Mahasiswa Milenial mempunyai abjad unik yang tidak dimiliki oleh mahasiswa-mahasiswa pada periode sebelumnya. Keunikan karakter ini seharusnya dimengerti sepenuhnya oleh seluruh dosen agar proses pembelajaran mampu berlangsung tanpa kendala.
Namun dalam kenyataannya masih ada dosen yang belum paham dengan abjad Mahasiswa Milenial ini. Sehingga proses transfer ilmu ke mahasiswa akan mengalami hambatan, mirip mahasiswa merasa kurang tenteram, bosan, dan banyak lagi.
Menurut
Wikipedia, Milenial adalah golongan orang yang lahir antara Tahun 1980-an
sampai 2000-an. Generasi ini sering juga dikenal dengan Generasi Y atau Gen Y,
sedangkan untuk generasi sebelumnya yakni Generasi X atau Gen X.
Saat ini, generasi
yang tengah menjadi mahasiswa ialah Generasi Milenial, dan sebagian besar dosennya
ialah Generasi X. Sedangkan perbedaan yang mencolok dari Generasi Milenial ini
ialah mereka telah erat dengan teknologi seperti penggunaan internet,
ponsel pintar dan alat komunikasi lain ini. Sehingga antara Generasi Milenial
dengan Generasi X memiliki gap yang cukup besar lengan berkuasa. Bagaimana mungkin peroses
pembelajaran mampu berjalan dengan baik jikalau ada gap?
Agar tidak terjadi gap, sangat dianjurkan bagi seorang dosen untuk mengenali 5 karakter Mahasiswa Milenial ini.
1. Tidak Bisa Lepas dari Gadget
Kemana mana belum lengkap jika belum menenteng HP, baik ke kampus, warung, main ke kos teman dan bahkan ke toilet sekalipun.
Sangat sempurna jikalau dosen di abad milenial senantiasa mengaitkan tugas HP dalam proses pembelajaran. Misalnya untuk mendapatkan materi kuliah, mahasiswa telah tidak lagi meniru dengan di foto copy melainkan telah dapat di download dengan memakai HP atau Smartphone.
2. Lebih Menyukai yang Serba Instan
Mahasiswa milenial lebih memprioritaskan hasil ketimbang proses. Padahal dalam proses pembelajaran yang paling utama yakni proses atau filosofinya.
Jika ingin berguru teknik menggambar, seharusnya mahasiswa terlebih dahulu berlatih menggambar dengan menggunakan pensil. Setelah itu barulah menggambar dengan software.
Namun kenyataannya, proses semacam itu dipandang oleh mahasiswa selaku hal yang bertele tele, kenapa tidak eksklusif menggunakan software gambar semisal Autocard, CAD/CAM, Catia dan lain sebagainya. Disamping alhasil lebih elok juga prosesnya lebih cepat.
Padahal yang paling utama adalah filosofinya. Cara menggambar secara manual merupakan sebuah tataran untuk mengetahui filosofi telnik menggambar yang benar.
Bagaimana mungkin mampu menggambar dengan benar jikalau teknik dasarnya saja tidak dikuasai.
3. Lebih Menyukai Membaca di Grup Sosmed dari pada di Papan Pengumuman
Berbeda saat pada abad Generasi X, papan pengumuman ialah satu-satunya media informasi penting yang wajib dilihat oleh mahasiswa setiap pergi ke kampus. Semua isu yang berkaitan dengan mahasiswa dipajang di papan yang bertebaran di dinding bangunan kampus.
Namun kini mahasiswa lebih menggemari membaca di grup sosmed dati pada di papan pengumuman. Sehingga dosen mesti memiliki grup sosmed dengan mahasiswanya biar senantiasa terjalin komunikasi yang bagus.
4. Tidak Lagi Mencari Cari Buku Literatur Ke Perpustakaan PT Lain
Hanya dengan duduk manus di kosnya sambil membuka laptop atau smartphonenya kini mahasiswa sudah mampu menerima segudang buku tumpuan untuk menyelesaikan tugas final atau skripsi. Bahkan buku tumpuan yang diperolehnya jauh lebih banyak dan modern dari pada harus berkunjung ke antar perpustakaan PT lain.
5. Tidak Lagi Membawa Setumpuk Buku Tebal Ke Kampus
Sejak awal zaman milenial buku buku elektronik sudah mulai bermunculan. Sudah sebaiknya kalau buku buku konvensional digantikan dengan buku elektronika, selain simpel juga gampang dan cepat dikala diharapkan. Selain itu buku elektronika mustahil akan tertinggal di rumah jika telah membawa laptop.
Kaprikornus, kini telah saatnya bagi dosen untuk merombak semua materi kuliahnya tergolong peran peran perkuliahan menjadi dokumen elektro yang siap di download oleh mahasiswa.
Bagi dosen yang lahir masih mendekati Generasi Milenial (Generasi X) mungkin tidak begitu bermasalah. Namun bagi dosen yang lahir jauh sebelum generasi milenial (sebelum generasi X) niscaya akan menemui banyak persoalan.
Namun itu semua dapat diselesaikan bila dosennya mau memahami abjad mahasiswanya yang berbeda zaman.*
Sumber mesti di isi