Soal Ri Resesi, Sri Mulyani: Kita Melakukan Pekerjaan Sama Semoga Bangun





Seperti yang sudah diketahui, kuartal III-2020 kini sudah berakhir. Tentu masyarakat menunggu mengenai seperti apa dan bagaimana perputaran roda ekonomi di bulan Juli hingga September ini.


Jika yang terjadi adalah negatif lagi, maka telah mampu dipastikan bahwa ekonomi Indonesia alami resesi.


Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali mengatakan perihal pandangannya terhadap ekonomi di kuartal III-2020. Meski tidak secara terang menyebutkan kasatmata atau negatif, ia percaya ekonomi RI di kuartal III-2020 memberikan pemulihan dari kuartal II-2020 yang terkontraksi -5,3%.


Dalam acara Launching Pengembangan Potensi Santripreneur Berbasis UMKM Sawit selaku Program Pemberdayaan Ekonomi hari Kamis (1/10/2020) ini, Sri Mulyani menyampaikan, “Kalau kita lihat pada kuartal kedua perekonomian mengalami kontraksi 5,3%. Kita telah mulai menawarkan pemulihan pada kuartal ketiga dan kita berharap pemulihan ini akan kita jaga. Sehingga Indonesia bisa melalui zona kontraksi dan sekaligus melalui dan mengatasi Covid-19 itu sendiri”.


Namun, ia juga mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 tak cuma memiliki efek pada kesehatan saja, namun juga menawarkan efek yang hebat kepada kehidupan masyarakat, perekonomian dan dunia keuangan.


Soal RI Resesi, Sri Mulyani: Kita Bekerja Sama Agar Bangkit

Soal RI Resesi, Sri Mulyani: Kita Bekerja Sama Agar Bangkit


Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menjelaskan, “Hampir Rp 700 triliun budget pemerintah yang dilakukan untuk menanggulangi Covid-19 ini. Dari mulai bidang kesehatan, melindungi lebih dari 60 juta masyarakatIndonesia lewat pemberian sosial dan juga perlindungan terhadap UMKM, maupun kepada dunia usaha agar mereka mampu bertahan dan bisa bangun kembali akhir Covid-19”.


“Kita terus akan bekerjasama dengan pemerintah kawasan dan seluruh para stakeholder penduduk dan dunia usaha biar Indonesia bisa untuk bangkit kembali”, jelasnya.


Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) memberitahukan sudah terjadi deflasi selama tiga bulan berturut-turut, adalah sebesar 0,10 persen pada Juli, 0,05 persen pada Agustus, dan O,05 persen di September 2020.


Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, terjadinya deflasi selama dua bulan berturut-turut menerangkan daya beli masyarakat atau tingkat konsumsi rumah tangga melemah dan perlu waktu untuk kembali ke titik normal.


Suhariyanto mengatakan, “Pergerakan tingkat inflasi dari bulan ke bulan, dengan deflasi 0,05% di September 2020 memiliki arti terjadi deflasi berturut selama 3 bulan, selama Q3 (Kuartal III) 2020 Juli-Agustus-September terjadi deflasi”.







Sumber stt.ac.id

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama