As Dan China Kembali Tegang Soal Covid-19, Emas Siap Bangun?





Seperti yang dikenali, harga emas dunia masih terus alami pelemahan imbas dari penguatan nilai mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Namun, relasi antara AS dan China yang kembali memanas memberi dampak pada harga emas di hari Rabu pagi (23/9/2020) ini.


Jika menyaksikan data perdagangan emas pada pukul 08.40 WIB, emas global di pasar spot alami penguatan sebesar 0,13 persen ke US$ 1.902,27 per troy ons. Untuk catatan saja, pada jual beli di hari Selasa (22/9/2020) kemarin, emas sempat menurun senilai US$ 1.900 dan ditutup di level US$ 1.899,22 per troy ons.


Harga emas dibanderol dalam mata uang dolar AS, sehingga penguatan yang dialami oleh mata uang negara adi daya tersebut akan menciptakan harga emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata duit lain. Namun, pada sisi lain analis menyaksikan bahwa penurunan emas dikala ini juga disebabkan oleh faktor teknikal.


Mengutip dari Reuters, Chris Gaffney dari TIAA Bank mengatakan, “Ketika kita menyaksikan emas dan saham anjlok berbarengan, artinya penanam modal butuh duit tunai. Logam mulia selalu menjadi sumber yang mempesona untuk menerima duit tunai. Hal tersebut merupakan faktor yang telah berlalu, ketika ini kami berpikir faktor dolar dan teknikal”.


Sebagai catatan, indeks dolar menguat ke level tertingginya dalam dua bulan dan menimbulkan harga emas menjadi frustasi. Mata duit negara Donald Trump dan emas bergerak bertentangan. Artinya, kalau dolar AS menguat, maka harga emas akan condong melemah. Begitu juga sebaliknya.


The Fed bahkan diprediksi masih akan mempertahankan stance dovish-nya, mengingat bahwa pemulihan ekonomi di kurun yang akan tiba masih diliputi dengan ketidakpastian.


AS dan China Kembali Tegang Soal Covid-19, Emas Siap Bangkit?

AS dan China Kembali Tegang Soal Covid-19, Emas Siap Bangkit?


Namun, dalam pidatonya di hadapan Majelis Umum PBB ihwal Covid-19, Trump kembali menuduh dan menuntut China atas terjadinya wabah pandemi Covid-19.


Trump mengatakan, “Kita mesti meminta pertanggungjawaban bangsa yang melepaskan wabah ini ke dunia, China”.


Ia menerangkan, “Pemerintah China, dan Organisasi Kesehatan Dunia -yang secara virtual dikendalikan oleh China- secara keliru menyatakan bahwa tidak ada bukti penularan dari insan ke insan”.


Zhang Jun -Duta Besar China untuk PBB- lantas menolak tuduhan tersebut. Ia mengatakan bahwa apa yang dikatakan Trump mengenai China sebagai hal yang tidak berdasar.


Kembali tegangnya hubungan kedua negara tersebut menciptakan harga emas mampu berdiri dari level di bawah US$ 1.900 per troy ons. Selain itu, tegangnya dua negara ekonomi dunia itu juga membuat harapan pemulihan ekonomi dalam skala global menjadi makin tidak menentu.


Kondisi dan situasi ini diprediksi akan menjadi kabar baik bagi emas yang dianggap sebagai aset safe haven.







Sumber stt.ac.id

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama