Negara Singapura resmi jatuh ke dalam jurang resesi. Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) sudah menyatakan hal ini dan juga mengonfirmasi kejatuhan ekonomi di kuartal II-2020 ini.
Ekonomi negeri Singa Putih itu secara kuartal ke kuartal (qtq) berkontraksi 41,2 persen. Sementara untuk tahunan (YoY) ekonomi negara tersebut minus pada angka 12,6 persen.
Ini artinya, angka-angka tersebut pertanda angka kuartalan yang paling buruk untuk produk domestik bruto (PDB) dari Singapura. Bahkan bila ketimbang ketika negara itu merdeka pada 1965 silam.
Kondisi ini menciptakan negara itu resmi masuk jurang resesi ekonomi untuk pertama kalinya sejak sebelas tahun yang lalu. Resesi sendiri biasanya memiliki arti adanya kontraksi berturut-turut dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Kemerosotan akan ekonomi ini bisa memperlihatkan dampak yang besar pada kegiatan banyak sekali sektor ekonomi yang ada.
Untuk info, angka-angka kuartal negatif yang dialami oleh Singapura yaitu lebih jelek ketimbang yang sebelumnya diperkirakan oleh para pengamat. Dalam sebuah poling yang dikerjakan oleh Reuters secara kuartalan ekonomi akan minus 37,4 persen. Sementara jikalau menyaksikan dari pooling Bloomberg secara tahunan berkontraksi pada angka 11,3 persen.
Pertanyaan lantas timbul. Mengapa Singapura yang menjadi salah satu ekonomi terpandang di dunia, dinilai paling terbuka, menjadi barometer kesehatan dan perdagangan global mampu mengalami resesi ekonomi?
Angka ekonomi buruk yang dialami oleh Singapura ini memberikan peringatan bahwa ekonomi global sedang menuju penurunan. Pemberlakuan pembatasan wilayah atau semi lockdown yang dikerjakan oleh Singapura alasannya efek dari virus corona yang menyerang negara itu ialah pemicunya.
Seperti yang dimengerti, dari mulai tanggal 7 April sampai 1 Juni, negara itu memberlakukan semi lockdown atau circuit breaker. Semua aktifitas berhenti kecuali layanan penting seperti pasar, swalayan, klinik, rumah sakit, angkutandan perbankan yang diperbolehkan buka. Singapura sempat menjadi kolam kota tanpa penghuni.
Mengutip dari AFP, Song Sen Wun -ekonom regional CIMB Private Banking- menyampaikan, “Itu angka triwulanan terburuk dalam sejarah Singapura selama 55 tahun”.
Song menambahkan, “Tapi itu tidak aneh alasannya intinya yakni bahwa Singapura adalah negara kota kecil, sungguh bergantung pada perdagangan dan jasa”.
Dalam segi lain, Singapura bukan tidak melakukan daya dan usaha untuk menekan efek dari Covid-19 yang menyerang. Sebelumnya pemerintah bahkan meluncurkan paket stimulus hingga meraih angka 100 miliar dolar Singapura.
Dalam masalah bengkak virus corona, Singapura mencatat angka 46 ribu kasus. Dengan data jumlah sembuh tercatat 42 ribu orang. Saat ini hanya ada 3.716 masalah aktif. Kasus virus corona di Singapura tinggi akhir merebaknya penyakit tersebut di asrama pekerja migran.
Sumber stt.ac.id