Apa Saja Tips Menulis Buku Untuk Belum Dewasa?

Menulis buku bawah umur berarti menawarkan dua faedah sekaligus, yaitu memaparkan wawasan gres serta mendatangkan pembelajaran yang menginsipirasi dan menyenangkan.


 


Penulisan buku anak tidak bisa dijalankan secara asal-asalan. Dalam buku bawah umur, pembaca yang masih belum remaja diperlukan mampu mengambil suatu amanat atau pesan akhlak. Penyajiannya pun dirancang sedemikian rupa semoga terlihat mempesona sehingga pesan moral dapat tersampaikan.


Penulis membutuhkan tips-kiat khusus dalam menulis buku biar seluruh kontennya mampu tersampaikan dan sesuai target. Penulisan buku juga harus dilaksanakan dengan hati-hati, karena pembaca yang masih bawah umur berlawanan dengan orang akil balig cukup akal dalam memahami isi buku.


Seorang penulis yang mau menulis buku kisah belum dewasa mampu melaksanakan beberapa kiat. Pertama, penulis perlu memilih jenis buku yang mau ditulisnya. Ia bisa menentukan akan menulis buku dengan genre fiksi atau nonfiksi.


Jika memilih buku fiksi, penulis mampu membaca buku cerita klasik atau buku cerita-dongeng. Ia mampu mengamati dan membaca buku-buku kisah yang disenangi dan bertahan usang dari generasi ke generasi. Penulis dapat menyaksikan dengan seksama cara penyuguhan buku sehingga bisa menarik banyak pembaca. Berikutnya, dia mampu mengakibatkan segi menawan buku yang dibaca itu untuk pemikiran penulisan isi bukunya.


Ketika pembaca dari kelompok anak-anak sudah lazimtergiur dengan buku kisah rakyat atau cerita populer lainnya, penulis mampu memilih cara lain yang lebih kreatif. Ia bisa membuat jalan dongeng yang lebih modern. Ia juga mampu menulis buku dongeng dengan memakai alur gres dan huruf yang memiliki sifat dan sikap yang gres pula.


Sementara itu, jikalau penulis memilih genre nonfiksi beliau mampu melakukan riset tentang topik bahasan tertentu. Penulis mampu memilih suatu tema wawasan yang menawan, yang bisa memunculkan rasa ingin tahu bawah umur. Akan lebih baik jikalau penulis sudah mempunyai kemampuan di bidang tertentu. Makara ia akan bisa menyajikan berita secara detail dan akurat, meski pembahasannya mampu dituliskan dengan bahasa yang lebih ringan.


Kedua, penulis bisa meluangkan waktunya untuk banyak membaca buku belum dewasa. Penulis bisa mencari gagasan lewat buku anak-anak di perpustakaan atau toko buku. Dengan membaca banyak buku belum dewasa, akan banyak pandangan baru yang diperoleh untuk menyusun isi buku yang menarik dan menginspirasi. Dari membaca buku anak-anak juga, penulis mampu memikirkan sisi paling mempesona dari buku yang dibacanya. Bisa jadi segi mempesona itu nantinya menginsipirasi penulis untuk menuliskan hal-hal yang mampu menarik perhatian pembacanya dari kelompok anak-anak.


Ketiga, penulis mampu menimbang-nimbang rentang usia pembaca bukunya. Penulis bisa menentukan sendiri buku kalangan usia yang cocok untuk membaca bukunya kelak. Ia bisa menimbang-nimbang bahwa golongan usia tersebut nantinya pantas membaca isi buku yang ditulis. Kemudian, penulis juga perlu menawarkan rambu-rambu bila memang bukunya perlu dibaca dengan pendampingan orang tua.


Dengan memilih golongan usia pembaca ini, penulis lalu dapat merancang isi bukunya. Ia mampu memilih komposisi gambar, warna, dan teks yang mau mengisi bukunya. Buku yang lebih banyak menampilkan gambar dan sedikit teks akan lebih cocok untuk usia dini, dan sebaliknya.


Jika buku yang ditulis lebih banyak bergambar, penulis perlu mempersiapkan sejumlah gambaran untuk mengisi bukunya. Biasanya penulis buku mirip ini bisa melakukan dua hal sekaligus, adalah menggambar dan menulis. Namun, penulis yang tidak hebat dalam menggambar mampu juga menjalin kerjasama dengan ilustrator profesional. Penulis perlu memetakan ilham untuk gambar yang mau ditampilkan di tiap-tiap halaman bukunya. Hal ini bertujuan mempermudah kerja penyuntingan selanjutnya. Dengan begitu, ilustrator lebih cepat memiliki gambaran untuk membantu melakukan karya penulis.


Memilih ilustrator juga penting bagi penulis. Ia mampu memilih ilustrator yang hendak bermitra dengannya melalui observasi. Sebelum memutuskan, penulis mampu memutuskan bahwa beliau sudah menyaksikan portofolio si ilustrator. Apabila ilustrator profesional terlalu memberatkan penulis dari segi budget, ia bisa menunjuk sahabat atau orang-orang yang akrab dengannya untuk berafiliasi.


Di segi lain, penulis juga perlu memerhatikan biaya produksinya yang lebih mahal. Di samping itu, beliau juga perlu lebih cekatan sebab dituntut untuk menulis pendek namun cantik sehingga cerita yang dipaparkan tetap menarik minatdan padat.


Kemudian buku dengan genre nonfiksi dan terdiri atas beberapa bagian akan lebih cocok untuk anak-anak yang duduk di sekolah dasar dan menengah. Ketika menentukan genre nonfiksi, penulis perlu berkorban untuk memperoleh banyak acuan dan melaksanakan riset. Walaupun dibaca oleh belum dewasa, bukunya juga perlu memuat info yang akurat. Dalam menghidangkan data, penulis bisa menggunakan diagram atau gambar sederhana. Namun kalau penulis mampu menjamin pembaca mengerti bukunya tanpa gambar, gambaran boleh tidak ditambahkan.


Keempat, penulis dapat menetapkan unsur-bagian utama yang hendak ada pada bukunya. Ia bisa mencatat komponen-unsur tersebut ke dalam suatu catatan. Nantinya, catatan tersebut akan berisi kode ihwal isi buku. Kemudian pemaparan mengenai cerita atau isu dalam buku juga harus memerhatikan segi orisinalitas. Pastikan juga ada nilai-nilai konkret yang hendak dipaparkan dan dicerna oleh para pembaca dari kelompok bawah umur.


Dalam memberikan pesan, penulis tidak perlu memaksakan diri. Ia tidak perlu berusaha untuk menuliskan secara gamblang, sebab kesannya bisa jadi justru tidak akan baik. Ia mampu menawarkan pesan susila dengan cara yang lebih sederhana. Pesan budbahasa yang disampaikan juga sebaiknya tidak terlalu berat, tetapi lebih mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari pembaca.


Kelima, penulis mesti tetap kreatif dalam mengembangkan idenya. Ketika menulis buku fiksi, ia bisa lebih memakai imajinasi dan perasaan yang tulus, tanpa mengabaikan sisi masuk akal. Sementara itu, untuk goresan pena nonfiksi, penulis juga mesti memaparkan fakta secara menawan dan ringan sehingga keseluruhan isi bukunya. Dengan kata lain, peran terpentingnya yakni menuliskan info akurat yang mudah dimengerti dan menjadi pengetahuan gres.


Keenam, penulis mesti waspada dalam penggunaan kosakata dan struktur kalimat. Tulisan yang manis sekalipun, bila tidak memerhatikan penggunaan kata dan sulit dimengerti akan menciptakan pembacanya depresi. Tulisan ringkas dan jelas akan lebih baik untuk mengajak anak-anak memahami wangsit-wangsit penulis dan makna goresan pena. Di samping itu, penulis juga semestinya tidak meremehkan pembacanya. Bisa saja, pembaca dari golongan belum dewasa ternyata lebih bakir dari yang disangka . Untuk menyingkir dari munculnya imbas jenuh membaca, penulis mampu memakai konsep mempesona dan tetap memaparkan hal-hal yang gres.


Terakhir, selalu tentukan bahwa naskah yang ditulis telah diperiksa dengan baik. Walaupun menulis buku belum dewasa mesti menggunakan bahasa yang sederhana dan ringkas, bukan bermakna mudah bagi penulis untuk menuntaskan pekerjaannya. Ia justru mesti lebih teliti dalam menilik naskahnya biar tidak ada kesalahan yang bisa berakibat fatal bagi pembacanya kelak.


Kiat-tips di atas dapat dijadikan fatwa bagi para penulis buku yang ingin menghasilkan karya bagi bawah umur. Para penulis bisa menerapkan satu demi satu tips yang ada untuk mempublikasikan karya yang tepat bagi belum dewasa. Penulis perlu mempersiapkan dirinya lebih matang dalam menulis, alasannya tugasnya lebih berat daripada menulis buku untuk orang remaja. Tujuan menulisnya juga harus tercapai, yaitu memaparkan hal-hal konkret yang mampu memberi inspirasi dan menambah wawasan baru bagi anak-anak.


 


Referensi:



  1. https://m.wikihow.com/Menulis-Buku-Anak-anak diakses pada tanggal 28 Juli pukul 16:30 WIB


[Wiwik Fitri Wulandari]



Sumber harus di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama