatan cyber untuk menjalankan model ancaman mereka”.







Sumber stt.ac.id

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama