6 Kesalahan Penulisan Dalam Membuat Jurnal

Bagi para akademisi membuat jurnal bukan lagi hal awam, namun justru keharusan. Mengingat jurnal ialah salah satu sumber ilmu pengetahuan. Salah satu sumber yang menjadi tumpuan para pendidik maupun akademisi. Secara umum urnal ialah suatu publikasi periodik dalam bentuk postingan yang diterbitkan secara bersiklus. Dalam hal ini umumnya jurnal diterbitkan pada interval  waktu tertentu yakni setiap 4 bulan atau 1 tahun sekali.


Tujuan pembuatan jurnal ialah untuk mengembangkan sebuah penelitian yang sudah dituliskan serta menjadi teladan untuk para peneliti yang lain sedang melaksanakan kegiatan observasi yang sejenis. Pada biasanya jurnal mempunyai cakupan bahan yang luas tetapi sungguh padat, cuma terdiri dari 6 hingga 8 halaman, tetapi di setiap kalimatnya bernilai ilmu pengetahuan.


Pembuatan jurnal pasti bukan hal yang mudah ya. Apalagi diharapkan observasi dan data yang valid. Meski sudah banyak akademisi yang mengetahui cara membuat jurnal yang benar, namun masih saja ada beberapa keselahan yang sering dilaksanakan dikala membuat jurnal. Berikut ini ulasan kesalahan-kesalahan yang sering terjadi.


Kalimat Berbelit-Belit


Jurnal atau karya ilmiah ialah goresan pena akademis yang seharusnya ditulis eksklusif pada poin-poinnya atau “Straight to the point”. Permasalahan yang sering terjadi adalah kebanyakan penulis di Indonesia cenderung berbelit-belit dalam memberikan sebuah pandangan baru. Dalam penulisan suatu paragraf, paragraf yang bagus memiliki 1 pandangan baru pokok yang lebih baik ditaruh di kalimat pertama kemudian dibarengi klarifikasi 3-5 kalimat (deduksi). Untuk menghindari hal ini, penulis dianjurkan untuk membuat kerangka penulisan (outline) untuk menghindari menulis ilham dengan berbelit-belit.


format penulisan jurnal ilmiah dikti


Kebiasaan menulis berbelit-belit pada masyarakat Indonesia ini memang sungguh lazim. Hal ini alasannya adalah pola pikir sebuah penduduk dibentuk oleh masyarakat itu sendiri. Sementara orang Indonesia memang populer cenderung berpikir induktif, menjelaskan alasan-alasan biasa sebelum menyebutkan ide pokok. Contohnya nyatanya kita bisa menyaksikan bagaimana kebiasaan anak dikala telat sekolah. Biasanya kita akan menerangkan apalagi dulu alasan mengapa kita telat sebelum menyampaikan pandangan baru pokoknya. “Maaf pak, aku tadi sebetulnya telah berdiri pagi tetapi saat di jalan sekolah saya berjumpa orang tua yang mendorong gerobak sendiri, kemudian saya bantu dorong sampai rumah. Jadi aku telat”.


Namun dalam pembuatan jurnal yang harus diutamakan justru sebaliknya, adalah pandangan baru pokok. Sedangkan dalam jurnal karya ilmiah hal yang paling diutamakan adalah pernyataan pandangan baru pokok terlebih dahulu, gres dibarengi oleh kalimat penjelas. Walaupun cara berpikir sungguh dipengaruhi oleh latar belakang budaya, tetapi gaya penulisan yang baik mampu dilatih dengan memakai outline.


Pengulangan Berlebihan


Kebiasaan lain yang sering dijalankan juga yaitu penulis condong mengulang-ngulang satu paragraf yang isinya sama. Jadi di beberapa paragraf terdapat isi yang sama tetapi ditulis dengan kalimat berlainan. Hal ini sering terjadi terutama pada bab hasil interview, pada umumnya penulis Indonesia senantiasa mengulang-ulang 1 poin saja. Idealnya, cukup finding disebutkan satu kali di permulaan, lalu diterangkan dengan hasil kuesioner atau interview tanpa mesti menyebutkan finding tersebut dalam setiap kutipan hasil interview.


Pengulangan berlebih juga akan menciptakan jurnal menjadi tidak efektif. Biasanya pengulangan kalimat berlebih disebabkan alasannya adalah penulis sudah kehabisan bahan. Menulis jurnal bukan soal banyak atau sedikitnya goresan pena. Namun seberapa akurat dan berpengaruhnya info yang kita tulis. Berkaitan dengan observasi maka kevalidan data menjadi poin pentingnya. Kevalidan ini mampu dilihat dari tata cara yang digunakan, cara pengambilan data, pengolahan data serta hasil dari observasi. Jangan sampai proses penelitian merefleksikan observasi yang salah sehingga balasannya pun akan salah. Maka perhatikan betul dikala Anda sedang melaksanakan penelitian. Jangan hingga observasi yang telah menyantap waktu berakhir tidak berguna hanya alasannya Anda salah dalam menginput data.


Penggunaan Kalimat Tidak Penting


Waktu masih sekolah, sering dulu guru mengajarkan menulis bebas yang dinilai berdasarkan banyak tidaknya hasil goresan pena. Mungkin ini juga membentuk cara pikir mahasiswa dalam menulis skripsi/tesis dan jurnal. Namun akhir-final ini telah banyak dosen ataupun pengajar yang mengetahui bahwa Skripsi, Tesis dan Disertasi yang bagus bukanlah yang tebal dan berat, namun yang “Powerful” dalam artian memilikii konten yang bermutu. Tidak perlu menerangkan hal yang tidak perlu diterangkan, karena di dalam suatu jurnal, mesti fokus pada ide jurnal tersebut.


Dalam menulis jurnal juga seharusnya menggunakan prinsip kehematan. Kehematan adalah penggunaan kata-kata secara ekonomis, tetapi tidak meminimalkan makna atau mengubah gosip. Yang sering terjadi penulis sering melakukan pengulanagn subyek, pemakaian superordinat pada hiponimi kata, pemakaian padanan kata yang tidak diharapkan, sampai penjamakan yang tidak dibutuhkan. Jurnal mesti ditulis dengan kalimat efektif yang bermakna juga harus sempurna dalam menentukan kata. Ketepatan yakni pemakaian diksi atau pilihan kata mesti sempurna.


Penggunaan Istilah Yang Salah


Dalam penulisan jurnal perhatikan betul perumpamaan yang akan Anda gunakan. Terutama istilah-istilah yang masih awam dikenali penduduk lazim. Penggunaan istilah yang salah sering kami temui utamanya ihwal penggunaan perumpamaan-ungkapan dalam sistem pembelajaran dan observasi. Dalam bahasa Indonesia, versi pembelajaran merujuk pada cara mengajar, sedangkan dalam bahasa inggris, tidak ada istilah “Learning model” adanya “Method/strategy”.


cara membuat jurnal skripsi di word


Selain itu banyak mahasiswa masih galau dengan penggunaan perumpamaan dalam penelitian hubungan dan eksperimen. Dalam penelitian hubungan, yang dicari yakni korelasi antar variabel tanpa ada treatment. Sedangkan dalam observasi eksperimen, peneliti memberikan treatment, dan segala perubahan yang terjadi pada variabel observasi disebabkan oleh treatment. Sehingga, penggunaan kata “imbas (effect)” lebih tepat dipakai pada penelitian eksperimental, dan relasi (influence) pada observasi kekerabatan.


Kesalahan Penerjemahan


Dalam menulis jurnal Anda bisa memakai bermacam-macam tumpuan baik dari buku, jurnal, ataupun observasi lain. Referensi juga tidak terbatas harus di Indonesia, Anda juga bisa mengambil jurnal dari mancanegara. Tantangan berikutnya ketika Anda mengambil acuan dari buku atau jurnal luar negeri, Anda harus betul-betul tahu arti yang bahu-membahu dari kalimat tersebut. Jangan sampai jurnal Anda salah tulis karena kesalahan penerjemahan.


Menerjemahkan naskah akademik bidang lain dengan hasil optimal dalam waktu yang cepat dan harga ramah biaya telah pasti mustahil. Anda harus membutuhkan mesin penerjemah (seperti Google Translate), namun jurnal tidak bisa diterjemahkan dengan mesin karena mesin tak memiliki “Feeling dan sense of language”. Maka Anda bisa kok meminta tolong penerjemah atau sobat Anda yang ahli dalam bahasa untuk membantu Anda membuat jurnal.


Menulis Kata Baku atau Tidak


Memilih kata baku atau tidak dalam goresan pena itu bergantung pada jenis goresan pena apa yang ingin kau sampaikan. Untuk menulis jurnal tentu Anda harus memakai kata baku. Kata baku akan dibaca lebih sopan dan kita mampu mengaplikasikan penggunakan bahasa dengan benar.


Selain itu penggunaan kata usang semestinya dihindari. Makna dari kata usang sendiri adalah penggunaan kata atau pelafan yang serupa tetapi maknanya berlawanan. Usang juga bisa didefiniksan dalam dalam kelas adjektiva atau kata sifat sehingga mampu mengganti kata benda atau kata ganti, biasanya dengan menjelaskannya atau menjadikannya menjadi lebih spesifik.


Biasanya penulis akan mulai menggunakan kata usang untuk memperbesar jumlah kata dalam tulisannya. Jika Anda mulai tergoda untuk memakai kata-kata lama, cobalah untuk mencari kata lain saja. Hal ini menghindari bias pada satu kalimat yang ditulis. Seorang penulis justru dianggap menawan dikala buku yang diterbitkan mempunyai daya tarik pada tulisannya yang sederhana. Meski sederhana tapi mengakibatkan gairah, menggerakkan semangat, berisi gosip, menyenangkan, gres, atau aneh.


Misal, Anda ingin mendeskripsikan definisi liquid. Anda tidak hanya mampu memakai kata liquid saja saja. Tapi Anda mampu menggunakan kata lain yang mempunyai arti yang mirip, mirip cairan, air, dan sebagainya.


Beberapa hal di atas ialah 6 Kesalahan Umum Penulis Jurnal Yang Harus Dihindari. Semoga dapat menolong Anda untuk memajukan kualitas jurnal karya ilmiah yang Anda tulis. Untuk membuat sebuah karya penulisan ilmiah jurnal yangg berkualitas, pastinya dibutuhkan banyak sekali usaha dan upaya pembelajaran yaang terus menerus. Selamat menulis jurnal!




Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara GRATIS. Anda cukup mengubah biaya cetak. Silakan isi data diri Anda di sini. atau Anda bisa pribadi Kirim Naskah dengan mengikuti prosedur berikut ini: KIRIM NASKAH


Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang buku didik, Anda dapat menyaksikan artikel-postingan kami berikut:



Jika Anda memiliki BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan akomodasi KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS disini!


Kontributor: Novia Intan



Sumber harus di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama