Memahami Dan Memanfaatkan Panic Seeling Pada Trading Forex





Dalam dunia trading forex, mungkin ungkapan panic selling sering terdengar di indera pendengaran para trader pemula, tetapi masih menjadi suatu hal yang asing. Dalam pengertian sederhananya, panic selling ialah sebuah keadaan dimana para trader atau penanam modal merasa takut terhadap krisis keuangan dan ekonomi yang terjadi.


Para trader dan penanam modal tadi mendapatkan banyak sekali isu dari aneka macam sumber yang membuat mereka mengambil keputusan untuk menjual, keadaan yang inilah yang lalu disebut sebagai panic selling.


Saat para trader terjebak dalam keadaan panic selling, maka ada berbagai pasangan mata uang atau saham yang mereka jual. Hal ini pasti sangat besar lengan berkuasa terhadap harga saham atau mata uang yang menurun nilainya.


Mengapa panic selling bisa terjadi?


Kondisi panic selling terjadi ketika harga bergerak turun dengan cepat pada volume tinggi. Hal ini sering terjadi ketika beberapa pelaku pasar masuk untuk menetralisir pergerakan, atau ketika trader yang mengambil posisi sell memaksa harga untuk turun cukup jauh.


Proses panic selling juga terjadi alasannya ada peluang yang luar biasa saat para trader sedang mengambil posisi jual, dan menciptakan harga bergerak ke bawah dengan tajam utamanya terjadi dikala pernyataan mendasar yang bernada spekulatif (mirip gosip ekonomi atau usulan analis yang berpengaruh).


Apa saja klasifikasi panic selling?


1. Phoney Panic


Kondisi phoney panic terjadi ketika para trader terlalu mudah mendapatkan informasi dari aneka macam sumber tanpa mengevaluasi kebenarannya apalagi dulu, atau menelan gosip secara mentah-mentah. Hal ini sering terjadi pada trader belum paham perihal keadaan pasar, alias cuma ikut-ikutan trend saja.


Memahami dan Memanfaatkan Panic Seeling pada Trading Forex

Memahami dan Memanfaatkan Panic Seeling pada Trading Forex


2. Self Induced


Hal ini biasanya timbul dari diri trader itu sendiri. Sebagai pola, trader melihat para trader lain mulai menjual mata uang. Kemudian, akhirnya trader tersebut mengikuti langkah yang dilaksanakan oleh para trader lainnya. Alasannya ialah, alasannya adalah merasa khawatir menderita kerugian jika tetap memegang mata duit yang dimiliki.


3. Contagious Panics


Pada situasi ini, biasanya trader akan melakukan pemasaran secara besar-besaran sesudah dia menyaksikan banyak investor lain yang melaksanakan pemasaran secara besar-besaran juga.


4. Real Panic


Kondisi ini terjadi alasannya disebabkan oleh situasi yang betul-betul terjadi, seperti misalnya terjadi krisis ekonomi. Salah satu aspek dari real panic adalah adanya berita yang konkret dan mewajibkan seorang trader memasarkan mata uangnya.


Memanfaatkan momen panic seeling


Saat kondisi panic selling terjadi, maka selaku seorang trader atau penanam modal, Anda tidak boleh berlaku sembrono. Artinya ialah, trader harus betul-betul memperhatikan posisi. Jika memiliki posisi atas sebuah mata uang, maka Anda dihentikan berdiam diri. Anda boleh berdiam diri saat Anda yakin bahwa harga akan naik kembali pada posisi yang sebelumnya.


Namun, apabila Anda melihat keadaan pasar yang tidak memungkinkan dan banyak berita kredibel yang mewajibkan untuk memasarkan, maka lakukan segera penjualan mata uang tersebut. Karena jika terus menahan mata uang, hal lain yang bisa terjadi yaitu kerugian yang lebih besar.


Kondisi panic selling mampu memberikan peluang atau potensi terhadap para trader untuk membuka posisi beli dengan jumlah lot yang lebih besar. Seorang trader yang mengerti dengan baik kapan akan terjadi keadaan panic selling memiliki potensi untuk menerima laba yang lebih besar.


Hal yang perlu Anda ketahui ialah mengetahui dengan baik, kapan waktu terbaik untuk memprediksi harga mulai menurun untuk berikutnya membeli mata duit dalam jumlah lot yang lebih besar.







Sumber stt.ac.id

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama