Tiga Argumentasi Minat Baca Dan Menulis Buku Rendah

Minat baca dan menulis buku di Indonesia tertinggal jauh dibandingkan negara ASEAN lainnya. Wakil ketua bidang Humas, Riset dan Informasi Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Pusat, Indra Laksana yang dilansir oleh inilah.com menyampaikan bahwa jumlah penerbit konvensional mengalami penurunan. Sebaliknya, penerbitan secara berdikari mengalami peningkatan.


Jumlah penerbit buku di Indonesia masih jauh dari kata ideal. Begitupun dengan minat dan antusiasme menulis buku masih termasuk kecil dibandingkan dengan negara lain. Kecilnya minat baca di Indonesia menjadi tantangan Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Melihat antusiasme dan kemajuan dunia buku di Indonesia, berikut beberapa argumentasi kenapa kita mesti menulis buku.


Rendahnya Minat Baca dan Menulis


Minat baca di negara maju, satu orang bisa membaca tiga hingga lima buku. Sedangkan di Indonesia, satu orang tiga buku hanya dibaca satu orang. Tidak heran bila pertumbuhan literasi di Indonesia masih sungguh dibutuhkan.


Minat baca secara fisik dan minat menulis buku di Indonesia masih tertinggal jauh. Berbeda lagi dengan minat dan antusiasme minat baca secara digital. Banyaknya minat baca secara digital tidak terlepas dari pertumbuhan teknologi di abad millennial dan cyber. Daya tarik perkembangan teknologi Internet sebab fitur dan fasilitas yang ditawarkan yang sifatnya memudahkan. Pembaca tinggal memasukan keyword di mesin penelusuran. Dalam  hitungan menit akan keluar bacaan yang kita cari.


Meningkatkan kesadaran untuk membaca dan menulis buku pun tidak semudah membalikan telapak tangan. Dari sekian banyak  alasan, masalah biasa yang dihadapi penulis pemula problem penerbitan buku. Penulis yang mengajukan naskah ke penerbit mayor mengkonsumsi waktu lebih usang dan ketatnya proses seleksi naskah. Penerbit mayor yang telah settle memiliki persaingan penjaringan penulis secara selektif.


Penyeleksian penerbit tidak sekedar melihat siapa penulisnya. Melainkan melihat banyak aspek, mulai dari mutu tulisan, pangsa pasar, probabilitas tema buku yang diangkat dan masih banyak hal lainnya. Setiap penerbit buku juga memiliki visi misi dan konsentrasi penerbitan buku berlawanan-beda. Ketika naskah yang tidak cocok dengan abjad minat penerbit mayor, maka naskah tersebut akan ditolak, dan penolakan naskah sudah menjadi hal yang biasa.


Peluang Penerbitan Buku


Bagaimana nasib para penulis pemula? Banyak penulis buku pemula yang ingin menerbitkan buku, tetapi terkendala oleh persaingan pasar. Terkadang juga, melihat persaingan yang terlalu ketat dan sulit ditembus, membuat penulis buku pemula gugur ditengah jalan. Banyak penulis yang merasa frustasi alasannya adalah persaingan yang ketat. Dampaknya, akan mempengaruhi minat dan keberanian penulis pemula untuk menulis buku lagi.


Bisakah penulis pemula tetap mampu menerbitkan buku? Jawabannya mampu. Ada banyak cara untuk menuju roma. Dunia penerbitan tidak sebatas paparan di atas. Ada banyak alternatif yang bisa dikerjakan supaya tetap menulis buku. Salah satunya dengan menerbitkan secara indie atau PoD. [Baca selengkapnya tentang PoD]


Kecilnya minat baca dan menulis inilah yang bergotong-royong masih potensial besar. Peluang dunia penulisan buku masih sungguh terbuka lebar. Tahun 2005 berdasarkan data dari IKAPI, dalam setahun di Indonesia bisa mencetak 30.000 eksemplar judul buku. Jika daripada jumlah masyarakatdi tahun yang serupa, kurang lebih ada 240 juta jiwa. Berdasarkan perbandingan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa angka tersebut masih terbilang masih sungguh kurang.


Alasan Pentingnya Menulis Buku


Alasan kenapa mesti menulis buku ialah untuk membentuk karakter mental. Salah satu penyebab dunia literasi cetak masih minim sebab dampak pesatnya teknologi yang masuk dan imbas lingkungan.


Sejak awal, kesadaran budaya ekspresi di lingkungan Indonesia masih sedikit. Misalnya, orangtua menceritakan kisah sebelum tidur. Sekalipun ada, masih sedikit orangtua yang membudakan buah peka terhadap kisah. Masih sedikit pula orangtua yang mengenalkan atau membelikan buku kisah terhadap belum dewasa. Ketika masyarakat kita hampir saja melangkah ke dunia literasi, teknologi masuk dengan pesat.


United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco) dalam Penilaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2011 dari 187 negara, posisi Indonesia terhadap minat membaca berada di peringkat 124. Tingkat membaca di Indonesia hanya 0,001%. Jadi, mampu diartikan bahwa dari 1000 penduduk, hanya ada satu orang yang membaca buku.


Kesadaran menulis dan membaca di Indonesia lebih kecil ketimbang Malaysia. Di Indonesia, dalam setahun mampu mencetak 7.000-8.000 eksemplar buku pertahun, sedangkan di Malaysia setahun mampu mencetak 10.000 eksemplar buku per tahun. Di negara maju, mirip di Jepang dalam setahun mampu mencetak 44.000 eksemplar.


Di Inggris dalam waktu setahun mampu mencetak 61.000 eksemplar judul buku. Di Amerika, minat baca paling tinggi diantara negara-negara lain. Di sana dalam setahun bisa mencetak 100.000 eksemplar buku. Tidak cuma jumlah buku yang mesti diterbitkan, buku wajib baca di Amerika serikat juga paling tinggi, ada 32 judul buku yang wajib dibaca. Buku wajib baca di Belanda dan Prancis masing-masing ada 30 judul buku.


Buku wajib di baca yang paling tinggi selain AS, Belanda dan Prancis yaitu Jepang. Buku wajib baca di Jepang ada 22 judul buku, di susul dengan Swiss sebanyak 15 judul buku, Kanada sebanyak 13 judul buku dan Rusia 12 judul buku. Buku wajib baca di singapura dan Brunai dibandingkan negara lain lebih kecil, ialah hanya 7 judul buku untuk Brunai, dan 6 judul buku di Thailand. Sedangkan di Indonesia paling memprihatinkan, buku wajib baca 0 judul buku.


Kecilnya minat baca di Indonesia ini bertolakbelakang dengan minat menonton televisi. Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 penduduk di Indonesia usia 10 tahun ke atas mempunyai minat menonton televisi lebih besar, yaitu 91,68%. Sebaliknya, kesadaran membaca, utamanya membaca surat kabar, buku dan majalah cuma 17,66%. Dari perbandingan di atas, jelas terjadi kesenjangan yang jauh antara Indonesia, sebagai negara meningkat dan negara maju.


Itulah keempat alasan penting kenapa kita tetap menulis buku. Lewat menulis buku, kita bisa menawarkan wangsit terhadap pembaca. Lewat menulis buku kita menyumbangkan wangsit aktual untuk memajukan negara. Selamat menulis dan jangan frustasi ataupun berhenti menulis.


Apakah Anda punya hobi nulis sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara gratis. Anda cukup mengganti ongkos cetak. Silakan isi data diri Anda di sini.


Jika Anda menghendaki EBOOK GRATIS perihal CARA PRAKTIS MENULIS BUKU, silakan download.


Referensi:



 


 


 



Sumber harus di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama