Laporan Bank Dunia Yang Modern, Ekonomi Asia Di Titik Paling Rendah Semenjak 1967





Dalam laporan terbarunya hari Selasa (29/8/2020), Bank Dunia mengungkapkan bahwa pandemi global Covid-19 diperkirakan akan mengakibatkan lambatnya perkembangan di daerah Asia Timur dan Pasifik, serta di China, setelah lebih dari 50 tahun.


Lembaga itu juga menyampaikan bahwa daerah ini hanya tumbuh 0,9 persen di tahun 2020, atau menjadi tingkat paling rendah semenjak 1967. Asia Timur dan Pasifik diproyeksikan mengalami kontraksi sebesar 3,5 persen.


Laporan tersebut menulis, “Kesulitan domestik ini diperparah oleh resesi global yang dipicu pandemi, yang melanda ekonomi EAP (Asia Timur dan Pasifik) yang sangat bergantung pada jual beli dan pariwisata”.


Dari sumber yang sama juga ditulis, bahwa negara-negara di kawasan ini perlu melaksanakan reformasi fiskal. Hal ini bermaksud untuk memobilisasi pendapatan selaku balasan terhadap dampak ekonomi dan keuangan dari pandemi.


Guncangan ekonomi dari pandemi juga diprediksi mengakibatkan lonjakan kemiskinan. Kemiskinan mampu meluas 33 juta hingga 38 juta orang dalam 20 tahun.


Laporan Bank Dunia yang Terbaru, Ekonomi Asia Di Titik Terendah Sejak 1967

Laporan Bank Dunia yang Terbaru, Ekonomi Asia Di Titik Terendah Sejak 1967


Victoria Kwakwa -Wapres Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik- mengatakan “Kawasan ini dihadapkan pada serangkaian tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya”.


Seperti yang diberitakan sebelumnya, pada bulan Juni kemudian, Bank Dunia juga memprediksi bahwa kemajuan ekonomi global tahun ini minus 5,2 persen. Ini akan menjadi resesi ekonomi global terburuk dalam 80 tahun terakhir, atau sejak perang dunia II pada tahun 1940 yang silam.


Hal ini terungkap dalam laporan Global Economic Prospects gres dari Bank Dunia, pada hari Senin (8/6/2020) silam. Ayhan Kose -Direktur Prospek Grup Bank Dunia- menyampaikan, “(Resesi) menjadi yang terdalam di negara maju semenjak PD II dan kontraksi output pertama di negara berkembang dalam enam dekade terakhir”.


Bank Dunia memprediksi resesi ekonomi global tetap terjadi meskipun sejumlah negara telah membuka kembali aktivitas perekonomian. Lembaga keuangan internasional itu juga meramal kejatuhan ekonomi tetap terjadi walaupun semua negara mengeluarkan tunjangan kebijakan fiskal dan moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya.


Seperti yang telah dimengerti, pemerintah di hampir semua negara telah menggelontorkan triliunan dolar AS untuk menolong perusahaan bertahan, membantu penduduk , dan menjaga stabilitas pasar duit. Aktivitas ekonomi negara maju disebut akan berkontraksi 7 persen pada tahun 2020. Karena ajakan dan pasokan jual beli serta keuangan dalam negeri terusik.







Sumber stt.ac.id

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama