Awas! Penipuan Investasi Incar Pengguna Media Umum





Aktivitas online selama pandemi Covid-19 berdasarkan sejumlah penelitian menawarkan lonjakan yang signifikan.


Namun ada hal penting yang perlu dicatat, peningkatan acara online ini juga berbanding lurus dengan kenaikan penipuan secara online. Para penipu sekarang gencar melancarkan aksinya secara online baik itu melalui Telegram, WhatsApp dan sosial media lainnya.


Pun di ranah investasi yang ketika ini sudah serba daring (dalam jaringan), mampu pula menjadi target para penipu untuk melancarkan agresi jahatnya.


Penipuan berkedok seruan investasi muncul di tengah tren masyarakat menanamkan uang pada instrumen di pasar modal. Salah satunya yakni modus penipuan berkedok usul investasi yang berujung pembobolan rekening tabungan.


Banyak grup-grup di aplikasi pesan singkat yang menunjukkan investasi kepada anggota di grupnya. Penipu beraksi dengan meminta anggota grup mengirimkan sejumlah uang untuk berinvestasi di suatu instrumen pasar modal dengan iming-iming imbal hasil yang besar.


Melansir dari detikcom pada hari Minggu (14/2/2021) lalu, diberitakan terjadi penipuan berkedok investasi saham di aplikasi Telegram.


Salah seorang korban berinisial R mengatakan, “Makara mulanya saya mau berguru saham. Saya cari-cari tahu dari akun-akun Instagram pemain saham. Saya juga main TikTok. Nah dari situ saya mampu informasi sebuah grup yang memperlihatkan berguru investasi saham, jadi ada kelasnya gitu”.


R kemudian diajak berinvestasi saham oleh pelaku, dan R diminta untuk mengirimkan uang Rp 5 juta. Lalu, R mengirimkan duit tersebut melalui rekening salah satu bank miliknya. Setelah itu, penipu meminta R melaksanakan verifikasi dengan memberikan alamat situs.


“Di situ saya asal klik saja, terus pas dibuka ternyata itu nomor kartu ATM aku dan nomor pin aku kasih ke ia”, kata R.


R menyertakan, belakangan dikenali bahwa pembuat grup itu ternyata mencatut identitas seorang influencer yang sering memberi konten edukasi perihal investasi saham. Identitas influencer tersebut dipakai sang penipu, mulai dari nama sampai foto profil.


Awas! Penipuan Investasi Incar Pengguna Media Sosial

Awas! Penipuan Investasi Incar Pengguna Media Sosial


Seperti yang diketahui, pelaku penipuan investasi senantiasa memiliki cara untuk mendustai calon penanam modal. Acapkali para penipu itu mencatut nama-nama influencer terkenal bahkan hingga mencatut nama-nama perusahaan besar.


Telegram yang kini menjadi komunikasi alternatif menyaingi WhatsApp, menjadikan banyak oknum-oknum tak bertanggung jawab memanfaatkan hal ini.


Penipuan dengan menggunakan modus investasi saham tersebut hanyalah cara gres persekutuan hacker untuk menjaring korban.


Ada beberapa cara untuk mengenali modus penipuan tersebut. Pertama, hati-hati dengan link yang dikirim oleh orang tak diketahui , maupun orang yang dikenal. Apabila mendapat link, jangan eksklusif di-klik.


Untuk informasi, terkadang modus yang dipakai pelaku yakni phishing link. Calon korban diberikan situs imitasi yang dirancang semirip mungkin dengan situs resmi demi menemukan identitas eksklusif milik calon korban.


Kedua, hati-hati dengan pihak yang meminta data eksklusif. Jangan pernah memberikan data eksklusif kepada pihak mana pun, kecuali untuk pengisian formulir resmi di pemerintahan atau bank. Apalagi, memberikan isu finansial mirip nomor PIN kartu ATM.


Selain itu, ada hal penting yang juga mesti diingat. Yakni, jangan sekalipun memberi One Time Password (OTP) atau kata sandi sekali pakai yang cuma dapat diakses secara real time oleh pemilik akun.


Modus Kode OTP untuk Menguasai Akun Telegram:


1. Jangan pernah memberikan pasword terhadap siapapun.

2. Jangan pernah memberikan arahan OTP terhadap siapapun.

3. Abaikan jikalau ada telpon yang mengatasnamakan Telegram/WhatsApp atau siapapun meminta isyarat OTP


Para peretas atau hacker disinyalir masih berkeliaran untuk mencari korban. Tetap waspada dan hati-hati adalah kunci utama untuk membentengi diri dari kejahatan ini.







Sumber stt.ac.id

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama