Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa ekonomi Indonesia mulai menunjukkan kebangkitan pada bulan September kemudian.
Mantan eksekutif pelaksana bank dunia itu menjelaskan bahwa hal tersebut ditunjukkan lewat aneka macam indikator ekonomi dan keuangan.
Dalam konferensi pers APBN KiTA di Jakarta hari Senin (19/10/2020), Sri Mulyani menuturkan, “Ada recovery September sehabis Agustus menurun dari segi month to month (mtm). Ini tanda kasatmata bagi pemulihan ekonomi bagi industri yang kita lihat”.
Beberapa indikator yang dimaksud adalah, salah satunya adalah neraca perdagangan yang didorong oleh momentum perbaikan ekonomi global. Neraca perdagangan non migas Indonesia tercatat surplus meski hal tersebut lebih didorong oleh impor yang frustasi cukup dalam.
Sri Mulyani menuturkan, “Ekspor September didorong perkembangan migas 17,4% dan non migas 6,47% secara mtm, bila komoditas kelapa sawit dan logam mulai berikan imbas positif”.
Ia menambahkan, “Kalau di-breakdown, impor bahan baku 69,5% mengalami pertumbuhan aktual mtm di 6,97%. Ini elok ini momentumnya bahan baku dan penolong telah faktual sejak Juli-Agustus-September trennya solid,” lanjutnya.
Memang impor barang konsumsi pada bulan September mengalami penurunan. Namun dia bilang hal ini sesuai dengan ekspektasi pemerintah.
“Di bulan Juli ada lonjakan, maka kita kendalikan. Impornya pun menurun 0,7 persen sesuai dengan impian kita,” kata Sri Mulyani.
Sementara impor barang modal pada bulan September 2020 yang mengalami kenaikan secara bulanan diyakini jadi sentimen konkret bagi aktivitas ekonomi di dalam negeri.
“Barang modal suatu tren yang menggembirakan mtm-nya di September ke 22,24 persen naik dari bulan kemudian negatif zone,” ujarnya.
Hal senada juga datang dari Airlangga Hartarto selaku Menteri Koordinator Perekonomian-. Ia membeberkan sejumlah bukti bahwa ekonomi Indonesia mulai pulih dari pandemi Covid-19 memasuki tamat 2020. Pemulihan itu terlihat dari sejumlah indikator. Antara lain indikatornya dapat dilihat dari Survei Kegiatan Dunia Usaha.
Pada hari Senin (19/10/2020) dalam Capital Market Summit & Expo 2020 yang diselenggarakan secara virtual, Airlangga mengatakan, “Survei acara dunia usaha memperlihatkan adanya perbaikan kinerja kegiatan di triwulan ketiga, sejalan dengan hal ini kapasitas bikinan terpakai atau utilisasi industri, penggunaan tenaga kerja juga mengalami peningkatan”.
Ia bahkan meyakini bahwa kinerja acara dunia usaha akan terus mengalami kenaikan hingga triwulan 4-2020.
Industri pengolahan yang merupakan kontributor paling besar PDB, dijelaskannya juga menunjukkan perbaikan di triwulan 3-2020, tercermin pada Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia.
“PMI ketimbang BI memberikan bahwa kinerja industri pengolahan berada pada level 44,91 di triwulan ketiga 2020 dan akan terus meningkat di triwulan keempat 2020. Aktivitas industri ini terlihat dari mulai meningkatnya impor bahan baku dan barang modal di bulan September 2020,” paparnya.
Sumber stt.ac.id