Ekonomi negeri Paman Sam terancam alami double-dip recession. Hal ini dapat diartikan bahwa Amerika Serikat (AS) akan kembali alami resesi sesudah sempat pulih dari kejatuhan ekonomi pada dua kuartal berturut-turut sebelumnya.
Pandemi Covid-19 yang juga belum menghilang dari negara adi daya tersebut, adalah sedikit banyak yang menciptakan kenapa double-dip recession mampu terjadi dan dialami oleh AS.
Namun tidak cuma soal virus dari Wuhan saja yang membuat ekonomi AS alami kondisi yang demikian, ialah kerentanan yang masih tersisa dari resesi sebelumnya juga akan menguatkan kemungkinan terjadinya double-dip di negara Donald Trump.
Pada tahun ini, ekonomi AS menawarkan tanda terang akan kemungkinan mengalami double-dip setelah pada kuartal kedua mengalami kemajuan yang negatif. Secara kuartalan ekonomi turun tertajam dalam sejarah.
Double-dip juga lebih mungkin terjadi di dikala penurunan ekonomi sebelumnya sungguh parah alasannya adalah kerusakan dan pemulihan suatu ekonomi sungguh dipengaruhi tingkat keparahan jatuhnya.
Amerika Serikat Terancam “Double-Dip Recession”
Jika memeriksa pada sejarah, resesi AS memang telah berulang kali kumat. Tercatat bahwa double-dip sudah terjadi di delapan dari sebelas resesi yang melanda AS semenjak simpulan Perang Dunia II. Hal ini disampaikan oleh Stephen Roach -seorang pengamat dari Universitas Yale- dalam artikel opininya di South China Morning Post.
Penulis “Unbalanced: The Codependency of America and China” itu, menyampaikan “Satu-satunya pengecualian ialah resesi tahun 1953-1954, kontraksi singkat tahun 1980, dan penurunan kecil tahun 1990-1991. Semua sisanya berisi double dip, dan dua fitur triple dips- dua false start diikuti dengan relaps”.
Seperti yang dikenali, kekacauan ekonomi ini disebabkan oleh pilihan lockdown yang diseleksi pemerintahan Donald Trump untuk atasi penyebaran wabah virus corona di ketika ekonomi AS gres alami pemulihan.
Jika menyaksikan data dari Worldmeters, secara nasional per hari Jumat (28/82020) tercatat bahwa angka faktual virus corona di AS meraih 6.046.634 kasus, dengan angka kesembuhan meraih 3.347.940 dan angka kematian menembus 184.796 kasus.
Ini artinya masalah corona AS masih yang tertinggi di dunia. Jumlah bisul harian Covid-19 di AS meraih hampir 48.000 pada ahad yang rampung 20 Agustus.
Sumber stt.ac.id